LiS || 28

817 81 11
                                    

Aku bingung, frustasi!!!

Sesampainya dirumah aku terburu buru menuju kamar dan membantung pintu.

Brakk!! Aku terkejut sendiri dengan suara pintu yang aku banting.

"Ihh Kakak BERISIKKK!!!!"teriak Mia(adikku) dari luar.

"Argghhh!!! Aku haruss apaaa!!?" Aku berteriak sekencang mungkin dan berharap tak ada yang mendengarnya.

Apa aku menjauh dari Muti atau Safira?
"Gimana cara jelasin ke Muti nyaa?"

"Ish gimanaa!!"

"Oiya telpon Aidil, siapa tau dia bisa bantu"

Tuutt... mohon maaf nomor yang anda hubungi sedang sibuk.

"Ahh, ga diangkat!!"aku ke teras atas. Aku memandang langit yang cerah. Ku harap aku bisa lebih tenang.

"Danish kamu kenapa sih tadi Mama dengar kamu berteriak di kamar?"

Aku terkejut dengan suara itu.

"Ha! Engh.. emm.. nggak kok ma tadi habis main game"ucapku gugup dan bohong. Maaf ma aku harus bohong:(.

"Masa main game sampe triak teriak si?"

Aku tak menjawab pertanyaan mama, aku sibuk berfikir apa yang harus aku buat?.

Aku hanya takut kalau aku udahan sama Safira, nanti Safira makin mengancam Muti sedangkan, gak mungkin aku fulltime sama Muti.

POV. MUTI

"Besok sekolah, kira kira aku berangkat gak ya?"

Aku bingung, ragu dan aku takut kalau, aku melihat Safira dan Danish di depan mata karena... tidak tau apaa!!!

Skip》

Pagi ini aku memutuskan untuk sekolah. Untuk yang kedua kalinya aku menunggu bus di halte dekat rumah bersama orang orang yang ingin petgi bekerja dan ada juga yang sekolah.

Sesampainya disekolah, aku melihat ke arah parkiran. Entah kenapa mataku mengarah kesitu.

Jleb! Tangan seseorang menarik tangan ku dan membawaku ke parkiran belakang.

Badanku didekatkan ke tembok. Saat aku melihat wajahnya ternyata dia Danish. Danish celingukan melihat sekitar seperti memperhatikan keadaan.

Setelah itu wajahnya mendekat ke wajahku dengan jarak 3cm. Aku tak menatapnya.

"Aku bawa kamu kesini mau,.. ngasih tau tentang..."

Belum saja dia selesai bicara aku memotong pembicaraannya.

"Aku udah tau, maaf aku sibuk"aku bicara dengan nada yang datar dan segera melangkahkan kakiku.

Tangan Danish menarikku.

"Ini semua belum jelas, bahkan kamu gak tau apa yang mau aku kasih tau"

Aku terdiam, tangan nya memegang wajahku dan mengusap pipiku membuat pipiku memerah. Aku hanya bisa membisu. Dan Danish menceritakan semuanya dengan tangannya yang masih melekat dipipiku.

"Aku cuma mau ngasih tau, jadi kamu dengerin ya baik baik"ucap nya dengan nada dan suara yang lembut, baru kali ini aku mendemgarnya bicara seperti ini.

Aku mengangguk kecil.

"Aku sama Safira hanya.., aku hanya berpura pura menjadi pacarnya dan tidak sungguhan"

Aku terkejut, karena kalau Safira tau aku bisa habis di-bully nya.

"Kenapa? Kenapa tidak sungguhan? Apa kakak gatau nantinya aku akan gimana kalau Safira tau?!"ucapku panik.

"Sudah jangan panik, aku tau akan bagaimana nanti, kamu akan baik baik saja"

"Bagaimana bisa? Dia saja sudah mengancamku!"aku mulai kesal, huh ada ada saja Danish!

"Untuk sekarang ini mungkin Safira ga tau tentang ini, ya tentang aku berpura pura ini"

"Tapi kan cepat atau lambat dia pasti akan tau"

"Sudah lah tak apaa"

Tak terasa bel masuk berbunyi, berarti sudah lama sekali aku berdua dengan Danish di parkiran.

"Ayo kekelas"ajaknya.

"Tidak, kakak duluan aja, aku gamau kalo Safira liat aku berdua dengan kakak"tolakku, aku mulai sadar untuk apa aku dengan Danish dan tetap mengaharapkannya. Seharusnya aku tidak usah memaksakan kehendakku ini untuk terus bersamanya.

Danish juga berhak memilih pasangan hidupnya.

"Ish sudah lah ayo"paksanya sambil menarikku.

Di depan kelas Safira sudah menatapku dengan tajam sperti siap memakanku hidup hidup.

"Makasih"ucapku pelan pada Danish.

Maap klo ad yg typo soalnya aku bikin nya buru buru:'(

Maap jarang up soalnya gaada paketan:v

Makasih

Jangan lupa vote yaa!!!

Love in Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang