12

648 152 29
                                    

“Tsubatsa nggak terkenal kali ya?”

Kita lagi makan malam. Kebetulan hotel kita nggak jauh dari pusat street food gitu. Makanya kita memutuskan untuk makan malam di sini. Dan dengan randomnya Wanda bertanya soal Tsubatsa.

”Kenapa tanya gitu?” tanya gue ke dia yang masih sibuk dengan sepotong seafood berlumur saus cabai.

”Nggak lihat dimana-mana. Nggak kaya Conan atau Naruto. Ada aja gitu.”

Gue sama dia memang baru selesai menjelajah di daerah Shinjuku. Kemudian, sempat mampir ke beberapa toko buat beli barang titipannya orang kantor. Ya banyak sih, kayak miniatur karakter, baju merek Jepang yang memang nggak banyak ditemukan di manapun. Dan biasanya cuma ada di Shinjuku.

”Tsubatsa tuh anime lama sayang. Udah tamat. Udah jadi pelatih lagi dia. Kan udah bikin Jepang jadi juara dunia,” gue jawab asal. Yang penting jawab.

Dia mengerjapkan mata, ”Emang iya? Jadi Tsubatsa itu beneran ada ya?” dia anya serius.

Ciri-ciri Wanda serius adalah, menarik perhatian gue dengan menggenggam jemari gue supaya kita bisa saling tatap. Tapi kadang memang, pas gue pengen ngelucu, dianya yang serius. Begitu juga sebaliknya. Pas gue serius, dia bercandanya kelewatan.

”Bercanda Wanda, astaga. Kamu nih, lagian random banget sih tanyain Tsubatsa.”

Wanda berdecak kesal, ”Aku suka soalnya. Suka sama Taro Misaki. Ganteng ya.”

Sebentar. Ada yang aneh.

Wanda bilang Sakhrukhan di serial Koch Koch Hotahai itu ganteng ya wajar. Ada manusianya. Ada bentuknya. Tapi kalau di dalam anime. Patokan ganteng dan cantik itu, dimana ya?

”Tapi aku sedih deh.”

Gue membolakan mata gue. ”Kenapa lagi?” tanya gue sedikit jengah. Suka aneh memang kan dia.

”Misaki kan punya sakit jantung makanya nggak bisa terusin karirnya di bidang sepak bola,” dia menunduk sedih, seakan-akan memang sedang merasakan kesidihan nyata megenai penyakit tokoh kesukaannya.

Tapi gue yakin ada yang aneh dalam pernyataan Wanda. 100 persen yakin. Nama-nama dan kisah yang disebutkan Wanda seperti sangat mengganggu gue yang juga penyuka kartun Tsubatsa. Gue sedang berpikir, apa yang sedang mengganggu gue.

Sampai akhirnya gue memutuskan untuk mencari keterangan di google mengenai Taro Misaki.

Dan.

Baru gue sadari.

”Nda, kayaknya yang sakit jantung bukan Misaki deh,” kata gue pelan.

”Misaki koook, kan aku nonton sampai tamat.”

Gue menggeleng, ”Nih lihat, Misaki tuh bapaknya yang suka lukis itu jadi suka pindah-pindah rumahnya.”

Mata dia membulat. Lalu menarik ponsel gue, ”Lah iya. Terus yang sakit itu siapa ya?”

Gue tahu, ada tokoh di serial tersebut yang memang memiliki riwayat penyakit jantung. Tapi gue sendiri lupa. Jadi gue berusaha mengingat lagi. Tapi tidak ada satupun nama yang terlintas di kepala gue. Jadi gue memutuskan mencari  lagi di internet.

”AAAAAH,” nggak tahu, kenapa gue puas banget lihat sebuah nama di layar HP kali ini. Kaya sebuah jawaban yang  gue tunggu muncul begitu saja.

”Kenapa-kenapa?’

”Namanya Misugi Jun sayang, tuh si Jun.”

Dia cuma ngangguk-ngangguk. Lalu menyerahkan ponselnya ke gue lagi. ”Kenapa ya dia nggak minta disembuhin aja sakit jantungnya. Kan kasian.”

Tidak Ada Jam KerjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang