12.

14 2 0
                                    

Angin malam memang dingin,tapi hadirnya nyata dan membuat ketenangan bagi sebagian orang.

Elara Auzora Megantara
-----------------


Ara tiba di rumah nya . Rumah terlihat sepi. Sepertinya Mbak Ina sudah tidur. Lalu,Ara beranjak menuju kamarnya. Jam menunjukan pukul 22.30 ,masih lama-pikirnya. Ara membuka baju nya itu dan menggantinya dengan piyama.

"Ga mandi ah dingin dah malem" ujarnya berbicara sendiri. Setelah dia mengganti baju, dia merebahkan badannya di atas kasur. Memejamkan mata sejenak,lalu membukanya kembali dan beranjak untuk membuka tirai jendela.

Ara membuka tirai itu,melihat bintang yang bertebaran di atas langit. Cukup lama Ara berdiri ,diam membisu di depan jendela.

Ara ingin melakukan sesuatu. Dia berbalik badan dan berjalan menuju meja belajar,mengambil laptop kesayangannya. Ara membawa laptop itu dan membuka pintu balkon,dia ingin menuliskan sesuatu di laptopnya malam ini. Ditemani semilir angin malam,dibalkon.

Ara membuka laptop kemudian menyalakannya. Dia mengetikkan sesuatu.

Balkon,Jakarta'20

Udara kali ini menusuk jantungku. Nafas gusar terdengar begitu kencang dalam kesepian. Semilir angin malam membuat helaian rambut ini terbang. Tersenyum kecut menerima kenyataan. Kali ini aku menatap ke atas. Ingin aku raih satu bintang. Tapi, aku belum bisa. Aku tersenyum penuh arti setelah menatap semua bintang , merendahkan diri dan hati. Tuhan,banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini. Ternyata semesta selalu baik,kitanya yang sering berburuk sangka.

Auzora-

Ara menatap layar laptopnya. Membaca kembali apa yang sudah dia ketik. Dari dalam hatinya. Dan dari apa yang dia rasa sekarang. Menutup kembali laptop ,menyimpannya di samping.

Ara menekukkan kaki,dan memeluknya . Angin malam memang dingin,tapi hadirnya nyata dan membuat ketenangan bagi sebagian orang. Ara menundukkan kepala dan menenggelamkan kepalanya ditekukan kakinya. Terdengar suara ,seperti sedang menangis.

Senggukan kecil,menggoyangkan badannya. "Mau sampai kapannnn" ucap Ara,dia menangis dalam diam,emosi terhadap dirinya sendiri. Dia memukul mukul lantai. Ara masih bisa mengendalikan emosinya. Dia mendongkakkan kepala,membuat nafas dengan kasar. Jantung berdegup dengan cepat .

"Gue gaboleh gini terus,gaboleh,nanti banyak orang yang curiga" ucap Ara sambil mengelap sisa air matanya dengan kasar. "Calm down Ra,Lo ga sendiri" ujar Ara ,lalu dia menarik nafas dan menbuangnya pelan pelan. Lagi lagi harus memperlihatkan kepalsuan.

Ara berlari kecil membawa laptop  memasuki kamarnya dan menutup pintu balkon. Menyimpan laptopnya. Ara berjalan ke arah cermin. Memperlihatkan dirinya dengan rambut kusut seperti tak terurus,dan mata yang memerah.

Ara memegang pipinya ,pelan pelan,merasakan setiap sentuhan dari tangan nya. Mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya,pelan. Menyentuh bagian matanya "jelek" satu kata yang Ara lontarkan,dia tersenyum melihat dirinya yang miris kali ini.

Hari semakin malam,Ara berjalan menuju toilet,membasuh mukanya. Setelah kembali dari toilet ,Ara meregangkan badannya,merentangkan tangannya dan membanting tubuhnya di atas kasur.

Lelah. Satu kata yang mewakili Ara hari ini. Dia mengecek handphonenya yang dia simpan diatas kasur. Membuka sosial media miliknya  untuk menghilangkan rasa gundah. Ara membuka Instagram miliknya,akun Ara di privasi dan ada pemberitahuan ketiga sahabatnya itu  memfollow instagramnya.

@AureliaA21 , @Larasati_bel, and @Winpani_13 has requested to follow you.

Ara menerima permintaan pertemanan itu,dan mengikuti balik mereka. "Jam segini gue mau post foto ah" ujar Ara terkekeh. Ara sedang memilih foto yang akan dia posting. Dan mendapatkan foto yang akan di posting di akun Instagram miliknya. Ara mengetikkan beberapa kata untuk caption di Instagram nya.

Bukan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang