BAGIAN ENAM BELAS |Hukuman|

17 2 0
                                    

Happy Reading

*****

"Semakin terbiasa bersama, semakin rasa itu perlahan ada."

******

Alena mengatur nafas nya yang masing tidak beraturan. Gadis itu duduk di pinggir lapangan. Tangan kanannya mengelap keringat yang mengucur di sekitar wajahnya. Sementara tangan nya mengipas-ngipas wajahnya yang terlihat memerah.

Disebelahnya Sheyla juga melakukan hal yang sama. Tangan gadis itu mengambil kunciran yang ia pakai di tangannya, lalu menguncir asal rambut nya.

Keliling lapangan lima kali. Mendengar nya Alena bernafas lega. Karena biasanya biasanya Bu Regina tak pernah memberikan hukuman yang ringan.

Namun setelah mendengar kalimat selanjut nya, Alena tidak bisa menyembunyikan helaan nafasnya.

Keliling lapangan lima kali dengan jalan jongkok sembari berteriak 'Saya tidak akan gibah lagi'. Hukuman memalukan yang pernah dirinya lakukan.

Hampir seluruh pasang mata yang ada dilapangan memperhatikan dirinya dan Sheyla saat melaksanakan hukuman dengan tawa terukir di wajah.

Matanya mengedar ke arah lapangan. Lapangan disekolah nya terbagi dua, yang satu diatas dan satu lagi dibawah.

Pandangannya menatap anak kelas dua belas yang berolahraga di lapangan bawah. Sementara lapangan atas dipakai untuk menghukum beberapa murid karena sehabis upacara tadi ada razia dadakan.

Tanpa sadar pandangan nya berhenti pada satu titik. Seorang cowok berseragam rapi dengan almamater berwarna coklat tersemat di tubuhnya.

Senyuman kecil tiba-tiba terukir di wajah Alena. Melihat seorang cowok yang sudah dua minggu ini mengantar dan menjemput nya ke sekolah.

Wajah nya tegas menatap satu persatu murid yang tejaring razia atau mungkin dibuat buat tegas. Sampai tanpa sadar pemilik wajah itu menoleh karena merasa di perhatikan.

Mata mereka bertemu. Melihat Angga tersenyum, lantas Alena juga menarik bibir nya untuk melengkung.

Namun sebelum hal itu terjadi Sheyla tiba-tiba menarik tangan nya tanpa kata. Membuat pandangan mereka terputus.

Alena hanya mendelik kesal tanpa berbicara apa pun. Sedangkan Sheyla tidak merasa bersalah.

Kening Alena mengkerut saat tempat yang dituju Sheyla tidak sama dengan yang ada dipikirannya. "Kok ke kantin?"

"Jam pertama udah mau habis jadi percuma juga kalau kita masuk."

Alena mengangguk mengerti. Lagi pula kalau mereka nekat masuk kelas yang ada malah diberi hukuman tambahan sama Pak Didi, dengan alasan telat. Padahal kan mereka juga telat karena hukuman Bu Regina.

"Pak es teh nya dua ya," ujar Sheyla sembari duduk di kursi kantin diikuti Alena.

"Siap neng," jawab Mang Udin, penjual es dikantinnya.

Alena menatap sekeliling kantin yang tampak sepi. Hanya ada dirinya, Sheyla dan seorang cewek yang diketahuinya bernama Rachel dan cowok bernamq Niko yang duduk berjarak tiga bangku dari mereka.

Tak lama pesanan keduanya pun datang. Alena hanya mengaduk-ngaduk es teh nya tanpa minat, sementara es teh milik Sheyla sudah hampir habis.

Matanya memperhatikan Rachel dan Niko yang sepertinya adalah sepasang kekasih.

ALENGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang