Bab 21

1.6K 159 3
                                    


Happy Reading!

***

Benar dugaan Sam. Aish mendatangi tempat ini. Setelah memastikan mobilnya terpakir dengan benar, Sam menyusul wanita itu yang terlihat duduk disalah satu bangku taman.

Kehadiran Sam sama sekali tak mengusik Aish, bahkan meski dirinya sudah beberapa kali berdehem. Aish kalau sudah melamun tidak akan lagi peduli pada keadaan sekitar.

"Oi Aish."

Barulah setelah namanya dipanggil serta tepukan pelan dibahunya Aish menoleh. Ia menemukan Sam tengah menatapnya kwatir.

"Lo gak usah cemas. Ntar gue pulang kok," ujarnya, kemudian menghadap kedepan lagi. 

Mendengar hal itu Sam berdecak pelan, kemudian memutar langkah dan mendudukan diri disamping Aish.

"Gimana gue gak kwatir. Lo pergi gitu aja tanpa noleh lagi. Kalau lo kenapa-kenapa gue yang diamuk kedua orang tua kita." Protes yang dilayangkan Sam sama sekali tak berbalas. Aish, walau masih setia mendengar, tetap tak buka suara atau mengalihkan pandangan dari pasangan muda-mudi dibangku lain dihadapan mereka.

"Lo gak nerima tawaran gue di kafe tadi? Kalau emang lo gak mau ya..."

"Bukan gitu," Aish menyela, "gue cuma masih gak percaya aja."

"Terus mau lo gimana?"

Ada jeda yang cukup lama, terdengar juga helaan nafas berat dari bibir Aish.

"Oke kita coba?"

"Serius lo?!" Sam menoleh cepat.

"Tapi gimana ya. Ah bingung." Aish menenggelamkan wajahnya dikedua telapak tangan, membuat Sam kembali kwatir. Pria itu menyentuh pundak sang istri dan meremasnya pelan. Sekarang apa lagi yang Aish pikirkan?

Tak lama Aish kembali mengangkat wajah lalu menatap Sam seraya meringis.

"Gu... gue gak bisa bayangin kalau kita," Baiklah, Sam mulai paham apa yang dikwatirkan Aish saat wanita itu menyatukan kedua telunjuk menjadi satu.  Sam menarik sudut bibir. Hal yang tadinya tak terlintas dibenaknya sekarang jadi terbayang-bayang.

"Tapi kita cuma punya waktu tiga bulan."

"Yaudah, kita coba malam ini."

Aish menggeleng, tampak frustasi, Sam apalagi. Barusan Aish setuju dan sekarang berubah pikiran. Eh tapi tunggu, kenapa Sam jadi kelihatan ngebet banget pingin begituan sama Aish?

"Gue belum siap. Pasti aneh ngelakuin hal tak senonoh itu sama lo. Ih geli gue bayanginnya."

"Tak senonoh pala lo! Kita ini suami istri, ngelakuinnya ya pahala lah."

"Iya juga sih. Tapi... bisa gak sih, kita skip aja bagian nganunya tapi gue tetap bisa hamil."

Sam menyentuh dagu dengan mata melirik kelangit, tampak berpikir keras. Padahal didalam hati sudah sangat gondok atas pertanyaan absurd Aish barusan.

"Bisa aja sih lewat bayi tabung. Tapi ya kali, ada yang gratisan lo maunya yang berbayar."

"Tapi kek nya itu ide bagus deh Sam."

"Serah lo dah."

Lama-lama bicara dengan Aish, penyakit darah tinggi sang papa bisa menurun padanya.

"Ayo pulang. Gak usah berdrama lagi."

"Tapikan solusi dari masalah kita belum ada. Kita bicariin dulu lah."

"Solusinya tu udah ada. Lo nya aja yang gak mau. Udalah, kita bicarain ini nanti."

Tanpa mau mendengar balasan dari Aish lagi, Sam memilih beranjak. Ia menulikan telinga saat namanya diteriaki beberapa kali oleh sang istri. Bodoh amat, ia butuh menenangkan diri sejenak setelah hilir mudik mencari Aish dengan hasil kepalanya tambah sakit ketika bicara dengan wanita itu.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang