Play : Cry Again-Davichi
✨✨✨
Prince sudah pulang. Tinggallah Adel di kamarnya sendirian. Masih jam 9 malam, terlalu sore untuk tidur bagi Adel. Adel sedang memikirkan saran Prince untuk meminta maaf pada papanya.
Adel terlalu takut. Takut papanya marah lagi. Takut papanya kembali memaksakan kehendaknya lagi. Takut papanya menamparnya lagi.
Mengingat tamparan itu, Adel memegangi pipinya. Selama 18 belas tahun hidup, ini pertama kalinya. Cinta pertamanya, walaupun menjadi seseorang yang ia benci karena sikapnya, papa menamparnya.
Papa yang selalu dielu-elukan Adel kepada mamanya setiap malam. Tentang rencana liburan kemana hari minggu nanti. Menunggu papanya pulang larut, walaupun akhirnya dia tertidur duluan dan bangun kesiangan. Melewatkan kesempatan bersama papanya.
Adel kecil yang menunggu pangerannya.
Hubungan Adel dan papanya semakin berjarak saat SMA. Dimana pendidikan Adel yang diutamakan. Segalanya sudah direncanakan sejak awal. Tanpa ada diskusi, bahkan saat sarapan ataupun makan malam di meja makan.
Salahkah Adel jika marah pada Tuan Aloysius?
Disitulah Adel mulai memberontak. Melakukan apa yang belum sanggup dilakukan remaja seusianya bersama 2 sahabatnya.
Adel memutar acak lagu di handphone-nya. Lantunan salah lagu Davichi yang berjudul Cry Again mengisi setiap ruang di kamarnya yang sepi. Adel menatap ke luar jendela. Langit malam yang cerah. Bahkan bulan purnama disana seolah mengejek Adel yang bersedih di malam minggu.
Lagu itu sebenarnya lagu cinta. Tapi liriknya bisa tertuju pada siapa saja. Lagu itu memang lagu Korea, tapi Adel paham artinya. Sebait lagu yang artinya membuatnya merenung.
Tolong jangan menangis di depannya
Kau menangis ketika ia mengatakan sesuatu
Kau tak bisa mengatakan apapun ketika satu kata perpisahan diucapkan olehnya
Ketika kau tak bisa, katakanlah bahwa kau mencintainya, mencintainya
Karena itu berhentilah menangis
Adel menangis lagi, tanpa suara.
Adel merindukan papanya, sungguh.
Bahkan Adel tidak sanggup jika harus marah pada papanya sekarang. Hatinya sakit jika harus marah pada papanya. Tapi Adel takut, atau bahkan gengsi jika harus meminta maaf pada papanya. Itu bukan kesalahannya sepenuhnya. Adel hanya ingin menyuarakan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple A
Teen FictionJangan hanya menilai dari apa yang kalian lihat. Jika kalian tidak teliti dalam menilai maka kesalahan fatal bisa terjadi. Tidak peduli seberapa kerasa fakta disangkal, pada akhirnya itulah kebenarannya.