(Setelah) Perkelahian Pertama

145 23 15
                                    

Mama dan Papa berdiri di depan mading sekolah. Aku agak ragu juga mendekati, mengingat kelakuanku yang sudah jauh dari kata 'anak manis'. Namun ketika Papa menjulurkan lengannya, aku berlari dan masuk dalam gendongannya.

Tak ada yang bicara sama sekali. Mungkin mereka terkejut, kutenangkan diriku. Membiarkan Papa memasukkanku ke mobil dan menutup pintunya. Berikutnya, suasana di mobil benar-benar hening, aku bersumpah bisa mendengar detak jantungku sendiri.

"Sweetheart."

Matilah aku.

"Eng...?"

"Hyunmi hebat." Kali ini Mama yang bersuara.

Eh? Apa?

"Eh?" aku tercekat, "Kalian... tidak marah?"

Tawa kedua pria itu tiba-tiba meledak. Membuatku semakin tidak mengerti dengan situasi. Maksudnya... tolonglah! Putri kalian habis bertengkar parah di sekolah dan kalian tertawa?!

"Hyunmi hebat sekali." Ulang Papa, "Mau bercerita, hm? Papa tadinya ingin bertepuk tangan."

"Eung...," aku meringis, takut tiba-tiba ekspresi Papa berubah drastis--–sering terjadi ketika ia berhadapan dengan orang-orang yang tak di sukainya. "Dia meneriaki Hyunmi."

"Lalu?" Mama berbalik, tangannya menjulur. Namun aku keburu bergelung di kursi belakang. Ketakutan setengah mati. "Hey, kami tidak marah."

Kuturunkan lenganku yang tadinya menyilang di depan wajah, "Be-benar...?" suaraku mencicit. Sadar bahwa itu situasi terparah yang pernah kuhadapi di sekolah. Dan tentu aku tak ingin mengulanginya lagi.

"Mau Mama pangku?"

Mama... aku sudah 10 tahun...



Dan akhirnya, aku bercerita tentang awal mula perkelahianku. Beberapa di antaranya tidak di ceritakan di ruang kepala sekolah atau situasi akan tambah memanas.

Aku baru saja kembali dari kantin bersama Hyunjin--–karena kebetulan, kami terlambat keluar kelas dan makan paling terakhir. Tahu-tahu bocah Seo dan 2 orang kawannya menghadangku dan mulai meneriakiku tanpa ampun.

Awalnya sesederhana itu, aku sudah menghadapinya sejak kelas 2, jadi aku hanya diam dan berusaha menutup telingaku dari ejekan-ejekan itu. Sampai akhirnya salah satu dari mereka mulai membawa-bawa Mama. Mengatai Mama pelacur murahan, mengejek Papa seburuk itu--–yang tentu mengalihkan perhatian orang-orang pada kami.

Kesal, aku balas meneriakinya bodoh. Yeji pernah bilang bahwa bocah Seo itu 2x tidak naik kelas dan akhirnya kugunakan sebagai bumerang. Namun ia tak terima, malah menjambakku--–yang spontan ikut menjambak rambutnya dan menariknya tanpa ampun.

Kami awalnya berhasil terlepas berkat kawan bocah Seo yang mendorongku hingga jatuh. Bahkan sempat memukulku beberapa kali. Namun tetap saja, mulutnya yang tak berpendidikan itu mengejek semakin parah. Orang-orang disekitar juga mulai mengejek Mama adalah seorang banci.

Mama adalah pria yang lembut, bukan banci. Itu dua hal yang berbeda!

Hyunjin sempat menarikku menjauh. Namun ia juga sepertinya tak bisa memegangiku yang hilang kendali.

"Lalu bagaimana?" Papa sepertinya benar-benar tertarik. Sementara Mama masih memeluk perutku dan sesekali mengecup puncak kepalaku.

"Hyunmi ingat waktu itu bangun dan langsung melepas sepatu. Waktu sadar, Hyumi sedang menampari wajahnya dengan sepatu." Aku bersandar pada dada Mama, menyamankan diri di sana. "Terus di tarik lagi sama Hyunjin sama Felix."

Pine Tree || Pacadong/YoungdongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang