Bab 22

1.6K 175 3
                                    

Happy Reading

***

Aroma masakan Bik Sus tercium oleh Aish saat dirinya memasuki rumah. Niat awal ingin membersihkan diri jadi berubah haluan. Ia berbelok ke dapur untuk melihat sarapan apa yang dibuat oleh sang bibi kali ini.

Melihat Aish yang baru pulang dari berolahraga, Bik Sus dengan inisiatif sendiri mengambilkan segelas air, meninggalkan kuah kari yang sedang dimasak diatas kompor.

"Makasih Bi."

"Sama-sama non."

Setelah meminum air pemberian Bik Sus, Aish melangkah kearah kari yang tampaknya mulai mendidih.

"Wow. Aromanya sangat menggoda. Tumben bibi masak makanan berat buat sarapan."

Wanita paruh baya yang tengah mengaduk kari itu menoleh, "iya Non. Sengaja bibi masakin kari ayam, biar Non Aish dan Tuan Samudera ndak bosan makan roti sama selai terus, kalau ndak makan sandwich atau nasi goreng."

"Iyasih, bosan juga Bi. Gak papa deh habis olahraga nimbun lemak."

Ini adalah hari pertama dimana Aish berjanji akan rutin olahraga. Dan dihari yang sama sang Bibi memasak makanan yang membuat program diet Aish berantakan. Bakar lemak tak seberapa, nambah lemaknya lumayan juga. Walau begitu Aish tetap menghargai apa yang telah dimasak Bik Sus. Tidak mungkin juga ia menyuruh sang bibi untuk masak ulang.

"Bibi masak banyak kan ya?" Tanya Aish setelah mendudukan diri disalah satu kursi dimeja makan.

"Iya Non. Ini buat makan siang ndak papa kan?"

"Iya gak papa sih Bik. Tapi aku minta tolong disisihkan satu mangkok buat tetangga sebelah."

"Rumah sebelah?" kening Bik Sus berkerut, "bukannya kosong Non?"

"Udah ada yang pindah. Tadi aku ketemu orangnya, baru pindahin Bik."

"Oh gitu. Siap Non. Nanti bibi siapin satu mangkok."

Pembicaraan dua orang wanita didapur itu terdengar oleh Sam yang memang hendak melangkah kesana. Seketika hatinya memanas.

Sam sudah mengenal Aish sedari kecil, sehingga segala sifat dan kebiasaan wanita itu ia ketahui dengan baik. Dan selama ini, Aish tidak pernah dekat atau berniat dekat dengan pria manapun. Siapa saja pria yang datang akan wanita itu tolak. Aish tidak phobia dengan lelaki, akan  tetapi sedari dulu dirinya memang membangun tembok tinggi bagi kaum adam. Aneh saja saat Aish secara tiba-tiba memulai nteraksi dengan pria lebih dulu. Dan yang lebih aneh lagi, Sam merasa terganggu akan hal itu.

"Gue gak ngizinin lo ngasih makanan ke orang sebelah."

Sret

Baik Aish dan Bik Sus memandang heran kearah Sam yang baru saja mendudukan diri disisi lain meja makan.

"Tolong ambilin air Bi."

"Eh iya Tuan."

Bik Sus mematikan kompor kemudian memutar langkah kearah kulkas untuk mengambil infus water milik Sam. Selain rajin berolahraga Sam juga rutin mengkonsumsi minuman sehat yang satu ini. Jadi saat kembali bertugas badannya masih terawat dan bugar.

"Maksud lo apa?"

"Apa?" Sam balik bertanya, pura-pura lupa dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

"Kenapa gue gak boleh ngasih makanan buat Erik?"

"Ya gak boleh aja. Yang beli semua bahan makanan kan gue. Jadi gue berhak untuk gak ngizinin lo ngasih makanan ke laki-laki itu."

Dengan santai Sam berujar. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dan pura-pura fokus pada benda pipih ditangannya.

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang