Bab 16

1.7K 166 4
                                    

***

Samar-samar Aish mendengar suara gelak tawa dari arah dapur. Semakin keras, makin keras hingga rasanya ia ingin menyumpel mulut kedua manusia di sana dengan kain lap.

Hatinya memanas. Tidak, dia tidak cemburu. Tolong garis bawahi dia tidak cemburu sama sekali. Ia hanya tidak suka si Sarimin anak tante Neli itu deket-deket dengan Sam.

"Ekhm."

Ia berdehem dengan sengaja, agar dua manusia di meja dapur menyadari kehadirannya.

Dan tahu apa yang lebih menyebalkan? Ternyata mereka tidak hanya sekedar tertawa bersama. Jasmine, entah sengaja atau tidak, mulai berani mengusap lengan Sam. Cih, sepupu mana yang bisa dengan santai menyentuh suami sepupu sendiri.

"Eh Aish."

Benar-benar tidak tahu diri kan? Sudah ketangkap basah, bukannya minta maaf, malah sok manis begitu. Emang si Sarimin tidak punya urat malu.

"Kalian lagi apa?" Meski begitu, Aish berusaha terlihat santai. Harga dirinya bisa jatuh jika marah-marah tidak jelas. Jasmine akan merasa menang jika ia benar-benar melakukan hal itu.

Dia bukannya tidak tahu kalau Jasmine sudah dari dulu mengincar Sam. Sayang saja, pria itu tak pernah melirik Jasmine tiap kali wanita itu bertandang ke rumah.

"Kami cuma lagi makan pudding. Kamu mau Aish?"

"Mau dong." Mau lempar ke mulut lo maksudnya.

Dengan langkah anggun Aish mendekat kearah meja makan, duduk di samping Sam, dan bergelayut manja di lengan pria itu. Ia lantas melempar seringaian tipis pada Jasmine, dan cukup berhasil membuat wanita itu berpaling dengan wajah kesal. Rasakan. Mau main-main sama suami orang.

"Sayang, suapin dong."

"Tinggal dikit, mau gue ambilin lagi?"

"Gak usah punya kamu aja. Punya kamu lebih enak."

Sam memicing. Kenapa jadi ambigu begini? Ditambah lagi Aish mengatakannya dengan suara rendah. Kalau orang lain denger bisa salah paham. Lihat lah wajah Jasmine yang sudah risih ingin muntah.

"Aku ke taman belakang lagi deh."

"Oh silahkan. Karena gue mau berduaan sama suami gue. Iya kan sayang?"

Melihat Aish bersikap manja seperti itu Jasmine memutar bola mata jengah.

Plak

"Duh! Apaan sih lo." Sam mendelik tajam pada Aish yang lagi-lagi menistakan lengannya. Perasaan ia tidak membuat kesalahan apapun, bukan kah sedari tadi Aish yang mengendalikan permainan di depan sang sepupu.

"Gue nungguin lo di sana. Dan lo malah asik-asikan berduaan sama si Sarimin."

"Apasalahnya sih? Dia kan sepupu lo. Salah kalau gue ngobrol sama dia?"

Apa dia salah?

Aish berdiri, berkacak pinggang dan memandang tajam pria itu. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun, kalau tidak segera di tuntaskan ia akan gila.

"Yakin kalian cuma ngobrol? Bukan nya tadi ketawa-ketawa ngakak, trus dia nyentuh lengan lo? Sepupu macam apa modusin suami sepupu sendiri?"

"Bentar deh," Sam menyeringai, "lo cemburu sama Jasmine?"

"Ha? Gue cemburu?" Aish menunjuk dirinya sendir, "ya enggak lah. Gue gak mau orang lain lihat, trus..."

"Suttt. Cukup. Pokoknya lo cemburu."

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang