2

922 210 115
                                    

Berbukalah dengan yang manis

Jadi namanya Wanda. 
Wanda Sonia.

Iya, gue lagi senyum liatin dia tanpa kedip. Dan gue rasa dia juga sadar gue lihatin. Gimana rasanya ayo, diliatin orang ganteng kaya gue.

Wanda ini emang aslinya cantik dan pintar. Titisan putri Diana kayaknya. Makanya gue nggak bisa mengalihkan pandangan gue dari dia.

Sekalipun Mas Agung mention gue soal keberangkatan gue ke India. Ada acara pembukaan Kantor Microsoft utama di sana. Dan kebetulan majalah tempat gue kerja diundang. Gue tetap memandang Wanda.

Soal ke India, sebenarnya bukan gue sendiri. Kantor menyediakan dua paket akomodasi. Belum tahu siapa partner gue. Dan sepertinya hal itu akan dibahas sama Mas Agung dalam rapat ini.

"Karena kita butuh partner buat Charis. Jadi siapa yang mau nyumbang nama? Lumayan, jalan-jalan gratis," kata Mas Agung memberikan penawaran cuma-cuma.

Sebenarnya gue nggak terlalu antusias dengan perjalanan ini. Karena gue merasa mungkin gue nggak akan cocok tinggal di sana walaupun beberapa hari. Tapi karena kantor maksa kalau fotografer yang pergi adalah gue. Ya mau nggak mau gue sepakat.

"Gue mau pergi kalau kantornya buka di Singapur mas," suara Jhonny mengudara. Gue melihat dia yang tertawa setelah mengatakan kalimat itu.

Ya semua orang tahu bagaimana India. Negara yang persisnya tidak jauh berbeda dari Indonesia itu punya momok paling menakutkan. Kumuh, kotor dan segala macam yang tidak bersih. Dan anak-anak kantor tahu situasi semacam itu.

Karena itu gue pikir. Nggak bakal ada yang akan menemani gue dalam perjalanan ini. Tapi gue salah.

"Kalau boleh usul. Saya bisa ikut. Tapi itupun kalau diizinkan. Karena saya kan baru di sini. Rasanya, nggak enak harus tinggalin kantor."

Gue kaget. Asli. Kaget banget. Karena suara itu keluar dari mulut Wanda. Si cantik yang senang banget tekan tombol pause dalam hidup gue.

Please izinin izinin izinin. Gue berdoa dalam hati. Supaya Allah mengabulkan permintaan gue yang jarang-jarang.

Gue melihat Mas Agung menimbang soal usul yang diberikan Wanda. "Gue sih oke-oke aja. Tapi lo kan bakal megang halaman lancong. Which is isinya jalan-jalan terus. Jadi, gue takutnya yang lain nggak kebagian jalan."

Gue sudah mulai tahu ini bakal kemana. Intinya Mas Agung keberatan kalau Wanda ikut sama gue ke India. Sumpah sih gue ikutan kesal. Karena kesempatan gue buat kenalan lebih akrab sama Wanda jadi tertunda.

"Kenapa nggak tanya yang lain aja mas?" Berterimakasihlah Wanda kepada gue. Karena gue akan mengupayakan keberangkatan kita ke India.

"Maksudnya gimana?"

Gue membenarkan posisi duduk gue. Tahu gue, kalau semua staf lagi memandang gue sekarang. Jarang banget kan gue ngomong di forum.

"Kalau Mas, keberatan karena Wanda bakal lebih sering jalan, kenapa Mas nggak tanya yang lain apakah mereka sepakat kalau Wanda yang pergi bareng gue?"

Kemudian sorakan kompak memenuhi ruang rapat. "Nggak bisa ya lo kelewat dikit sama yang bening-bening kek Wanda. Coba kalau Jennie yang ikut. Lo pasti nolak mentah-mentah," suara Bekti melengking di samping gue.

Ya gue nggak mau lah jalan sama cewek yang udah punya joinan. Soalnya, bukannya nanti gue dapat jodoh malah kedapetan dicurhatin gara-gara lakinya nggak peka. Udah khatam gue soal gituan.

Wanda cuma tersenyum saat gue berusaha membela dia. Lagian gue juga harus berterimakasih karena gue bisa punya teman ketika ada di India.

"Yang jelas ya Mas. Gue nggak mau pergi sendirian."

Tidak Ada Jam KerjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang