P A R T 7

104 32 17
                                    

Seperti apakah rasanya menjadi burung? Terbang kemanapun yang kita mau tanpa ada yang mencegah. Aku iri padanya, pada sang burung.

^

Seorang laki-laki berseragam putih abu-abu yang ber name tag kan Aditya Caesar Fattah memasuki sebuah rumah yang bernuansa mewah. Ia berjalan melewati ruang tamu. Tatapannya selalu datar. Ia tidak pernah tersenyum setelah kematian ibunya. Namun sifatnya semakin dingin saat ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Padahal ibunya baru meninggal sekitaran 3 bulan. Jujur Ia sangat membenci ayahnya.

"Aditya kamu udah pulang ternyata,"sapa Farul-ayah Aditya.

Aditya tak menjawab, Ia hanya melirik tajam ayahnya kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

"ADITYA!!"panggil Farul dengan sedikit meninggikan suaranya. Spontan Aditya berhenti di tengah-tengah tangga.

"Papa udah ngikutin kemauan kamu! Papa udah ninggalin mama tiri kamu! Tapi kamu masih sedingin ini sama papa!"bentak Farul. Ia sudah hilang kesabaran dengan tingkah Aditya yang semakin menjadi.

"Anda gak usah ngurusin hidup saya! Lagian saya juga gak nguruin  hidup anda saat anda menikah diam-diam dengan wanita itu!"ucap Aditya dengan datar.

"Papa udah ngikutin semua kemauan kamu! Tapi kamu masih gini aja sama papa!" Bentak Farul. Ia sungguh tidak menyangka bahwa anak yang dia sayangi selama ini jadi se kurang ajar ini padanya.

"Apa? Lebih paraan mana pa! Papa yang ngijin ke aku buat ngurus pekerjaan di luar kota! Dan ternyata papa malah pergi buat nikah lagi! Padahal mama baru meninggal 3 bulan dan papa nikah lagi? Papa pikir aku senang? Apa papa pikir begitu?" Aditya langsung berlalu meninggalkan Farul. Setibanya di kamarnya Ia membanting pintu dengan cukup keras sehingga membuat Farul dan beberapa pembantu kaget bukan main.

Farul mengelus dadanya. Ia benar-benar ke habisan kata-kata sekarang. Sangat sulit menjelaskan pada putra semata wayangnya itu kejadian yang sebetulnya.

-

Arra menuruni tangga menuju ruang makan. Semenjak pindah sekolah, Ia sangat menyukai hari libur. Padahal sebelum pindah sekolah Ia sangat membenci hari libur. Karna di bandung Ia bisa bercengkrama dengan sahabat-sahabatnya dan menyebar pesona pada cowok-cowok di sekolah. Tapi setelah pindah sekolah, Ia harus terperangkap dalam serbuk hitam yang Ia pakai di tubuhnya sehingga tidak ada yang ada yang tertarik padanya. Berteman dengannya saja tidak ada yang mau.

"Mama!!" Arra memeluk mamanya dari belakang. Kemudian mencium pipi sang mama setelah itu mendudukan tubuhnya di kursi meja makan.

"Udah makin manja aja,"ucap Dania sembari terkekeh. Ia meletakan sepiring nasi goreng di depan Arra. Dan Arra dengan sigap memakan nasi goreng ke suka annya itu.

"Iya dong ma, kan aku anak mama,"ujar Arra tersenyum merekah. Dania hanya menggeleng melihat tingkah putrinya.

"Sebentar mama mau ketemu klien. Kamu mau ikut?"

"Gak deh mah, Arra mau ketemu sama temen-temen yang dari Bandung, katanya mereka pada ke sini,"ujar Arra lalu kembali memasukan nasi goreng salam mulutnya.

Dita, Risan dan Moly memang berencana akan mengunjungi Arra minggu lalu. Dan semalam mereka memberitahu Arra kalau mereka dalam perjalanan sekarang.

"Yaudah, kamu kan gak bisa masak, nanti buat nyambut teman-teman kamu, kamu pesan online aja."

"Rencananya sih kita mau jalan-jalan ma, nanti makannya singgah di resto aja."

SECRET Of ARRABELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang