18. AU AHH GELAP!!

304 40 2
                                    

SIAP LANJUT LAGI?
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA CUY!!
.
.
BAB 18
AU AH GELAPPP!
.
.

Malam ini, semua penghuni rumah Adrian sudah terduduk manis dimeja makan. Terkecuali Eneng yang sedari tadi sibuk sendiri menyiapkan makanan. Clara tak ikut campur dalam urusan memasak, gadis itu memilih untuk bercanda dengan Adrian yang sedang memangku Kevin. Kenapa gak Bi Asih aja yang masak? Oh iya, tadi siang ia sudah balik lagi ke rumah orang tuanya si Adrian. Katanya Mang Amin gak mau sendiri.

Adam dan Alex masih disibukkan dengan menulis kata-kata pemberian dari Adrian sebagai hukuman yang tadi ia pergoki dikamar. Bahkan sekarang tangan Adam dan Alex serasa mau patah. Bayangkan saja, dia menulis sedari tadi, hasil tulisan tangannya pun sudah berlembar-lembar.
"Lex, kita punya dosa apa sampe dihukum kayak gini? Perasaan tadi kita mah main kertas gunting batu, kenapa jadi disangka mau adu pedang? Lagian sih ya, kalau misalnya kita adu pedang, pasti yang punya gue menang telak. Secara punya lo kan ...."

"Punya gue apa? Hah?!" Alex memotong ucapan Adam. Perasaan Alex sudah tak enak dengan teman bangsatnya ini.

"Punya lo kecil." Adam mengacungkan jari kelingkingnya, dan tertawa lugas.
"Sok tau lo, Juned! Lo kalau liat punya gue, pasti pingsan."

Adrian menatap tajam pada kedua orang yang tengah ia hukum itu. Bukannya dikerjakan malah berdebat lagi. "Heh! Suruh siapa berhenti? Buru nulis lagi!"

"Hiks, tega sekali Baginda pada hambamu ini. Baginda tahu? ... Nih tangan gue udah mati rasa njirrr," seru Adam mendramatisir.

"Gak ada tapi-tapian! Buru, sebelum gue potong punya lo berdua! Mau??!" Adrian sudah seperti Ibu tiri yang galaknya melebihi kak Ros. Kak Ros aja masih bisa baik sama si upil-ipil.

Disamping itu, Brian menghela napasnya sangat lelah. Kalau bukan karena tugas, ia tak ingin pergi kerumah ini. Lebih enak dikasur miliknya yang empuk nikmat tiada tara. Brian menoleh kesamping kiri, dimana Eneng yang tengah sibuk membuat ikan sarden. Pria itu sangat tak tega melihat Eneng yang sibuk sendiri.
Tanpa disuruh, Brian mendekat kearah gadis pendek itu.
"Butuh bantuan?"

"Astaghfirullah! Aa ngagetin Enéng tau, ish! Kalau ini wajannya kelempar gimana?" Gerutu Eneng membuat Brian menggaruk tengkuknya tak gatal itu.

"Hehe, maaf. Lagian gue gak tega liat lo sibuk sendirian. Mending gue bantuin ya?"

"Ah, si Aa perhatian banget. Tapi gak usah deh A, mending Aa duduk lagi sama mereka. Bentar lagi juga mateng kok." Enéng kembali meneruskan masaknya. Bau rempah yang termasak itu sudah tercium sangat lezat. Brian menatap pada wajah Eneng yang terlihat serius ... Manis.
Tangan Brian terulur pada poni rambut Eneng yang menutupi pandangannya. Seketika Eneng menatap penuh kejut pada kelakuan yang pria itu lakukan.

"Anu ... Maksud gue, rambut lo takut kena makanan," bohong Brian sedikit merasa canggung.

"Neng!! Lo masak kok lama banget?! Ketiduran atau gimana?" Suara teriakan itu membuat keduanya terkesiap.
Brian menjauhkan tubuhnya dari Eneng, dan gadis itu pun kembali fokus pada masakannya dengan jantung yang berdebar-debar karena ulah si Brian. Bisa aja tuh anak bikin orang baper.

"IYA A, BENTAR LAGI MATENG!" Jawab Enéng dengan teriakan.

"Eh A, ambilin piring itu coba," titah Enéng pada Brian untuk mengambil piring putih yang ada didekatnya.

THE INNOCENT YOUNG PAPA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang