Waktu sudah menunjukan pukul 06.00, Arra sudah selesai mandi, Ia memakai handuk mandi dan duduk di meja riasnya. Tangannya membuka laci dan mengeluarkan serbuk berwarna kehitamhitaman. Ia menuangkan sedikit air ke dalam serbuk itu dan secara perlahan Ia menggosoknya ke seluruh bagian kulitnya.
Setelah menunggu sampai kering, Ia segera memakai seragam sekolahnya.
Ia memeriksa pelipisnya. Luka akibat di serempet motor kemarin sudah baik-baik saja. Ia juga tidak merasakan sakit di pelipisnya.
Drrt Drrt Drrt
Ia mengambil Hanfonenya di atas meja. Ia tersenyum saat melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo Ta?"
"Bangke lo Ra! Mentang-mentang pindah sekolah lu gak pernah nelpon lagi!!" Arra terkekeh mendengar keluhan sahabatnya yang berada di sebrang sana.
"Gue sibuk, makanya gue jarang nelpon,"
"Bilang aja udah punya DOI baru,"Dita tertawa.
"Gue orangnya setia! Bukan tukang selingkuh,"
"Iya-iya lo setia, BTW si Gali nanyain lo trus, katanya lu gak pernah nelpon dia,"
"Udah lama gak buka line gue. Lagian kenapa bukan dia aja sih yang nelpon?"
"Lu kan pacar nya bangke. Lu telpon lah."
"But, diakan cowok bambank!!"
"Iya-iya. Kapan lu ke sini lagi?"
"YAMPUN!!"Pekik Arra yang berhasil membuat Dita yang berada di sebrang sana kaget bukan main.
"Kenapa Ra? Kenapa??"
"Gue tutup dulu yah, mau kesekolah udah mau telat nih!!" Arra langsung menutup telponnya lalu bergegas memakai sepatunya. Ia melirik jam dinding yang berada di ruang tamu.
"Ma!! Anterin Arra cepet, udah jam 7 ni ma!"
-
"Jangan tutup gerbangnya pa, Arra mohon," Arra menarik-narik gerbang memohon pada pak satpam untuk membuka kembali gerbang sekolah.
"Yah gak bisa atuh neng, kalau udah telat mah telat aja, gerbang teh gak bisa di buka lagi,"ucap satpam itu lalu berjalan meninggalkan Arra.
Arra mengumpat kesal, rasanya ia ingin mencekek leher Dita kalau ketemu. Kalau bukan gara-gara Dita yang menelpon-nya sampai lupa waktu Ia tidak akan setelat ini.
Ia berbalik hendak pulang namun...
"Eh kita mau kemana???"tanya Arra saat seorang cowok tiba-tiba menariknya.
Mereka berhenti di sebuah tembok tinggi. Arra menatap cowok itu dan tembok di hadapannya secara bergantian. Arra hanya berfikir, apa cowok itu mengajaknya untuk memanjat tembok tinggi ini?
Tapi dugaannya salah Saat cowok itu menarik sebuah papan kayu dan meperlihatkan jalan menuju sekolah.
"Masuk aja,"suruh-nya.
'Dingin bae,'
Arra mengikuti perintahnya. Mereka memasuki pekarangan sekolah.
"Eh tunggu, kamu emang gak masalah kalau ketahuan kayak gini? Padahal kamu anak kepala sekolah,"ujar Arra saat cowok itu berjalan meninggalkannya. Cowok itu berbaik dan menatap Arra lalu menaikan salah satu alis-nya.
"M-maksud aku ketahuan n-ngelanggar,"ralat Arra.
"Gak!"ucapnya lalu melanjutkan langkahnya.
Sepeningalan Aditya Arra segera berjalan menuju kelasnya. Kelasnya sudah mulai ramai. Tidak seperti hari-hari sebelumnya Ia yang selalu di tatap jijik. Teman-teman sekelasnya mulai mendekatkan diri. Mungkin mencari muka untuk meminta tugas. Apalagi saat mereka tau kalau Arra adalah anak yang pintar. Semua berawal dari ulang dadakan matematika minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET Of ARRABELA
Teen Fiction''Lama kelamaan bangkai yang lu sembunyiin selama ini pasti bakal kecium juga''