Epilog

4.4K 236 22
                                    

Happy reading

Last chapter nih

***

"I love you."

Argggh...

Aish mungkin sudah gila karena terus mendengar ungkapan cinta Sam. Bahkan sedari tadi dirinya hanya bolak balik badan lantaran tak bisa tidur. Kenapa  perkataan sederhana seperti itu mampu memberi efek yang besar.

Pada akhirnya, Aish habiska sepanjang malam dengan gelisah. Tidurnya jadi tak nyaman karena wajah Sam terus saja terbayang-bayang. Kuatnya debaran, lembutnya bisikan, maupun hangatnya dekapan Sam masih sangat terasa. Baiklah, sepertinya benar Aish sudah mulai gila.

Paginya Aish berjalan mengendap-ngedap kedapur. Sungguh ia berharap Sam masih tidur. Kalau perlu sampai siang karena setelah sarapan Aish berniat pulang kerumah orang tuanya, sehingga ia masih punya waktu untuk menghindari Sam.

Namun sayang beribu sayang. Sosok pertama yang ia temui justru pria itu. Sam sudah duduk manis dimeja makan seraya menyantap sarapannya.

"Morning." Sapa Sam dengan wajah cerah.

"Mo...morning." Dan Aish tak punya kesempatan untuk mundur. Jika dia lari lagi maka Sam akan mentertawakannya. Jadi dengan langkah yang berat, Aish mendekati meja makan dan ikut mendudukan diri.

"Bik Sus mana?" Tanya Aish berusaha mencairkan suasana.

"Nyiram bunga."

"Oh."

"Hmmmm."

Sial. Kenapa mereka jadi canggung begini. Aish bahkan sampai tak fokus, seharusnya mengambil botol selai justru mengambil botol kecap.

"Aish, lo mau makan roti pake kecap?"

"Eh eh. kok malah ambil ini sih." Hilang sudah mukanya didepan Sam. Lihatlah, Sam sudah menahan tawa dengan susah payah. Aish sontak mendelik tajam.

"Kalau mau ngakak, ngakak aja. Gak usah ditahan gitu, ntar jadi ambeyen."

"Hahaha," Sam benar-benar tertawa kencang, bahkan sampai menyentuh perut sangking menghayati gelak tawanya, "ini baru Aishwa yang gue kenal. Gak malu-malu kucing kayak tadi. Kenapa lo?" Tanya Sam saat sudah berhasil menghentikan tawanya, "salting karena gue bilang cinta?"

"Enggak."

"Udah jelas masih aja bohong."

"Terserah lo deh."

"So?"

"So apanya?" Balas Aish sewot. Ia meletakan rotinya kembali keatas piring dan menatap Sam sebal.

"Lo gak ngerasain apa yang gue rasain gitu?"

Aish mengerjap beberapa kali. Sam baru saja menanyainya perasaannya. Apa dia juga sudah memiliki perasaan yang sama. Aish ingin lekas menjawab, tapi entah kenapa bibirnya mendadak kelu. Justru jantungnya lah yang bekerja ekstra.

"Berarti cuma gue yang punya perasaan itu. Sorry karena gue nodain persahabatan kita dengan  perasaan yang gak seharusnya ada. Gue akan berusaha meng..."

"Gue juga cinta sama lo." Sela Aish cepat sebelum Sam mengatakan hal yang tidak ingin dia dengar.

"Gue juga cinta sama lo Sam. Entah sejak kapan yang jelas gue ngerasa gak bisa hidup tanpa lo."

Kini giliran Sam yang  grogi "Be...beneran? Gak karena lo mau nyenengin hati gue aja kan?"

"Beneranlah. Ngapain gue bohong cuma buat nyenengin lo."

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang