Aku berjalan mendekat ke arah sebuah kursi taman. Disana, seorang laki-laki tengah duduk sembari memangku laptopnya. Raut wajahnya terlihat serius, beberapa kali dahinya mengernyit lalu mengangguk kecil.
"Kak Rafa." Panggilku.
Laki-laki itu menoleh kemudian tersenyum. Tangan kanannya menepuk-nepuk ruang kosong di sampingnya ,menyuruhku untuk duduk disana. Aku tersenyum kemudian mendudukkan tubuhku di rumput taman. Membiarkan celana jeansku kotor terkena tanah.
Rafa mendengus pelan dan ikut turun dari kursinya, duduk di atas rumput di sisiku. "Udah selesai kelasnya?" Tanyanya sembari mematikan dan menutup laptop.
Aku mengangguk. "Udah, hari ini cuma ada tiga mata kuliah."
"Mau jalan enggak? Kakak yang traktir kali ini." Ajak Rafa.
Aku mengerucutkan bibir. "Beneran? Terakhir kali kita pergi, aku ditinggal sendiri di bioskop." Sindirku, mengingat kembali kejadian satu minggu yang lalu.
Rafa tertawa kecil. Tangannya terangkat dan mengusap rambutku. "Maaf ya. Waktu itu kakak ada telepon mendadak dari kampus. Jadi gak bisa nganterin kamu pulang."
Aku menatapnya kemudian tersenyum. "Janji ya aku gak bakal ditinggal sendirian lagi? Kalo keulang, aku enggak mau ngomong sama kakak Rafa."
Rafa menganggukkan kepala, tangannya masih berada di rambutku. Bukan lagi mengusap, namun mengacak-acaknya pelan. "Iya, janji. Tapi kakak ada satu pertanyaan buat kamu."
Aku mengernyitkan kening. "Kok gitu sih? Kan kakak yang ngajak jalan, tapi kenapa malah aku yang ditanya." Protesku.
"Pertanyaannya gampang kok, kamu pasti bisa jawab." Ujar Rafa sembari tersenyum.
Aku memiringkan sedikit kepala, pertanyaan yang mudah dan pasti bisa ku jawab, itu apa?
Rafa tertawa melihatku yang bingung sekaligus penasaran. "Dari dulu kakak penasaran sama nama kamu."
"Emang ada yang aneh ya dari nama aku? Perasaan nama Reina Lesya Praditha, enggak aneh deh." Aku balik bertanya dengan nada bingung.
"Enggak ada yang aneh kok, kakak cuma penasaran kenapa nama kamu itu Lesya?" Tanya Rafa dengan hati-hati. "Jangan tersinggung yaa, nama kamu bagus. Cuma kan umumnya Kesya bukan Lesya."
Aku mengangguk-anggukkan kepala kemudian tertawa kecil. Teringat lagi dengan apa yang dikatakan ibuku mengenai nama tengahku itu.
"Ibu bilang, pihak kelurahannya salah ngetik huruf. Seharusnya Kesya eh malah Lesya."
Rafa mengernyitkan kening. "Kok bisa gitu sih? Kamu serius kan?" Tanyanya kembali memastikan.
Aku mengangguk. "Iya, jadi di surat keterangan lahir itu ditulisnya Kesya, nah pas akte aku keluar namanya berubah jadi Lesya. Karna udah terlanjur jadi dan ribet lagi gantinya, jadi Lesya deh." Jelasku panjang lebar.
Rafa tertawa kencang kali ini. "Ya udah kalo gitu nanti namain anak kita Lesya aja jangan Kesya biar sama kayak ibunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Day After Day (On going)
General FictionReina Lesya Praditha, seorang mahasiswi yang baru saja menginjak usia 22 tahun memilih keputusan besar dalam hidupnya. Menikah diusia muda dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya selama hampir 3 tahun dan meninggalkan bangku perkuliahan demi mengu...