Part 1

28.3K 1.6K 13
                                    

Pagi yang cerah, secerah hatiku yang saat ini tengah duduk didalam sebuah ballroom mewah, menunggu sertifikat penghargaanku. Aku sangat yakin jika julukan 'dokter anak terbaik' tahun ini  akan jatuh padaku.

Mengingat salah satu dokter anak yang juga berkerja di rumah sakit Kartini ini bisa dikatakan tidak terlalu profesional dan terlalu banyak mengeluh.

Bukan menjatuhkan, itu memang kenyataan. Bahkan beberapa kali dia mendapat teguran dari pasien karena kelalainya dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter.

Duduk di meja yang berada di samping pintu masuk utama itu bisa memberikan sedikit penyegaran mata bagiku. Apalagi jika bukan banyaknya dokter muda nan tampan yang juga hadir di acara ini. Ibaratnya itu mendapat penghargaan sekalian mencari jodoh.

Siapa tahu jodohku salah satu diantara mereka?

Tentu saja ini adalah acara bergengsi yang akan diadakan setiap tahun oleh Kartini grup, dan pastinya setiap dokter yang sedang tidak bertugas akan datang. Sama sepertiku saat ini.

Untung saja jadwalku hari ini hanya pada jam lima sore, coba kalau jam delapan pagi? Bisa-bisa aku hanya menggigit jari ketika mendengar cerita dari temanku yang hadir.

"Lo tahu enggak, katanya nanti direktur rumah sakit yang baru bakal ngasih kata sambutan. Juga katanya sih, bakal ada beberapa peraturan baru buat dokter sama perawat." Bisik Githa.

Aku mengernyit tipis mendengarnya. Aku baru tahu berita itu. Kukira ini hanya acara penghargaan biasa seperti tahun sebelumnya. Tapi sepertinya akan selesai lebih lama dari tahun sebelumnya.

"Lo tahu dari mana?" Balasku yang juga berbisik.

Suasana ballroom sudah mulai ramai, aku dan Githa juga duduk di meja yang sama dengan para senior. Jadi rasanya tidak sopan jika membicarakan direktur baru RS-yang entah bagaimana rupanya- dihadapan mereka.

"Gue tahu dari Kinan kemarin. Tuh orang enggak mau dateng karena takut, jadi dia lebih milih tuker jadwal sama dokter Siti ketimbang dateng kesini. Dodol banget kan ya."

"Takut kenapa? Emang si calon direktur baru itu tegas banget apa? Pake takut segala." Aku mendengus diakhir kalimat.

Aku, Githa dan Kinan berteman sejak semasa sekolah dulu. Dan kebetulan cita-cita kami sama, yaitu menjadi dokter. Meski sempat berpisah ketika memasuki bangku perkuliahan dulu, nyatanya kami kembali bersama ketika bekerja di RS ini.

Itu sebuah kebetulan yang sangat aku suka.

Awalnya Kinan yang bekerja lebih dulu disini, berlanjut aku yang juga dipindah tugaskan ke rumah sakit ini, baru setelah itu Githa.

Suara microfon yang diketuk beberapa kali mengalihkan pandangan mata kami. Aku dan Githa melihat ke arah depan dan menunda percakapan kami. Acara ini akan segera dimulai, sebaiknya kami terus memperhatikan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya.

"Selamat pagi semua." Sapa seorang pria paruh baya yang kutebak sebagai MC dari acara ini.

Sontak ruangan yang tadi sepi ini menjadi ramai karena menjawab sapaan tersebut. Sedangkan aku hanya bergumam pelan, membalas sapaannya.

"Mungkin para Bapak dan Ibu dokter bingung karena seharusnya Bapak Direktur memberikan sambutan pada awal acara hari ini, tetapi malah saya yang berdiri disini."

Aku dan yang lain tertawa pelan mendengarnya. Gaya bicara orang itu mengingatkanku pada seorang pelawak terkenal.

"Dikarenakan Bapak Direktur sedang ada kendala sehingga beliau berpesan untuk memulai acara ini lebih dulu."

Aku menoleh ketika Githa menarik pelan lengan bajuku. "Direkutur kok telat. Enggak mencerminkan sikap yang baik, iya enggak sih?" Githa berbisik.

Aku mengangguk sebagai jawaban. "Tapi mungkin emang dia lagi ada masalah kali mangkanya telat."

Day After Day (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang