Aku tersenyum melihat wajah di depanku. Sosok yang ku kagumi ternyata juga memiliki perasaan yang sama denganku. Dia menyatakan perasaannya dengan seikat bunga mawar putih dan senyum yang mengembang di belakang taman kampus. Terlihat manis sekali.
Dan aku menerimanya.
"Dari tadi aku perhatiin kamu senyum terus. Lagi bahagia ya?" Tanya Rafa dengan lembut.
Aku mengangguk sebagai jawaban. Perasaan bahagia ini pasti akan mempengaruhi nada bicaraku juga dan aku malu jika dia tahu seberapa besar perasaan bahagia ini membuncah di hatiku.
Tangan Rafa terangkat dan membelai pelan rambut sebahuku. "Kalo lagi bahagia itu harus dibagi-bagi, Rei. Kamu cerita dong sama aku." Tanyanya dengan nada penasaran.
Berdeham pelan, aku memastikan jika nada suaraku tetap terdengar normal dan tidak bergetar karena terlalu bahagia. "Gak apa-apa, tiba-tiba lagi ngerasa bahagia aja."
Seorang pelayan datang dan menaruh pesanan kami di atas meja. Hari ini Rafa mengajakku mengunjugi salah satu restoran untuk makan siang bersama.
Hal yang dulu sangat aku inginkan namun tidak berani kuimpikan kini menjadi kenyataan. Kami makan siang bersama dengan status sebagai sepasang kekasih.
"Selamat makan." Ucapku dengan riang sembari mengambil sendok makanku.
"Tunggu sebentar, Rei." Ujar Rafa kemudian mengambil sendok dan garpuku.
Aku mengerutkan kening, apa yang akan Rafa lakukan?
Sedetik kemudian mataku membulat melihat dia mengelap sendok dan garpuku dengan selembar tisu baru setelahnya kembali dikembalikan padaku.
Debaran jantungku menggila, seumur hidup baru kali ini aku bertemu dengan pria yang baik dan memiliki manners yang bagus seperti Rafa.
"Sekarang ayo kita makan, Rei." Ujar Rafa dengan nada ceria sama sepertiku sebelumnya.
Dia tersenyum manis memperhatikanku yang tengah mengunyah makanan. Matanya menatap lembut seolah hanya aku yang terlihat di manik cokelatnya itu.
"Gimana enak gak? Kamu suka cumi kan, Rei?" Tanyanya.
Aku mengangguk dengan penuh semangat. "Sebagai orang yang gak terlalu suka seafood, aku suka masakan ini." Jawabku sembari tersenyum. "Kamu tahu restoran ini dari mana?"
Restoran ini berjarak lumayan jauh dari keramaian pusat kota. Meskipun banyak pengunjungnya, namun cukup sulit menemukan tempat makan ini karena terlalu banyak belokkan.
Jika bukan karena atas rekomendasi orang, bukan tidak mungkin pengunjung malah tersasar di gang-gang sempitnya.
Mataku menatap lekat gerakan Rafa yang tengah mengelap bibirnya dengan selembar tisu. Bahkan gerakan kecil seperti itu bisa membuatku tersenyum seharian. Aku mencintainya dengan sangat dalam.
"Aku tahu dari mama. Beberapa kali aku pernah makan disini sendirian." Jawab Rafa kemudian meminum minumannya.
"Kamu liat, Rei.." Ujar Rafa sembari menunjuk ke beberapa meja. "Lebih banyak pasangan sama keluarga yang makan disini. Waktu itu aku ngerasa jadi orang aneh karna dateng sendiri." Lanjutnya sembari tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day After Day (On going)
Fiksi UmumReina Lesya Praditha, seorang mahasiswi yang baru saja menginjak usia 22 tahun memilih keputusan besar dalam hidupnya. Menikah diusia muda dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya selama hampir 3 tahun dan meninggalkan bangku perkuliahan demi mengu...