Bab 10

2.8K 186 1
                                    

Aku tahu senja tak abadi, yang akan singgah lalu pergi. Aku tahu fatamorgana hanya ilusi, yang akan hilang bila dihampiri. Pun aku tahu kamu tak pernah pakai hati, yang bilang cinta lalu pergi tampa permisi. Namun bodohnya aku, ku tetap disana menanti hal yang sama.

Monica Sinta

***

Aish ingin marah. Tapi pada siapa? Pada Dahlia yang telah menciptakan skenario malam pertama dengan obat nista itu? Tentu saja tidak mungkin. Bisa- bisa citranya sebagai menantu idaman jadi luntur.

Setelah dipikir-pikir, akhirnya Aish memutuskan untuk melampiaskan kekesalan pada Samudera Dirgantoro karena keteledoran pria itu yang tidak langsung membuang minuman dari Dahlia. Andai saja Sam langsung membuangnya sebelum kembali berbaring, mungkin Aish tidak akan menggigil dibalik selimut seperti ini. Barangkali sekarang dia masih bisa menikmati aroma hujan sisa semalam dan menyapa hari dengan ceria. Namun untung tak dapat diraih, dihari kedua dengan status barunya sebagai istri, ia malah berakhir diranjang dengan naas.

"Ni minum dulu jahe hangatnya."

Hening. Tak Aish pedulikan pria yang ada disampingnya. Ia sudah berikrar di dalam hati untuk tidak bicara dengan Sam hari ini. Semoga ia bisa istiqamah hingga malam menyapa.

"Kalo dibiarin nanti lo demam, Aish."

Masih pura-pura tak peduli, Aish berbalik badan membelakangi Sam. Masalah demam bisa dipikirkan nanti. Yang terpenting sekarang ia harus tetap memasang mode merajuk. Tidak semudah itu mendapatkan maaf darinya.

Namun, Sam juga bukan pria yang pantang menyerah. Ia memutar langkah menghadap Aish dan kembali menyodorkan gelas berisi jahe hangat buatan sang Mama.

"Jangan kayak anak kecil. Itu muka lo udah pucat."

Anak kecil?

"Ini gara-gara lo juga! Udah tahu minuman itu gak benar. Bukannya langsung dibuang!"

Baiklah, ternyata Aish tidak tahan untuk tidak menyela. Lagian Sam seenak jidat mengatainya anak kecil. Apa Aish tidak berhak marah? Semalam dia ditinggal tidur, dibiarkan merenung sendiri ditengah malam, lalu tak sengaja meneguk minuman dari Dahlia hingga terpaksa mandi di pagi buta saat hujan masih betah turun menghantam bumi.

"Ya udah gue minta maaf," Sam kembali mendudukan diri disamping Aish yang berbaring, "gue lupa buang sangking ngantuknya. Gue pikir lo gak bakalan minum."

"Gue gak maafin!"

"Terserah lo. Setidaknya minum ini dulu."

Aish mendelik tak suka.

" Cepet."

"Ck. Iya iya."

Malas berdebat dengan Sam akhirnya Aish memilih duduk, mengambil gelas ditangan sang suami lalu meneguk minuman itu perlahan.

glup

"Habisin."

"Good girl." Sam menepuk pelan kepala Aish sebelum berlalu dari kamar tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Karena masih marah Aish tidak punya niatan untuk bertanya kemana Sam akan pergi. Sekarang ia tak ingin ambil pusing. Bodoh amat bila seandainya pria itu tak kembali.

Aish meletakan gelas kosong ditangannya keatas nakas, kembali berbaring dan membungkus seluruh tubuh dengan selimut. Mungkin pagi ini hingga siang menjelang ia akan tidur, menemui mimpi yang sempat tertunda setelah semalam tak dapat terpejam barang sesaat.

***

"Aish! Kamu kenapa sayang? Kata Sam kamu sakit?"

Aish menutup telinga rapat-rapat ketika suara sang Mama terdengar menggelegar.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang