5. Blooming Sakura

1.2K 177 7
                                    

Why don't we marvel at our own passing time on earth with the same joy and passion? Why do we neglect to revel in life when it can end at any moment, or in the grace surrounding us everywhere: our family, friends, a stranger's smile, a child's lau...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Why don't we marvel at our own passing time on earth with the same joy and passion? Why do we neglect to revel in life when it can end at any moment, or in the grace surrounding us everywhere: our family, friends, a stranger's smile, a child's laugh, new flavours on our plate or the scent of green grass? It is time, cherry blossoms remind us, to pay attention.

-notwithoutmypassport-

"Pergi kencan lagi? Dengan yang kemarin, kan?"

Jeno yang tengah merapikan kemeja yang ia pakai di depan cermin itu menggelengkan kepalanya. "Yang lain lagi, eomma." Jeno bisa melihat ibunya menghela nafas. Ia pun hanya diam saja, lagi pula tak ada yang bisa ia lakukan.

Memang ibu mana yang tidak akan lelah dengan anaknya yang sudah mengencani 7 gadis berbeda dalam waktu 2 minggu?

Jeno sudah gila? Mungkin.

Tapi sungguh ia tidak merasa ada yang cocok selama kencan bersama 7 gadis itu—tentu saja Jeno mengencaninya satu-satu. Ada yang terlalu mengekang, ada yang tidak terlalu perhatian, ada yang rasanya hanya suka padanya karena wajah tampannya ini.

Kalau 10 gadis yang dijadwalkan akan berkencan dengannya tidak ada yang cocok, lagi pula ia masih punya daftar 10 laki-laki manis juga yang bisa ia kencani. Tidak usah terlalu khawatir.

"Sekarang dengan siapa kalau begitu?"

Jeno yang sudah hampir telat itu duduk di sebelah ibunya sembari memakai sneakers biru. "Namanya Shitao Miu, seorang florist juga sama sepertiku. Semoga cocok."

Ibunya yang tertarik mendengar nama yang belum pernah ia dengar ini pun mendekati anaknya. Kemarin-kemarin Jeno hanya berkencan dengan gadis-gadis yang tumbuh di daerah ini dan tentu saja ibunya kenal.

"Gadis Jepang, ya?"

"Iya, pindah ke Korea 4 tahun lalu."

Ibunya yang senang itu pun tersenyum lebar.

"Katanya wanita Jepang itu lembut dan penyayang, lho. Feeling ibu tentang yang satu ini cukup baik, Jeno-ya."

Jeno yang sudah selesai bersiap-siap bangun dari duduknya lalu mengecup pelan pipi ibunya.

"Doakan saja, eomma. Aku pergi dulu."

Jeno pun pergi dengan mobil tua ayahnya menuju kencan yang masih tidak ia ketahui hasilnya akan seperti apa. Tapi, kalau perasaan ibunya baik tentang yang satu ini semoga hasilnya juga begitu.

Begitu Jeno sampai pada kafe yang sudah mereka janjikan, ia menemukan seorang wanita yang kiranya seumuran dengannya tengah duduk pada pojok kafe. Langsung saja ia datang menghampirinya.

"Miu-ssi?"

Gadis itu memakai gaun dengan motif bunga selutut. Kakinya dibalut dengan heels rendah tanpa kaus kaki, sementara rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai saja. Dari penampilannya Miu terlihat seperti gadis sederhana yang menenangkan.

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang