Only Us

103 16 8
                                    

Tampaknya mereka bertiga bekerja sama. Aku mengomel. Sekarang pukul 5 pagi dan Hyunjin mengguncangku. Merengek, "Sekarang hari sabtu, ayo."

"Hyunjinie sayang, ini jam 5 pagi. Hyunmi ngantuk, duh!" kami berebut selimut, saling tarik. "Jarang juga libur di hari sabtu, Hyunmi tidur ya?"

Hening. Sembari mengatupkan bibir---kelewat gemas dengan sisi Hyunjin yang ini, aku menyibak selimut dan duduk dengan bare-face, mendengus pelan. Bibir Hyunjin maju dan ia menatapku kesal.

"Tidur sana!"

Ngambek -_-

"Ya sudah, Hyunmi bangun...," aku menyisir rambut dengan jari, "mau mandi."

Aku menoleh, Hyunjin masih tetap di kasur. Kamar mandi ada di luar, tentu aku meninggalkannya begitu saja di kamar, kalau ia tidak menunggu di ruang tamu. "Hyunjinie... mau menunggu di kamar?"

Merengut, ia bangkit dengan gaya malas. Bahunya bergerak, "Hm."

"Hyunjinie," aku menahan lengannya, lalu menarik kerah depannya dengan tangan kananku yang bebas. Mengecup hidungnya cepat, "sana tunggu."


~Pine Tree~


Kebiasaan mandi cepat ternyata berguna juga. Kami berhasil mendapatkan kereta pagi menuju Busan. Perjalanan selama 3 jam (bahkan lebih) ini membuat perut Hyunjin bunyi di tengah jalan.

"Ini mau kemana?" Hyunjin berhasil menge-pack barangku ketika aku sedang mandi---dengan bantuan Mama. "Sampai bawa ransel, ke Busan buat apa?"

Aku sempat panik waktu Hyunjin bilang 'Busan', pikiranku sudah kemana-mana, takut ada keluarga Papa yang mengenaliku. Hyunjin rupanya tahu dan terus berada di sisiku, meyakinkan tak akan ada yang mengenaliku.

"Hati-hati," Hyunjin memegangiku, yang langsung tersipu malu. Padahal, skinship telah kami lakukan sejak kecil, sesuatu yang harusnya membuatku terbiasa. Genggaman Hyunjin tak erat, namun aku tahu bahwa ia tak semudah itu melepaskannya.

Jagalchi Market adalah pilihan kami, aku jadi ingat cerita Papa soal sannakji (raw octopus) yang ia coba bersama kembaran beda bulannya. Kak Woojin juga dari Busan, pernah bercerita soal Jagalchi Market.

Dan yang membawaku ke sini adalah... Hwang Hyunjin---bagian kecil yang selalu kusyukuri seumur hidup. "Hyunjin tahu darimana?"

"Cari di internet," ia menyerahkan handphone-nya, "tuh daftar kencannya."

Masih dengan tangan yang terpaut, aku membuka handphone Hyunjin (dia seperti Mama, jarang memberi sandi) dan membuka notes. Menelusuri deret angka dengan penjelasan kemana kami akan pergi. "Niat banget,"

"Soalnya... Hyunjin...,"

Penasaran. "Apa?"

"Hyunjin sayang Hyunmi."


~Pine Tree~


Kami menghabiskan waktu di Busan. Aku tak bisa menceritakannya dengan detail. Mungkin lain kali, Peppermint yang akan menceritakannya.

Kalau dia protes, suruh minta bayarannya ke Papa, oke?

Atau Kak Woong :)

"Mau kemana lagi?" kakiku lelah lama-lama, "Istirahat, sebentar, 5 menit. Kaki Hyunmi pegal."

Pine Tree || Pacadong/YoungdongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang