Bab 24

1.6K 151 3
                                    

Happy Reading

***

Suasana di meja makan di rumah Surya Handoko terasa hangat malam ini. Semua anggota keluarga saling bercengkrama, saling berbagi cerita disela-sela menyantap makan malam. Suara Ningsih dan Aish lah yang paling mendominasi, sesekali obrolan mereka diiringi kekehan pelan.

Setidaknya hingga detik ini Aish dan Sam masih bisa bernafas lega karena Surya belum mengungkit masalah anak.

Alasan lain kenapa aura disekeliling mereka terasa lebih hangat dan nyaman ialah karena Bram tidak ikut serta. Pria yang paling ingin Sam hindari itu tiba-tiba mendapatkan telepon yang katanya dari rekan bisnis lalu setelah izin tidak bisa bergabung, Bram pergi.

"Lain kali Mama ingin coba masakan kamu. Apa iya kamu udah bisa masak."

"Tenang aja Ma. Nanti Aish masakin."

"Jangan percaya Ma. Dirumah masih Bik Sus kok yang masak." Sam menimpali yang kemudian mendapat delikan tajam dari wanita dihadapannya.

"Ya kan sejak kejadian minyak panas itu, lo ngelarang gue..."

"Eit eit eit. Kok bicaranya masih pakai lo gue."

Bibir Aish terkatup rapat. Ia lupa kalau didepan orang tua mereka, ia harus mengganti gaya bicaranya pada Sam, tidak boleh lo-gue, juga tidak boleh memanggil hanya dengan nama.

"Iya Ma. Maksud Aish sejak kena minyak panas waktu itu Sam, maksudnya Kangmas Samudera," mulut Sam yang sedang mengunyah jadi ingin menyembur. Tiap kali Aish menyebutnya demikian dirinya tak kuasa menahan geli. Kalau tidak ingat ada sang papa mertua yang harus ia hormati, detik ini juga ia sudah pasti tertawa kencang.

"... Kangmas Samudera ngelarang Aish masak."

"Lebay sekali kamu Sam."

Surya Handoko yang sedari tadi setia menjadi pendengar ikut berkomentar. Sam yang diskakmat mertua hanya bisa tersenyum kecut.

"Hehehe gak kok Pa. Aish kadang bantuin Bik Sus masak juga. Ya kan Sam?"

"Sam lagi."

Teguran Ningsih kali ini dibalas Aish dengan dengusan pelan, "iya iya, Kangmas Samudera."

"Udahlah Ma. Kalau mereka belum terbiasa biarin aja."

"Ya harus dibiasakan dong Pa, kalau gak Aish bakalan kurang ajar sama suami."

"Dulu Mama juga manggil nama aja ke Papa. Tapi waktu Ahnaf lahir panggilan kita jadi berubah..."

Perasaan Aish mulai tak enak.

"Nah, barangkali setelah Aish dan Sam punya anak, panggilan mereka juga berubah, bisa aja Mama Papa, Mami Papi, Ayah Bunda."

Ayah Bunda? Berasa bocil lagi pacaran. Aish mengedik ngeri.

"Iya juga sih. Jadi udah ada tanda-tanda mama bakalan punya cucu belum?"

Dan akhirnya tibalah mereka dipertanyaan horor ini, yang rasanya lebih menyeramkan dari pada melihat hantu sekali pun. Makanan yang Aish kunyah seketika terasa sulit untuk ditelan. Ia melirik Sam yang ternyata juga bereaksi sama.

"Doain aja ya Ma."

"Mama selalu doain kalian, Sam." Perkataan Dahlia masih bisa dibalas dengan senyuman oleh Aish dan Sam. Namun, ketika Surya angkat bicara, garis lurus dibibir mereka memudar berganti dengan raut gelisah.

"Doa tanpa usaha juga percuma."

"Ih Papa kok ngomongnya gitu, pengantin baru usahanya pasti maksimal, tadi pagi aja..."

Dinikahin Aja | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang