fünf

2.6K 272 22
                                    

"I'm just a kid, and life is a nightmare."

—Simple Plan

"What just happened? You said you lost your medicine? How can?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What just happened? You said you lost your medicine? How can?"

Tenang yang Naga jaga tidak bisa ia pertahankan lebih lama. Tegas yang biasa ia tekankan ketika berbicara pun lenyap entah kemana. Kini suaranya bergetar dengan gurat kecemasan. Ia benar-benar belum bisa tenang kalau kembarannya belum memberinya sebuah penjelasan. Namun Kana sedari tadi justru bungkam dengan napas berantakan.

Sebenarnya, Kana juga sama dengan Naga. Getir di matanya menunjukkan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Bahkan detak jantungnya masih saja menggila dengan tempo yang sama. Ia ingin menjerit untuk melampiaskan semua, tapi tidak bisa. Tatapan Naga yang menguncinya sejak mereka duduk berhadapan di dalam mobil Anta bahkan tidak bisa membuatnya menemukan kembali suara yang hilang bak ditelan nestapa. Ia butuh bungkam sejenak untuk mengembalikan detaknya pada derit yang seharusnya.

Setelah ia bisa, barulah ia menarik napas dalam, kemudian membuka suara. "I don't know what just happened. Wakaranai. Aku lagi nyusul langkah kalian dari belakang saat tiba-tiba bahu kananku ditubruk seseorang. Aku nggak tahu dia siapa karena pakaiannya tertutup dan serba hitam. Awalnya aku pikir itu cuma kecelakaan. Tapi, aku nggak tahu kenapa pas aku cek apakah barangku ada yang hilang....." Kana meremas ujung hoodie merahnya kala panas yang dia tekan kembali naik ke permukaan. "Aku udah cari ke lantai di sekitar tapi tetep nggak bisa aku temukan. Obatku aku taro di saku kiri, Ga! Aku masih inget banget. Nggak aku apa-apain. Nggak aku sentuh sama sekali. Tapi kenapa tiba-tiba bisa hilang? Itu obat terakhirku Ga!" Kana menatap Naga dengan sorot yang jelas menunjukkan bahwa dia bingung harus melakukan apa. Kana menggigit bibir bawahnya, kemudian melepas kacamata, mengelap lensanya yang mulai memburam karena terkena uap keringatnya. Air conditioner di mobil Anta yang sejak tadi menyala sama sekali tidak berpengaruh bagi Kana.

Naga menangkap hal yang sama sejak pertama kali Kana memulai penjelasan. Bahwa ada cemas yang berkali-kali anak itu tekan, tetapi akhirnya kembali lagi ke permukaan dan membuat anak itu kepayahan. Saat Kana tengah berada dalam kondisi seperti ini, hanya satu yang bisa Naga lakukan, yaitu menjadi tenang. Kalau Kana sedang berantakan, Naga harus menjadi sejuk yang membuat api di diri adiknya menjadi padam.

Naga melirik Anta dan Atha yang duduk di kursi mobil bagian depan. Dua cowok itu menatap Kana dengan sorot yang penuh akan rasa penasaran. Setelah dua detik, ia kembali memfokuskan atensi pada Kana yang masih saja tenggelam dalam kecemasan.

Cowok kaku itu menangkup pergelangan tangan Kana yang meremas celana—hal yang selalu ia lakukan untuk menenangkan adiknya saat anak itu gagal merapikan perasaannya. "Gue tau lo panik, tapi jangan buat diri lo jadi berantakan. Sekarang mending kita pulang. Urusan obat lo ilang jangan dipikirin lagi. Urusan orang yang nabrak lo juga nggak usah lo inget-inget lagi," ujar Naga pada akhirnya.

Evanescent [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang