14. JEMPUT BABY SITTER

362 51 5
                                    

HALLO BARUDAK HEUREUY
KUY BACAA.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK
.
.
HAPPY READING
.
.

Tuutt ....
"Nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi."

Adrian menghela napas kasar, sambil mengutak-atik ponselnya kembali.
"Nih ibu-ibu rese banget dari tadi ngomongnya kayak gitu terus! Gak ada kata lain apa? Bikin mumet aja," gerutu Adrian sudah seperti orang tak waras. Suara operator aja dia bilang ibu-ibu,  gimana  kalau dia itu sebenarnya perawan janda yang udah cerai sama suaminya. Kan Adrian jadi su'udzon alias salah sangka.

Clara yang sedari tadi meminum teh dibotol itu, sempat melirik pada Adrian. Cowok ini kenapa?  Dia sehat?
"Kamu kenapa, Ian? Kok mukanya keliatan bete gitu?" tanya Clara.

"Ini nih, dari tadi gue telepon malah gak nyambung-nyambung!"

"Kamu nelpon siapa emang?" tanyanya kembali.

"Siapa lagi kalau baby sitter nya si Kevin," jawab Adrian dan langsung diberi anggukan oleh gadis yang tengah memegang botol cola yang sudah hampir habis isinya.

"Kamu salah nomor kali? Siapa tau pembantu kamu salah ngasih," tebak Clara.
Adrian mengerutkan kening, bagaimana jika ucapan Clara itu benar?
"Iya kali ya? Bentar coba gue nanya lagi ke Bi Asih." Adrian segera mencari nomor ponsel Bi Asih. Dan segera menghubungi nya kembali.

"Halo Bi?"

"Iya halo, Den. Ada apa? Udah ketemu belum sama ponakan Bibi? Cantik gak?" tanya Bi Asih berbondong.

"Mana Adrian tau Bi dia cantik apa enggak.  Orang dari tadi dia belum nongol. Ditelpon juga gak nyambung-nyambung! Bibi salah ngasih nomornya  kali," ujar Adrian.

"Lah, kok bisa? Perasaan Bibi ngasih nomor yang bener deh."

"Ya udah deh Bi, mungkin dia ketiduran di kereta. Oh iya, Kevin kemana Bi?"
"Ini, lagi minum susu. Kenapa emang?"

"Enggak ada sih Bi. Adrian cuman kangen aja sama Kevin," ujar Adrian sambil melirik pada garis sebelah nya. Dan ternyata Clara setia menatap Adrian sambil tersenyum.

"Kalau kangen cepetan pulang ... ya udah Bibi tutup dulu teleponnya. Semoga ponakan Bibi bisa dihubungi," ucap Bi Asih diseberang sana. Dan kemudian, telepon dimatikan sepihak.
Padahal Adrian masih mau ngomong sama Kevin.

"Kamu keliatan nya sayang banget sama Kevin?" Ujar Clara membuat Adrian melirik padanya.
"Ya pastilah. Kalau gak sayang, udah gue buang, hahah. Lagian dia udah gue anggap jadi anak gue sendiri."
Clara mengangguk dan tersenyum manis. "Ah beruntung banget Kevin punya papa kayak kamu."

Adrian hanya terkekeh untuk menanggapi ucapan Clara tadi. Namun disela-sela mereka berbincang, ponsel Adrian bergetar. Layarnya menampilkan sederet nomor yang tak bernama. Siapa? Apa si om-om yang suka ngeprank minta uang?
Daripada kepo, lebih baik Adrian angkat.  Ingat kata Bu Inces, kepo berlebihan itu bisa menyebabkan kerusakan otak dan hati.

"Halo. Siapa disana? Di sini orang ganteng. Harap beritahu kabar angin apa yang anda ingin sampaikan," ucap Adrian ngelatur membuat Clara terbahak.
"Hahah. Ada ada aja kamu Adrian! Duh, jadi pengen pipis. Gimana dong?"

"Ya udah sana ke kamar mandi. Mau ngompol dicelana emang?"
"Ish, mana ada!! Ya udah aku nyari kamar mandi dulu. Kamu jangan kemana-mana!!" Clara berdiri dari duduknya ".... awas loh kalau aku balik lagi kamu ngilang!" Ancam Clara.

"Iya. Ya udah buruan sana! Jangan lama!!" Adrian mendekatkan ponsel nya kembali yang sempat ia jauhkan tadi.

"Halo? Kata Bi Asih eneng ditungguin  tapi belah mana ya?"
Awal nya Adrian merasa aneh dengan ucapan diseberang tadi. Ternyata bukan om-om. Tapi kayaknya tante girang. Namun mendengar nama Bi Asih, Adrian segera mengingat bahwa orang ditelepon ini bukan om-om gadun, dan juga bukan tante-tante girang. 
"Ah iya. Lo keponakan Bi Asih bukan?"

THE INNOCENT YOUNG PAPA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang