8. Chamomile Tea on a Cold Night

1.2K 165 3
                                    

Though a symbol of rest and relaxation today (think: chamomile tea), this flower signified "energy in adversity" in the 19th century

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Though a symbol of rest and relaxation today (think: chamomile tea), this flower signified "energy in adversity" in the 19th century. These days, maybe you can combine the two while enjoying your morning cup of tea and getting ready to face the day.

Jeno melangkahkan kakinya menuju ruang tamu di rumahnya. Dengan dua cangkir teh chamomile hangat di nampan yang Jeno bawa, ia berjalan dengan pikiran yang berbicara dalam otaknya. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan, hanya saja entah mengapa ia justru tidak ingin melakukannya.

Mantan suami Jaemin pun hanya Jeno angkat ke depan mobilnya setelah Jaemin memastikan kalau ia sudah mengunci seluruh rumah. Katanya ia pasti akan pergi besok pagi, tapi mungkin akan datang lagi kalau Jaehyun belum pulang. Maka itu Jeno membiarkan si manis itu untuk menginap di rumahnya sementara waktu.

Dari tempatnya berdiri ini, Jeno bisa melihat Jaemin yang tengah berdiam meringkuk di atas sofa rumahnya. Ekspresinya menggambarkan emosi yang kompleks, Jeno sendiri tak bisa mengartikan tentang apa ekspresi itu.

"Minumlah," ujar Jeno dengan singkat sembari meletakkan nampan di atas meja kopi ruang tamunya. Si lelaki itu tak langsung duduk, ia mengambil selimut biru muda yang ibunya letakkan dekat televisi. Perlahan Jaemin didekatinya dan selimut itu pun dibentangkan di atas tubuh si manis yang menggigil. Entah menggigil karena cuaca atau karena kejadian yang baru saja terjadi.

"Terima kasih, Jeno-ya."

Jeno mengangguk dan mengambil tehnya dengan perlahan. Sudah lama sejak terakhir kali ia hanya berdua saja dengan Jaemin. Mungkin terakhir sekitar 3 tahun lalu?

Oleh sebab itu, Jeno agak bingung apa yang harus dilakukan atau yang harus ia katakan. Apalagi Jaemin hanya tetap berdiam diri saja. Hah, lagi pula ini bukan suasana yang bagus untuk menanyai Jaemin macam-macam.

"Bagaimana kencanmu?"

Jeno yang tengah melamun sedikit sembari meminum tehnya terkejut akan pertanyaan Jaemin. Ia hanya tidak menyangka kalau dari semua pertanyaan di dunia hal itulah yang si manis itu tanyakan padanya.

"Ya?"

Jaemin mengangkat wajahnya dari yang tadi melihat ke cangkir tehnya menjadi menuju Jeno. "Kencanmu dengan Miu. Tadi kau makan malam bersama, kan?"

"Oh, ya," jawab Jeno yang masih agak gelagapan karena terkejut.

Tanpa disangka justru Jaemin tertawa kecil menanggapi perilaku Jeno. Itu seharusnya menjadi kekehan biasa, tapi entah kenapa justru Jeno akui ia merasa rindu. Jaemin dulu banyak tertawa dan tersenyum sementara sekarang sepenglihatan Jeno ia tak lagi secerah dulu.

"Jadi bagaimana?"

Jeno tersadar dari lamunan kecilnya , "oh, ya, cukup baik."

Jaemin menyandarkan tubuhnya ke sofa, ia melihat Jeno dengan lembut. Sementara Jeno hanya melirik sesaat lalu kembali menetapkan pandangannya pada ukiran meja kopi di hadapannya.

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang