zwölf

2K 198 15
                                    

 "Life is a journey to be experienced, not a problem to be solved."

—Winnie The Pooh 

"Aw! That's hurt!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aw! That's hurt!"

Kasa lembut yang menyentuh luka di bagian pipinya membuat Kana meringis pelan. Lukanya memang tidak seberapa, tapi perih yang dia rasa benar-benar membuatnya tidak tahan. Bahkan Anta sudah berusaha mati-matian untuk mengobatinya dengan perlahan, tapi tetap saja rasanya menyakitkan kala benda putih itu beradu sentuh dengan luka yang dia yakini akan meninggalkan bekas hingga beberapa hari ke depan.

"Lain kali kalau ada bola melayang, mainan hp aja terus! Biar yang kena bukan cuma pipi, tapi hidung sekalian!"

Anta membuang kasa yang tadinya dia pakai untuk mengobati luka Kana ke tempat sampah yang dia taruh tepat di samping ranjang ruang kesehatan tempat dia dan Kana mendudukkan diri. Dia mengambil kasa baru, membasahinya dengan alkohol, kemudian melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan sejak lima menit lalu—mengobati luka bocah kacamata yang kini hanya bisa meringis menahan perih dengan wajah tertekuk.

"Ngedumel aja terus! Lagian Kana nggak minta Kak Anta buat ngobatin Kana kok!" Kana berujar dengan ketus. Dia melirik beberapa petugas PMR perempuan yang sedang menyiapkan perlengkapan untuk persiapan apabila ada yang terluka saat pertandingan berlangsung nanti. "Masih ada mbak-mbak cantik di sini yang bisa ngobatin Kana," lanjutnya.

Kana meringis kala Anta dengan sengaja menekan lukanya. "Bagus. Ditolongin malah ketus. Kalau lo nggak bisa ngucapin makasih, seenggaknya jangan banyak omong!"

Setelahnya Kana hanya diam. Anta pun tidak lagi bicara dan memilih untuk mengobati Kana dengan raut wajah kesal. Mereka ada pada atensinya masing-masing, hingga suara dobrakan pintu disusul berat suara yang sangat mereka kenal beserta derap langkah kaki membuat fokus awal mereka teralihkan.

"Kana! Lo kena bola?! Mana yang sakit? Mana yang luka?" Itu adalah Naga. Mendobrak pintu UKS dengan kencang hingga menimbulkan gema. Bahkan cowok itu tidak peduli kalau pintu tak berdosa itu bisa saja rusak karena ulahnya. Dia memilih abai dan terus membawa derap langkahnya ke arah sang adik tepat setelah mereka bertatap mata.

Anta mendegus kesal, kemudian melontar tatapan tajam kala Naga mendorong tubuhnya begitu saja dari atas ranjang. Cowok itu seenaknya naik ke atas ranjang dengan keringat yang bercucuran, kemudian menyentuh Kana dari lengan sampai kepala dengan brutal.

"God! Ini yang kena bola tadi?!" Naga tidak bisa mengontrol rasa terkejutnya kala melihat memar merah di pipi adiknya. Dia menyentuh luka itu dengan perlahan, diiringi dengan ringisan yang keluar dari bibir Kana.

"Perih Ga–aduh–kamu ngapain ke sini? Pertandingannya gimana? Terus ini siapa?" Kana memandang Naga dengan heran sambil menyingkirkan tangan cowok itu dari lukanya, kemudian melontar tatapan pada satu eksistensi lain yang berdiri di belakang Naga.

Evanescent [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang