Analogi langit malam,gulita yang begitu luas. Menjadi sebuah persamaan tentang hidup. Selalu ada cahaya kecil yang menemani dan menerangi.
Elara Auzora Megantara
-----------------Pukul 01.15 seorang gadis masih termenung,diam dan membisu. Menatap langit malam di balkon kamarnya . Dia tidak bisa memejamkan matanya,seolah dunia berkata bahwa dia tidak perlu istirahat.
Sebenarnya ingin sekali dia segera istirahat dan tertidur lelap. Namun,entah kenapa setiap malam tiba ,sulit sekali dia untuk tertidur ,bisa di bilang dia sering insomnia. Memikirkan hal-hal yang tak perlu dipikirkan .Tentang hidup. Dan tentang kenyataan .
Padahal besok adalah hari pertamanya dia sekolah. Iya,dia akan menjadi murid baru di salah satu sekolah Swasta di Jakarta . Dia pindah karena ada sesuatu yang terjadi. Dan mengambil keputusan untuk pindah sekolah.
Dia berharap semoga di sekolah barunya dia mendapatkan hal-hal yang membuat dia bahagia. Bertemu orang-orang baru yang akan masuk dan menjadi bagian di hidupnya.
Tepat pukul 02.00 dia masih belum tidur. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang keluar dari matanya,cairan bening,yang entah sejak kapan menghujani pipinya. Dia menangis. Selalu seperti ini setiap malam. Bisa bisa,ini akan membuat dia gila. Tapi tidak. Tidak. Dia masih waras,walau kadang menangis tiba-tiba dan sulit untuk tidur.
Dia tetap sehat,seperti manusia biasanya,hanya saja mungkin pada saat-saat seperti itu,di hatinya ada luka dan dia sedang terluka. Memang,menangis adalah cara satu-satunya dia untuk mengeluarkan semua yang dia rasa,karena menurut dia menyakiti diri sendiri ,yaaah seperti kebanyakan anak-anak sekarang lakukan yang kita sebut selfinjury itu malah membuat semua beban semakin banyak. Dan rasa sakit tak kan pernah pulih dan terobati.
Tak terasa dengan tangisnya. Dia mengusap sisa tangis itu dari pipinya. Kembali tersenyum. Melihat langit yang tentram . Dia berpikir, langit malam sangat gelap dan luas , tapi selalu ada cahaya-cahaya kecil untuk menemani dan menerangi gulitanya langit malam. Dan membuatnya nampak indah.
Sama seperti sebuah problematika di kehidupan ini. Segelap gulita apapun,seluas apapun,selalu ada sesuatu yang akan menemani kita,membawakan kita sebuah cahaya kecil,agar kita tidak merasa takut dan sendirian. Dengan begitu pula hidup kita akan terasa indah.
10 menit sudah dia bergulat dengan isi pikiran nya. Dia kembali ke tempat tidurnya. Berharap malam ini dia bisa tertidur lelap. Dan melihat hari esok dengan senyuman manisnya.
Alarm berbunyi,menunjukan pukul 06.00 . Dengan semangatnya dia bangun ,siap siap mengawali hari baru ,di sekolah baru,bertemu orang baru. Dan setelah semua dia rasa selesai,dengan seragam baru nya, dia turun dari kamar nya , bersiap siap untuk sarapan .
"Mbak,Ara comeback!!!!" ucapnya meneriaki seisi rumah, sambil berlari menuruni anak tangga,dengan semangat nya,dan tidak lupa dengan senyuman manisnya untuk menemui Asisten Rumah Tangga nya itu di dapur .
"Yaampun Ara ,hati hati jangan lari lari nanti kamu jatuh,berabe lagi kalo jatuh,inikan hari pertama kamu sekolah." ucap perempuan itu ,dengan sangat lembut menasehati tingkah Ara.
"Ih Ara itu semangat banget hari ini Mbak , saking semangatnya Ara lari-lari buat sarapan . Mbak,Ara bener bener ga sabar ,gimana ya sekolah Ara" antusias nya dia bercerita kepada Mbak nya itu.
"Btw btw,Mbak masak apa hari iniii,dari atas Ara cium bau-bau nasi goreng,Mbak masak itu yaaaa?" Tebak Ara sambil berjalan menuju meja makan. "Iya sayang,Mbak masak nasi goreng kesukaan Ara,pake telur mata sapi,ga lupa dong Mbak juga udah siapin susu buat Ara yang cantik" ucap Mbak nya itu sambil berjalan membawa nampan berisi nasi goreng dan susu untuk Ara.
Ara menyantap makanan kesukaannya itu. Dia seperti orang yang tidak makan 1 bulan. Sangat lahap,padahal ini cuma nasi goreng pake telur mata sapi. "Mbak ,gils Mbak,enak banget,makasih ya Mbak,Ara sayang Mbak" ucapnya sambil tersenyum manis kepada Mbak nya itu. "Iya sama sama Ara" kata Mbak nya tersenyum dengan tingkah Ara.
"Ara,hmm boleh Mbak tanya sesuatu?" Kata Mbak nya ragu-ragu. "Boleh Mbak,tapi bentar ya abisin dulu sarapan Ara,bentar lagi Ara selesai" ucap Ara sangat manis . Lalu Mbak nya hanya menganggukkan kepala,sambil membersihkan meja makan.
Sampai tiba saat nya Ara berbicara "Mbak,Ara udah beres sarapan,Mbak mau nanya apa sama Ara ?" Kata Ara sambil membersihkan sisa-sisa makanan dari mulutnya .
"Mbak mau nanya,Ara nangis lagi ya?" Seketika Ara terdiam,dia sangat terkejut,lagi-lagi mbak nya ini menanyakan hal yang seperti itu terus. "Mbak udah bilang,kalo ada apa-apa cerita sama Mbak,jangan di simpen sendirian yaa cantik,kan jadi jelek kalo gini mah mata nya jadi sembab" ucap Mbak nya penuh pengertian .
"Mbak apasii Ara tuh nangis karena Ara tadi malem baca novel ,cerita nya itu bener-bener sedihhh banget,kalo Mbak ga percaya Ara kasih pinjem deh novelnya,nanti Mbak baca " alibi Ara untuk meyakinkan Mbak nya bahwa dia baik-baik saja.
Sebenernya Ara sangat takut untuk mengatakan hal yang sejujurnya,tapi demi semua berjalan baik-baik saja,Ara selalu cari celah untuk mengelak semuanya.
Namun,banyak alasan yang dilontarkan Ara ,tidak akan membuat Mbak nya ini percaya begitu saja. Mbak ini. Mbak Ina namanya . Sudah 10 tahun Mbak Ina menemani,dan mengajari semua hal kepada Ara .
Jadi dia pasti tau ,kapan Ara akan merasa bahagia,begitupun saat Ara merasa terpuruk. Mbak Ina selalu tahu kondisi Ara jika Ara sedang bersedih. Hanya saja Mbak Ina memilih diam,karena dia tahu Ara terkadang keras kepala. Apalagi saat ini Ara berusia 16 tahun,tahun depan Ara menginjak 17 tahun dan Mbak Ina yakin,Ara pasti bisa melewati semuanya.
"Iya iya,Mbak percaya deh sama Ara cantik,nanti Mbak Pinjem novel Ara deh,Mbak juga pengen baca" ucap Mbak Ina,mempercayakan alibi Ara itu. "Oke deh nanti Ara kasih pinjem,eh udah jam 06.45,Mbak Pak Iman udah siapin mobil belum yaa? Ara mau berangkat sekarang." Ucap Ara sambil melihat jam yang ada di tangannya.
"Udah udah,tadi Mbak udah bilang,gih sana sekolah yang bener ,jangan cari gara-gara" ucap Mbak Ina sambil terkekeh . "Ih Mbak ngusir Ara,nggakan lah Mbak,Ara kan anak baik" ucap Ara sambil memasang tampang puppy eyes.
"Ara berangkat ya Mbak,Mbak jaga diri baik baik di rumah,Ara sayang mbak " Sebelum Ara memasuki mobil,dia pamitan kepada Mbak Ina dan memeluk juga mencium tangan Mbak Ina dengan rasa penuh kasih sayang. Begitupun Mbak Ina, membalas pelukan Ara dan mencium kening Ara,Mbak Ina juga berdo'a semoga Ara di kelilingi orang baik.
Ara berjalan ke halaman rumah nya,menemui Pak Iman supir kesayangan nya juga. Pak iman terlihat sudah sangat berumur , pantas nya dia itu jadi kakek Ara bukan supir Ara,itu yang ada dipikiran Ara jika mengingat Pak Iman.
Beda dengan Mbak Ina,dia memang sudah menikah hanya saja suaminya meninggal karena kecelakaan,dan tidak mempunyai anak,maka saat 10 tahun lalu Mbak Ina bekerja di rumah Ara ,dan sudah menganggap Ara sebagai anak nya,begitupun Ara,dia menganggap Mbak Ina seperti ibunya.
"Selamat pagi Pak Iman" ucap Ara menyapa Pak Iman yang sedang memanaskan mesin mobil. "Pagi neng cantik,udah siap pergi ke sekolah barunya?" Ucap Pak Iman sambil tersenyum kepada Ara. "Siap dong Pak udah cantik gini masa ga siap" canda Ara dan di balas dengan kekehan Pak Iman .
"Hayuk atuh kita meluncur neng" ucap Pak Iman sambil memasuki mobil "meluncurrr Pak Imannn" ucap Ara dengan semangat memasuki mobilnya.
Sampai tiba di gerbang Sekolah...
Hai readers...
Selamat datang dan selamat bergabung.
Enjoy!
Hahahaha garing ye gais?
sowrieee:(((
Kalo ada yang typo atau ejaan nya yang ga bener mmf yah👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia
Teen FictionJangan lari kenceng. Pelan pelan. Nanti kamu juga bakal dapetin itu. Ini tentang Cakrawala bersama benda langit lainnya. Yang senang bermain dengan perasaan. membawa terbang rasa . dan menari di luar angkasa.