1 tahun kemudian..
Awalnya Nayeon kira setelah pertengkaran mereka satu tahun lalu mereka akan baik-baik saja. Mereka akan kembali bersama seperti biasanya tapi ternyata lagi-lagi ekspetasi tak semanis realita.
Nayeon tak menyangka bahwa hari itu akan jadi hari terakhir dirinya bertemu dengan Chanyeol. Mereka tidak bertegur sapa hampir seminggu setelah kejadian itu, tidak ada yang mau mengalah untuk sekedar meminta maaf supaya situasi kembali normal. Keduanya sama-sama keras kepala mementingkan ego masing-masing.
Nayeon menangis hampir 3 hari karenanya. Mengunci diri di dalam kamar, tidak mau makan, tidak ada semangat hidup, persis seperti remaja putus cinta pada masanya. Ia benar-benar menyesal. Disaat ia baru akan menurunkan egonya untuk meminta maaf kepada Chanyeol, ia malah mendengar kabar yang sungguh tidak ingin didengarnya.
Mamanya Chanyeol bilang, kalau Chanyeol memutuskan pindah sekolah, ia melanjutkan sekolahnya ke Perancis. Nayeon benar-benar shock mendengarnya, sempat terpikir di benaknya untuk menyusul Chanyeol disana tapi lagi-lagi yang bisa ia lakukan hanyalah menangis saja.
Nayeon terlalu rapuh, ia benar-benar merasa kehilangan sedalam-dalam
nya. Ia terlalu terbiasa dengan Chanyeol dan ketidakhadirannya benar-benar menyiksa untuknya.Nayeon merindukan Chanyeol, sungguh. Ia berusaha menunggu cowok itu untuk kembali ke Korea tanpa bisa bertukar kabar karena nomor Chanyeol sudah diganti. Cowok itu seperti benar-benar berniat untuk menjauhinya.
Siang hari yang begitu terik. Awalnya Nayeon senang bisa kuliah di universitas impiannya, tapi angan-angannya lenyap ketika kata ospek masuk ke gendang telinganya.
Kalau ada yang bilang dunia perkuliahan itu enak atau jauh dari kata 'Senioritas' maka itu salah besar. Karena pada kenyataannya Nayeon mendengar desas-desus kalau di kampusnya sangatlah ketat dalam masalah tata krama dan sejenisnya.
Hari ini adalah hari pertama ospek dilaksanakan, dan Nayeon harus berangkat dengan enggan. Bukan hanya enggan mengikuti rangkaian acara tapi juga enggan membawa berbagai peralatan banyak dan juga aneh tentunya.
"Baris sesuai kelompok ya!" perintah koordinator kelompok yang telah ditugaskan mengatur anggotanya.
Terlihat tempat ospek yang sudah ramai dengan para senior berkumpul di depan sana dan jangan lupakan ekspresi sangar serta dingin yang mereka pancarkan.
"CEPETAN JALANNYA! LELET BANGET"
"GAK USAH BINGUNG!"
"BISA BARIS GAK SIH!"
Setidaknya itulah prakata pembuka dari senior-senior disana. Nyali Nayeon sedikit menciut. Ia memilih baris dibarisan lumayan belakang dan mencoba tidak terlihat bingung.
"CEPETAN KELUARKAN BARANG-BARANG YANG UDAH DISURUH!"
Tanpa pikir panjang, seluruh maba alias mahasiswa baru langsung menurunkan ransel yang sedari tadi mereka gendong. Mereka cepat-cepat mengeluarkan barang-barang bawaan yang memang sudah diberitahu lewat grup chat semalam.
"KAMI AKAN MENGECEK SELURUH BARANG BAWAAN KALIAN!"
Nayeon bergidik ngeri mendengar ucapan kating mereka yang tampak sangat tegas itu. Tak terbayangkan dibenaknya jika sampai ia melakukan kesalahan di depan mereka.
"Papan nama?"
Seluruh maba langsung kelimpungan mengangkat papan nama mereka tinggi-tinggi ke udara mendengar perintah seniornya.
Dan beberapa barang telah disebutkan menyisakan beberapa peralatan lagi yang belum. Nayeon tiba-tiba panik saat dirasa ia lupa membawa sesuatu. Ia mengecek tasnya beberapa kali dan sialnya barang itu memang benar tidak ada. Kemarin malam ia merasa sudah menyiapkan segala barangnya, kenapa sekarang tidak ada? Hati Nayeon mencelos. Ia gugup dan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [END]
FanfictionTiba-tiba suka. Tiba-tiba tenang. Tiba-tiba nyaman. Tiba-tiba lupa kalau hanya sebatas teman. FRIENDZONE. Chanyeol dan Nayeon. Terjebak dalam zona nyaman bertemakan temenan. Tanpa status, tanpa kepastian. Selalu ada kata 'dan' yang seolah menj...