Cerita untuk di Sekolah

113 19 7
                                    

Ia tersenyum, "Mengenaliku rupanya."


~Pine Tree~


Mama menepuk bokongku, rupanya aku sibuk melamun dan tak menyadari bahwa ia sudah selesai membayar belanjaan. "Ngelamun lagi." Tegurnya.

Aku tersenyum, lalu berjalan mendekat. "Hehe...,"

"Tadi Hyunmi kenal?" Mama mengusap rambutku, "Kok asem gitu mukanya?"

"Kak Lucas." Aku merengut, "Suka cari ribut sama Felix."

"Hyunmi yang marah, nih?"

"Felix kan, temennya Hyunmi." Aku menatap Mama---yang kini sudah tersenyum manis. "Mereka tuh kalo berantem, pukul-pukulan, Hyunmi enggak suka."

Mama mengangguk paham. Lalu menggandengku karena harus menyebrang jalan.


~Pine Tree~


Bunyi mixer memenuhi rumah, aku duduk manis dengan bubuk oreo di pangkuanku, menunggu aba-aba dari Mama untuk menuangkannya.

"Sudah." Mama bolak-balik untuk mengecek kue yang baru saja ia panggang, "Hati-hati, jangan dilempar."

Mengangguk, lalu menuang pelan-pelan oreo yang tadinya di blender oleh Mama. Berhubung mangkuknya juga lumayan, aku bahkan tak bisa melihat dengan jelas apa sudah tertuang semua atau belum.

"Sebentar, Mama pegangi." Mama memutuskan untuk turun tangan, atau bubuk oreo itu akan tumpah karena aku berusaha membalik mangkuknya. "Nah... anak pintar."

Masih sempat juga untuk mencium bibirku yang manyun, hhh... Mama :')

"Kue yang satunya sudah?" aku melompat turun dari pantry dapur, menaiki kursi meja makan dan berdiri di atasnya.

Untuk penglihatan yang lebih luas :)

"Belum," Mama menghampiriku, "Hyunmi yang buat ya?"

Ia mengambil adonan, meletakkan sebuah marshmallow dan keping coklat, membentuknya menjadi bola. Memintaku untuk mengulanginya.

"Sampai berapa?"

"Sampai habis." Mama menciumku lagi.

Duh... habis wajahku kalau di cium terus :((

"Nanti malam mau makan apa?" Mama memasukkan oreo whipped cream ke dalam piping bag, menyisihkannya. "Biar nanti tinggal di panaskan."

"Baked potato soup...,"

Papa pernah bilang, bahasa Inggrisku berkembang dengan baik. Bahkan lebih fluent daripada mereka berdua. Lalu menjatuhkanku dengan bilang, "Tapi kenapa bahasa Mandarin-nya dapat 30?"

Kalau Papa kujual, laku tidak ya?

"Sebentar Mama lihat dulu... sayangnya Mama mau makan potato---ah kebetulan!" Mama mengeluarkan kentang dan bawang bombay. Bersamaan dengan bunyi oven---pertanda kue matang.

Aku tersenyum lebar. Hampir turun kalau saja tak melihat ke atas meja makan lagi.

Adonan kuenya masih ada :)


~Pine Tree~


Kami berdua terlalu asyik di dapur, bahkan tak sadar Papa sudah pulang dan mandi. Ia bahkan memperhatikan kami dari belakang tanpa membuat suara.

Pine Tree || Pacadong/YoungdongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang