Etoiles

113 19 10
                                    

Ada banyak alasan kenapa aku bersyukur memiliki Etoiles sebagai rumah keduaku. Salah satunya adalah... mereka selalu ada untukku.

"Hyunmi? Ada apa?" Jaemin adalah anggota Etoiles yang memegang peran sebagai kakak laki-laki di antara kami.

Putusnya aku dengan Kak Woojin pernah membuatku menyerah untuk hidup. Bahkan pernah nyaris bunuh diri, beruntung Felix yang over-protective berhasil menemukanku di rooftop karena tak mendapatiku dimeja kantin. Menyusul Hyunjin dibelakangnya---yang langsung mengambil alih.

"Enggak," aku memalingkan wajah, menutupi airmataku. "Hyunmi baik...,"

"Nangis gitu?" Jaemin merangkulku, "Gak usah malu, mau nangis ya nangis aja."

Meski mulutnya pedas, Jaemin selalu ada ketika aku lepas dari pengawasan Hyunjin. Dia tahu apa yang tidak beres dariku dan akan mencari tahu tanpa bertanya padaku.

"Kok gitu?" aku pernah bertanya, Jaemin mengangkat bahu. Susu coklatnya baru terminum sedikit, bukan hal yang biasa ia lakukan. Jaemin selalu meneguk cepat susu coklatnya untuk minta tambah.

"Biasanya, perempuan kalo lagi kalut omongannya suka aneh. Terus juga... kalian berdua pasti kesel kan, kalo lagi keadaannya enggak baik terus kita tanya."

Iya... benar juga...

"Jaemin, aku sayang kamu." Yeji memeluk Jaemin dari samping, gemas sendiri. "Hyunmi, Jaemin kita pacarin aja gimana?"

"Heh!" Hyunjin menutup telingaku, "Jangan ngajak Hyunmi!"

Jaemin tertawa ringan. Namun ia menatapku intens.

Malam itu, Jaemin menuliskan sebuah surat untukku. Surat yang kusimpan baik-baik dan menjadi rahasia di antara kami.


~Pine Tree~


"Hyunmi... Hyunjin nakal!"

"Hyunmi-ya~ sayangnya Hyunjin tapi Yeji lebih sayang lagi sama Hyunmi, cepetan ih! Nanti Yeji beliin es krim deh!"

"Mama Donghyun, dulu waktu Hyunmi di perutnya Mama. Mama ngidam apa? Kok keluarnya mirip kucing?" terus Papa tertawa mendukung Yeji dan mereka malah berkomplot.

Yeji memang akrab denganku. Selain karena kami hanya berdua di grup, ia juga selalu menjadi kawan bertengkarku. Perkelahian serius pun pernah kami hadapi. Mungkin karena kami sama-sama gadis, jadi cara berpikir kami nyaris sama, berujung dengan pertengkaran karena tak ada yang mau mengalah.

Guanlin si bungsu bahkan menandai masa pubertasku dan Yeji sebagai 'Neraka Pubertas' karena kami berdua sama-sama keterlaluan dalam menghadapi segala sesuatu. Tingkah kami rupanya membuat mereka berempat benar-benar kewalahan, berujung pada pertengkaran lagi karena mereka berdebat soal siapa yang benar dan siapa yang salah.

"Yeji-ya yang Hyunmi say---iya Hyunjin, Hyunmi juga sayang Hyunjin. Duh!" Aku merengut, "Tapi Yeji kan cewek, Hyunjin enggak usah iri dong." Omelku.

Yeji tertawa melihat wajah masam kembarannya, terkadang makin memperpanas suasana hati Hyunjin. Mungkin karena ini juga, Yeji memegang peran sebagai saudari seumuran. Ia bisa memecahkan masalah kami berlima dan selalu berada di samping kami untuk sekedar memeluk atau meyakinkan kami bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Felix terkadang bersamaku, tapi ia lebih sering pergi kepada Yeji jika memiliki cerita yang ia pikir bisa di simpan oleh Yeji. Begitu pula yang lainnya. Aku bahkan selalu curhat dengan Yeji dan rahasiaku aman bersamanya.

"Kalian kayak mirip tapi enggak sama." Guanlin menyuap tteobokki-nya, "Janjian pake baju kembar?"

Aku spontan menunduk, lalu menoleh dan membandingkan bajuku dengan Yeji. Mami Seulgi dan Mama Donghyun selalu membeli baju kembar untukku dan Yeji. Bahkan Hyunjin yang kembarannya pun mengatakan ia iri karena tak punya pasang baju sebanyak aku dan Yeji.

Pine Tree || Pacadong/YoungdongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang