Play : First Love—Sondia
✨✨✨
'widih sape tuh cantik banget?'
'Gila cantik banget'
'Cantik sih, tapi kulitnya pucet'
'Yeww, pucet tapi bening'
Beberapa kelas mungkin sedang kosong, karena ada beberapa guru yang rapat. Begitu juga kelas Adel. Adel yang baru kembali dari toilet ikut tertarik mendengar bisikan itu. Dia tidak bersama Nata dan Binbin. Nata tidur di kelas, padahal ini masih jam pertama pelajaran,entah kemana juga Binbin. Lagipula hanya ke toilet.
Adel melihat gadis yang dibicarakan menenteng tas sekolah berwarna abu-abu, berjalan pelan. Seperti ada rasa asing. Gadis itu menunduk, namun juga tetap membalas sapaan-sapaan murid lain.
Adel akui, gadis itu sangat cantik. Kulitnya putih bersih, sedikit pucat. Rambutnya hitam legam terurai sampai ke punggung. Bibirnya kecil merah muda. Matanya bulat.
Adel meringis, sedikit insecure.
Eh, gak boleh.
Banyak siswa yang mendekatinya untuk mengajak berkenalan, tapi gadis itu terus membungkukkan badannya, menolak dengan sopan jabatan tangan mereka. Gadis itu tetap memasang senyum agar tidak dianggap sombong.
Gadis itu berjalan mendekati Adel.
"Hai, b-boleh aku minta dianterin ke ruang kepsek?"
Adel mendecak "Gila, lo cantik banget ya"
"Eh m-makasih"
"Yok gue anterin" Bukan lancang, tapi Adel mudah mengakrabkan diri dengan orang lain. Adel menarik lengan gadis itu. Gadis itu terkejut, kemudia melepaskan tangan Adel dengan gemetaran. Adel menampilkan ekspresi seolah bertanya 'kenapa?'.
"M-maaf aku gak nyaman disentuh, maaf ya" Adel benar-benar terenyuh melihat keluguan gadis itu. Cantik sekali, Adel iri. Sifatnya tidak ada satupun yang mirip dia.
Apalagi mengingat dia dijodohkan dengan Prince. Namanya saja Prince, it's meaning Pangeran. Pangeran dengan putri bar-bar seperti dia. Adel sadar hal itu, ia meringis. Untung masih punya otak.
"Maap ya, maap banget. Nama gue Adel, anak paling cute disini" Ucap Adel dengan percaya diri. Gadis itu terkekeh pelan. Merasa senang dengan Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple A
Teen FictionJangan hanya menilai dari apa yang kalian lihat. Jika kalian tidak teliti dalam menilai maka kesalahan fatal bisa terjadi. Tidak peduli seberapa kerasa fakta disangkal, pada akhirnya itulah kebenarannya.