Bab 4

2K 215 7
                                    

Aish dan Sam baru saja tiba di kantor Surya Handoko, tapi yang dicari justru sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Sekretaris Handoko sendiri yang memberi info kalau bosnya itu pulang cepat lantaran tak enak badan, sempat pusing dan mual. Aish yang mendengarnya seketika panik dan tanpa pikir panjang mengajak Sam segera pulang.

Sebagai anak, ia jadi merasa bersalah,  Pasti sang Papa terlalu memikirkan dirinya yang dikira hamil diluar nikah. Seharusnya ia berterus terang saja kalau ia menolak perjodohan dengan Naren. Tidak perlu berpura-pura punya hubungan dengan Sam, sampai sahabatnya itu mengaku menghamilinya.

Huh, berarti ini juga gara-gara Sam kan?

"Lo lihat kan Papa gue sakit. Lo sih bilang gue hamil anak lo!" Aish masih sempat-sempatnya marah ditengah perjalanan. Supir taxi yang sedang fokus menyetir memilih pura-pura tak mendengar percakapan sepasang anak manusia di bangku penumpang.

"Mana gue tahu kalau si Naren itu bakalan ngadu ke Om Handoko."

"Ya jelas lah dia bakalan ngadu! Mana terima dia dijodohin sama cewek hamil diluar nikah."

Mendengus, Sam kemudian memilih diam tak menanggapi lagi. Jika ia terus melawan ucapan Aish, pembicaraan ini tidak akan ada ujungnya. Sudah pasti ia akan kalah, karena menurut pasal para wanita dimuka bumi ini, wanita selalu benar. Mau kutub utara pindah ke kutub selatan, atau bumi berguncang hebat, yang namanya wanita tidak akan pernah mau disalahkan. setidaknya itu yang tertanam didalam pikiran seorang Samudra.

Tapi kalau ditelaah lagi, ini memang salahnya karena mengaku sudah menghamili Aish.

Ah tidak, Sam mengatakan itu bukan tanpa alasan. Saat itu ia kesal bukan main pada Naren. Wajah sok berkuasa pria itu masih terekam jelas dimemori otaknya, mengingatkannya pada sang Papa.

Kalau seandainya Aish jadi menikah dengan Naren, Sam takut sahabatnya itu akan merasakan apa yang mamanya rasakan. Karena Naren terlihat persis seperti Papanya, berasal dari keluarga kaya, merasa punya power melebihi orang lain, dan tentu saja angkuh.

Keangkuhan sang Papa dan kelemahan sang Mama lah yang membuat keluarganya tak pernah harmonis, bahkan sampai sekarang. Dan ia tidak ingin hal itu terjadi pada Aish, bagaimanapun wanita itu sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

****

Bug

Bug

"Sam!"

"Mas cukup!"

Sam tertunduk tak berdaya di atas lantai, wajahnya memar, sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah. Dia kemudian mengangkat wajahnya perlahan, menatap sang Papa yang baru saja melayangkan tinjuan kuat ke wajahnya dengan tatapan permusuhan.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu menjadi pria kurang ajar seperti ini, Samudera!"

"Memang saya tidak pernah belajar apapun dari anda. Apa yang bisa saya pelajari dari pria seperti anda." Ucapnya tenang. Namun ketenangan Sam justru memancing amarah dalam diri Bram. Wajah pria itu seketika mengeras, bersiap memberi bogeman lagi padanya.

"Kamu!"

"Om jangan!"

Dengan menepis rasa takut, Aish menahan kepalan tangan Bram yang akan kembali melayang ke wajah Sam.

"Semua salah paham Om. Aish gak hamil." Ditatapnya wajah semua orang, "Aish gak hamil Pa, Ma, Tante."

Wanita itu kemudian ikut berlutut disamping Sam, berusaha menjelaskan kepada kedua orang tua mereka dengan air mata yang sudah bercucuran.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang