Bab 17

1.8K 171 2
                                    

"Pernikahan memang tidak selalu menjanjikan kebahagiaan, tapi kamu harus percaya, apapun yang kamu lakukan demi suami dan keluarga kecil mu, akan memberikan pahala dan juga berkah dari Tuhan. Bukan kah itu sudah cukup dari pada sekedar kebahagiaan yang tidak abadi?"

***

Baru terhitung setengah hari Sam meninggalkan rumah, tapi rasanya sudah sangat sepi. Aish jadi uring-uringan dan enggan melakukan apapun selain rebahan dan memainkan ponsel.

Biasanya Aish tidak pernah sekalut ini, karena memang ia juga sibuk di kantor sehingga tidak sempat memikirkan Sam yang sudah terbang ke Negeri lain. Tapi sekarang, ia pengangguran, apalagi hampir satu bulan ini tinggal satu atap bersama pria itu. Sudah pasti  akan ada rasa canggung. Hanya canggung, tidak rindu.

Kalau sudah bosan begini, Aish akan menghubungi para sahabat untuk bertemu dan ngerumpi, duduk di kafe atau mutar- mutar di mall. Dan ia sudah menghubungi mereka, tapi dua jam berlalu, pesan nya di group belum ada yang membaca. Pasti ibu-ibu itu tengah sibuk dengan keluarga masing-masing.

Bosan menunggu pesan yang tak kunjung dibalas, Aish memilih melangkah ke dapur, mungkin merecoki sang asisten rumah tangga sedikit bisa mengobati kegabutanya.

Semakin dekat dengan dapur, semakin tercium aroma masakan yang menggugah selera.

"Udah siap masak nya Bik?"

"Eh Non Aish. Belum Non sedikit lagi."

Mengangguk paham Aish berjalan mendekat ke arah Bik Sus yang sibuk di depan kompor.

"Hmmm ayam goreng. Saya jadi lapar Bik." Aish menyentuh perutnya, mendadak keroncongan.

"Non Aish duduk aja dulu. Biar Bibik langsung siapkan."

"Oke Bik."

Tak selang lama, Bik Sus datang menyajikan makanan di hadapan Aish. Ada ayam goreng, tempe dan tahu mendoan, sambal terasi, terakhir sayur lalapan. Sudah lama Aish tidak mengkonsumsi makanan rumahan begini. Beruntung ia bisa mendapatkan Asisten rumah tangga yang sebelas dua belas dengan Bik Jum.

"Non Aish sabar ya."

"Ha? Sabar kenapa Bik?" Aish yang sedang menyendokan nasi jadi bingung kenapa Bik Sus tiba-tiba menyuruhnya sabar. Sabar perkara apa coba?

"Karena ditinggal Tuan Samudera kerja. Padahal kan masih anget-anget nya."

"Oh itu. Iya Bik, saya sabar kok."

Bik Sus tidak tahu saja hubungan mereka seperti apa. Tidak ada hubungan hangat ala pengantin baru. Mereka saja tidur di kamar terpisah.

"Bik, ayo sini ikut makan."

"Enggak usah Non. Bibik makan nanti saja."

"Loh jangan, sekalian aja Bik."

Karena tak enak hati pada Aish yang terus memaksa, akhirnya wanita paruh baya itu ikut mendudukan diri.

Kehadiran Bik Sus cukup banyak membuat Aish tak merasa kesepian. Setidak nya ada orang yang ia ajak ngobrol, walau tentu tidak bisa ia diajak gelud seperti dengan Sam.

"Bibik betah kan kerja di sini?"

"Wah jangan ditanya Non. Bibik sangat betah. Non sama Tuan Samudera juga baik banget sama Bibik. Jarang-jarang loh Non Bibik dapet majikan yang baik seperti Non dan Tuan."

Aish senang mendengar nya. Karena jujur sedari dulu ia sangat menghargai kehadiran asisten rumah tangga. Mereka yang membantu meringankan pekerjaan rumah, berdedikasi mengurusi keperluan orang-orang rumah. Meski jerih payah mereka dibayar dengan lembaran uang, tapi tetap saja menghargai mereka dirasa perlu sebagai bentuk terima kasih.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang