Nama gue Beni, kali ini gue mau nyeritain pengalaman mistis gue 4 tahun yang lalu bareng teman-teman di kantor.
Malam itu gue, bareng 3 teman gue Dinda, Odin, dan Arifin masuk shift malam. oiya, kami bertiga bekerja di salah satu maskapai di Indonesia, jadi shift malam udah biasa banget.
Suatu malam saat kami shift bareng, tepat jam 1 malam terdengar suara benda pecah di kantor direktur kami. "prang !"
Kami saling tatap-tatapan, dan menggangguk. Gue, Odin dan Arifin, pergi mengecek ruangan direktur. Rapi, sama sekali tak ada kekacauan sedikitpun. Oh iya, berhubung Dinda lagi sakit dan kakinya di gips, jadi kami tinggal sebentar di ruangan.
Tak lama, terdengar suara perempuan menjerit "aaaaak !"
"Dinda !" Seru si Odin.
Kami bertiga pun kembali berlari ke ruangan kerja dan mendapati dinda sudah tergeletak di lantai. Dinda pingsan.
Gue pergi cari bantuan ke lantai dasar, Arifin ngambil P3K, sedangkan Odin, yang notabene pacarnya Dinda, stay nemenin cwnya. Tak lama kami kembali dan berusaha membangunkan Dinda.
Kaki sebelahnya diolesi minyak kayu putih, tangannya juga. Kepalanya dipijat-pijat.
"Din... bangun Din." Ucap Odin. "maafin, harusnya tadi gak gue ninggalin." sesalnya.
"hhhhhhmmmmm." Terdengar suara menggeram dari mulut Dinda yang masih mengatup. Tak lama, ia membelalakkan matanya, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Hiiii hahahahahaha."
Suara tersebut sama sekali buakan suara Dinda.
Dinda mulai meracau, menangis dan berteriak-teriak.
Gue yang kebetulan punya keahlian di bidang supra natural, mulai membaca doa sebisanya.
Jempol kakinya gue pencet, Dinda pun berteriak kenceng banget, tak lama ia terkulai lemas.
"Ambilin minum." Pinta gue.
Arifin datang bersama seorang security membawa segelas air hangat.
"Kenapa mas ?" tanya si security, yang bertemu Arifin di pantry tadi, dan penasaran karena ada suara teriakan perempuan.
"Ini, ada yang ganggu jawab gue."
Gue mengambil air itu, dan lagi-lagi membacakan doa yang gue bisa. Gue kemudian menyodorkan gelas itu ke Odin, untuk diminumkan ke Dinda.
Tak lama Dinda sadar. Dia bertanya kenapa ruangan jadi ramai. Kebetulan datang lagi 2 orang security untuk mengecek ruangan.
Melihat kondisi yang mulai kondusif, ketiga security tadi, kembali berpatroli.
sekitar jam 2, Dinda kembali mengamuk. Ia menghamburkan semua barang yang ada di desknya. Kami kembali memegangi tubuhnya, karena ia bergerak tak beraturan. Gue kembali memencet jempolnya dan membaca doa.
Kali ini yang merasuki Dinda makhluk yang berbeda, terdengar dari suara auman yang keluar dari perempuan ini. Ia juga berusaha mencakar-cakarkan kukunya.
"Udah dong, jangan ganggu ! Nggak kasian apa sama perempuan, mana lagi sakit." Ucapku.
Tak lama, Dinda kembali terkulai lemas.
Kejadian kesurupan ini terus-terusan berulang, dan baru berhenti saat adzan subuh berkumandang. Dinda akhirnya bisa tertidur dengan nyenyak.
Berbeda dengan kami, yang benar-benar kelelahan, karena harus memeganggi tubuhnya Dinda yang meronta-ronta. Terakhir kali ia berlari, dan berniat untuk lompat dari tangga darurat.