P A R T 9

91 31 7
                                    

Arra membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ke tiga temannya sudah pulang ke bandung tadi sore.

Ia kembali memikirkan kejadian di mall tadi.

"Jadi dia juga gak masuk sekolah? Untung gue gak ke tahuan!!!"

Perasaan-nya campur aduk sekarang, Ia tambah bingung. Ia masih mempunyai misi, tapi sepertinya misi itu akan gagal total sekarang.

Ia menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Dan selang beberapa menit Ia sudah masuk ke alam mimpi.

-

Arra berlari memasuki lingkungan sekolah. Hari ini Ia telat lagi karena terlambat bangun. Mungkin karena terlalu lelah berkeliling kemarin jadi Ia sampai tidak mendengar jam wekernya yang terus-terusan berbunyi.

Arra mengedarkan pandangannya. Ia melihat siswa yang terlambat di kumpulkan di lapangan.

"Kalau gue tahu bakal di hukum, mending gue lewat tempat Aditya kemarin,"gumam-nya. Ia masih berdiam diri. Apa dia harus kabur saja? Guru BK gak bakal liat juga kan?.

Saat akan melangkahkan kakinya. Langkahnya terhenti oleh suara bu Rani- guru BK.

"Mau lari kemana kamu? Cepat masuk barisan!" Tanpa mengucapkan kata apapun segera Arra ikut bergabung dalam kelompok 'kumpulan siswa telat'.

Arra terus saja merutuki dirinya. Kalau Ia tau akan sesial ini Ia pasti akan memasang jam wekernya dengan volume tinggi. Tidak peduli kalau tetangganya nanti pada marah-marah.

"Kalian lari 20 putaran keliling lapangan, setelah itu minta surat keterangan pada ketua osis dengan catatan tidak akan mengulangi lagi!"

"Yah bu, kok 20 sih, kebanyakan bu kurangin lagi dong bu!!" Tawar salah satu siswa.

"Baiklah kalau kalian mau. Tapi nilai kalian akan ibu kurangi juga!"ancam Bu Rani. Spontan mereka semua membuang nafas kesal kecuali Arra.

Arra yang notabenya berdiri di barisan paling depan hanya diam mendengar umpatan-umpatan kesal siswa lain yang terlambat.

"Bu, nilai saya di kurangi gak masalah. Asal cewek yang barisannya paling depan, pake kacamata yang rambutnya di ikat dua. Gak ikut lari,"ucapan itu sontak membuat Arra membeku. Ia segera melihat se keliking mencari orang yang sesuai dengan ciri-ciri yang di sebutkan cowok yang cukup di kenalnya. Namun, yang Ia dapat adalah mereka semua malah menatap dirinya.

'Apa yang di maksud Fraza- eh Aileen adalah gue?'

"Baiklah asal kamu bisa lari 40 putaran ke liling lapangan," ujar Bu Rani.

Mendengar itu Aileen segera berlari menuju lapangan. Semua siswa yang terlambat melongo. Satu yang ada di pikiran mereka saat ini 'Aileen gila?'

'What?! Itu beneran Aileen?'

'Ini pertama kalinya loh Aileen gitu'

'Kalau ceweknya kayak Leni gue gak masalah. Tapi ceweknya kayak...'

'Gue iri sumpah!!'

'Kak Aileen col banget'

'Gue masih normal buat milih gebetan'

'Pacar gue romantis banget!! Tapi bukan ke gue!'

'Kak Aileen si most wanted sekolah ke pentok apaan?'

Bisik-bisik para siswa terlambat memenuhi telinga Arra. Ia menundukan kepalanya. Berusaha menetralkan jantungnya dan berharap semua ini cepat berakhir.

"Kalian juga ikut lari! Jangan menggosip di sini!!"suruh Bu Rani. Sontak mereka semua pergi menyusul Aileen di lapangan.

"Kecuali kamu, kamu langsung ke kelas saja," ucap bu Rani sembari tersenyum. Jika di pikir-pikir Bu Rani ini guru BK yang ramah. Bu Rani berjalan menuju sisi lapangan untuk mengawasi siswa terlambat.

Arra mendongakan kepala-nya, menatap Aileen yang tengah berlari. Keringat bercucuran di pelipis Aileen, seragam sekolahnya juga sudah basah karna keringat.

Arra berjalan menuju kelasnya tapi tatapannya tetap tertuju pada Aileen. Tatapan mereka
bertemu. Namun, Arra memutusnya. Ia kembali memerhatikan jalannya. Namun perhatiannya kembali te alih kan saat Ia mendengar teriakan genit beberapa cewek yang kebetulan berada di sisi lapangan. Entah sejak kapan tapi lapangan sudah benar-benar ramai dengan ke datangan beberapa cewek. Apa mereka bolos? Bolos masal?.

Ia ber alih menatap ke arah lapangan. Untuk mencari tahu asal ke ramai an ini.

Jleb

Arra menelan ludahnya susah payah, di sana Aileen berlari tanpa mengenakan baju sekolah-nya. Perut kotak-kotaknya ter pampang jelas. Bahkan Arra berjalan dengan gaya slowmotion tapi matanya tetap tertuju pada Aileen.

Brak!

Arra tersungkur saat seseorang menabrak-nya. Ia segera memperbaiki posisi berdirinya. Orang yang menabrak-nya malah pergi begitu saja.

"Maka-nya kalau jalan yah jalan aja, jangan merhatiin hal lain! Jadi cewek juga jangan terlalu ke genitan!" Ucap cowok itu yang berhasil membuat Arra tak bergeming.

'Aditya?'

-

Arra terus saja melamun, bahkan Ia tidak memperhatikan penjelasan Bu Fatih~Guru Sejarah.

Bayangan tentang Aileen yang berlari di lapangan dan ucapan Aditya berkecamuk dalam kepalanya. Kalau Ia telusuri lebih lanjut jantungnya selalu berdetak kencang saat Ia berada di dekat Aileen ataupun Aditya.

Ia terus menatap keluar jendela. Pikirannya tak tentu arah.

"ARRABELA!!!" Teriakan bu Fatih berhasil membuyarkan lamunan Arra. Ia gelagapan. Segera Ia menatap sekeliling dan mereka semua sedang menatap Arra dengan tatapan kesal termaksud bu Fatih.

"A-ada apa bu?"tanya Arra gugup.

"Kamu kenapa melamun di jam pelajaran saya?!"tanya Bu Fatih dengan nada tinggi.

"E-enggak kok bu saya gak melamun,"elaknya.

"Kalau begitu coba kamu jelaskan materi yang kita bahas sekarang!"

Arra menelan salivanya takut-takut. Ia belum pernah mempelajari materi yang di maksud bu Fatih. Judulnya saja Ia lupa.

"S-saya gak tau bu,"ujar Arra sembari menunduk.

"Huuuu!! Hukum aja bu," teriak salah satu dari teman sekelas Arra.

"Kamu keluar sekarang, kamu bisa ikut di jam pelajaran saya minggu depan," ujar bu Fatih kemudian kembali di kursi kebesaran-nya.

Arra merapikan buku-nya dalam tas. Ia menyimpan tas-nya di kursi dan bergegas keluar kelas.

'Namanya gak sesuai banget sama sifatnya' Batin Arra.

Sesampai-nya di luar kelas Ia segera duduk di bangku yang berada di depan kelas-nya. Sesekali Ia melirik kelas Tiara. Entah kenapa hati-nya menginginkan agar Tiara di keluarkan juga dari kelas-nya. Agar Ia tidak kesepian. Tapi itu terlalu jahat.

Ia memakai eirphone yang sengaja Ia ambil di tas-nya. Ia menyetel lagu In my head yang di bawakan oleh Ariana Grande, Aktris ke sayangan-nya.

Ia menyandarkan kepala-nya di sandaran kursi. Tapi sebelum itu Ia melonggarkan sedikit ikat rambut yang mengikat rambut-nya agar bisa nyaman bersandar.

Setelah beberapa lama bersandar Ia sedikit mengerutkan kening-nya saat merasakan deru nafas yang mengenai wajah-nya. Ia membuka mata-nya dengan pelan.

Deg!

Sontak mata-nya membulat saat melihat wajah orang yang berada sekitar satu jengkal dari wajah-nya. Orang itu tersenyum.

🔥N E X T🔥
🍃C H A P T E R🍃

🍁Fika🍁

Vote, Komen, and Share.
LOVE YOU ALL💕

Kira-kira yang natapin Arra sampe se dekat itu siapa yah🤔
Bisa kalian tebak😅

SECRET Of ARRABELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang