“ Eh, ada apaan nih? ” seorang cewek datang menyapa. Bersamaan dengan kedatangannya masih ada lagi seorang cewek lain yang langsung ikut duduk berdesakan dengan Oliv dan Rea yang masih menyisakan cemas di wajah mereka.
“ Eh, lo Anna ” Winda menoleh lega. “ Untung lo pas nggak ada di sini. Kalo ada mungkin bakal lebih rame lagi ”.
“ Rame? ” ulang Anna dengan kening mengerut tanda tak mengerti.
“ Iya...”.
“ Rame kenapa? ”.
“ Si Azka tubrukan sama gue tadi nggak sengaja terus Sesil sewot sama dia. Gue udah takut kali-kali aja masalah sepele kayak gitu bakalan jadi besar, yah kan tau sendiri Sesil kayak gimana ”.
“ Ooh... ” sahut Anna setengah tak peduli karena dia segera berbalik untuk pesan makanan ke Mbak Yani.
“ Tapi jadi ada hikmah nya kan? ” Della menyambung sambil mencomot tempe goreng tepung yang tersedia di atas meja.
“ Geseran dikit dong! Gue mau makan bakso sama Anna entar. Kalian udah pada selesai makan? ”.
“ Udah ” Rea menjawab sambil bergeser sedikit. “ Hikmah apaan sih maksud nya? ”.
“ Hmm...? ” Della melirik malas ke arah Rea. “ Gue liat kalian malah kenalan sama dia. Cogan keren kayak gitu, stok langka lho. Karena kalian udah kenalan sama dia, kesempatan bersaing jadi terbuka lebih lebar. Hayooo jangan nggak ngaku! ”.
“ Aahh nggak juga ” sanggah Sesil. “ Nggak semua cewek disekolah ini naksir sama dia ”.
“ Yang nggak naksir berarti nggak beres! ” kali ini Oliv tidak mau kalah.
“ Iya! ” tambah Rea.
“ Apa sih yang diomongin? ” Anna menyusul duduk di dekat Winda. “ Bakso lo nggak pake mie kan Dell? Pangsit nya abis ”.
Della asik mengubek tempe goreng mencari-cari cabai. Tangannya pun sempat dipukul oleh Rea.
“ Jijik Dell, ya ampun! ”.
“ Woi elah! Gue nanya jangan di kacangin dong! ” kesal Anna yang tak mendapat jawaban atas pertanyaan nya dari satu pun teman nya.
Della dengan wajah putus asa karena tak kunjung menemukan cabai, akhirnya terpaksa makan tempe goreng tanpa cabai.
“ Lo tuh ya. Kita dari tadi lagi ngomongin Azka. Si anak baru itu...yang masuk kelas XII Ips 1 itu lho, muka nya yang ganteng nya ke indo-indo an tuh bikin semua cewek di sekolah ini kesem-sem dan pada nggak mau lagi sama cowok-cowok mereka hahaha... ”.
“ Nggak semua kok Dell! ” Sesil masih pada pendirian nya. “ Gue sama sekali nggak ada naksir-naksir nya sama tuh cowok. Se-di-kit-pun nggak ada! ” ucap Sesil dengan penuh penekanan.
“ Ooh dia toh ” Anna manggut-manggut “ Emang cakep sih, tapi--- ”.
“ Iyaa kita tauu! Cakepan Gibran kan? Ayo ngaku lo! ” ucap mereka serempak membuat Anna seketika bungkam.
“ Bilang sekarang lo nggak mau sama Gibran, itu tandanya lo normal! ” canda Rea sambil ngerlingin matanya ke Anna.
“ Kalo ngomong yang bener dong Re ” Della menyikut lengan Rea sambil melirik ke samping, ke kantin sebelah. “ Hai Gibran! ”.
Bukan cuma Anna dan Rea yang terkejut tapi juga Sesil, Winda dan Oliv. Mereka semua serempak mengikuti arah pandang Della tapi yang disapa ternyata tidak ada.
Della terbahak-bahak merasa puas bisa mengerjai teman-temannya terutama Anna yang muka nya sempat merah karena hampir saja tersedak bakso nya. “ Huuu makanya... ”.
“ Nggak lucu Della! Gue kaget beneran nih anying! ” kesal Anna.
“ Eh Gibran! ” Winda memanggil.
Semua nya kini mengikuti arah pandang Winda, kecuali Della. Dia masih saja tertawa-tawa mengejek dan berlagak kalau hanya dia yang bisa mengerjai teman-teman nya dan mengatakan bahwa Winda itu sama sekali tidak pandai berbohong karena wajah nya yang selalu ekspresif dan gampang di tebak.
Yang diejek hanya acuh dan sama sekali tidak merasa tersinggung. Karena memang benar kalau Winda memang tidak pandai berbohong.
“ Anna bisa kesini sebentar? ” suara bariton membuat Della tersedak gorengan nya.
Anna mengangguk dan mengikuti Gibran menjauh dari meja kantin sementara Della sekarang ada dalam posisi di tertawai dan di ejek habis-habisan.
“ Kenapa mereka? ” Gibran menunjuk ke arah teman-teman Anna dengan wajah penuh tanda tanya. “ Lagi ngetawain gue ya? ”.
“ Eh nggak kok! ” Anna menjawab cepat. “ Si Della lagi di kerjain sama anak-anak ”.
“ Ooh ” Gibran manggut-manggut paham.
“ Ada apa Gib? ”.
“ Pak Atet bilang katanya kelas karate udah bisa dibuka baru lagi. Jadi adik-adik kita kelas sepuluh udah bisa mulai daftar sekarang. Nah, lo sebagai sekretaris ekskul karate dapet tugas dari Pak Atet buat bikin pamflet atau brosur yang kayak gini... ” Gibran mengeluarkan selembar kertas dari saku celana abu nya.
“ Nah kayak gini. Lo bisa pake komputer di kantor TU biar bisa langsung ngeprint sekalian ” lanjutnya sambil mengulurkan kertas nya.
Anna mengambil lembaran kertas penuh coretan yang di berikan Gibran dan manggut-manggut.
“ Iya. Tapi--- ” Anna melirik keki ke arah Gibran.
“ Tapi kenapa? ”.
“ Hehe gue kan belum ahli pake komputer. Mana bisa gue bikin yang model tulisan nya pletat-pletot kayak gini ”.
“ Oh. Mau dibantu? ”.
Anna manatap Gibran antusias “ Seriusan? Mau banget! Entar ya di kantor TU pas pulang sekolah? ”.
Gibran mengangguk sambil tersenyum manis “ Oke. Kita liat siapa nanti yang duluan dateng, yang kalah traktir es teh ya...”.
“ Oke, siapa takut! ”.
“ Ya udah kalo gitu sampe nanti ya. Bye...”.
“ Bye Gibran... ”.
Gibran nyengir kecil dan pergi dari sana. Anna berbalik dan tidak sadar kalau dia sedang di perhatikan teman-temannya dari tadi. Duduk di sebelah Winda dan mendalami kertas pemberian Gibran dengan hati berbunga-bunga. Beberapa detik kemudian barulah Anna teringat sesuatu “ Eh mana bakso gue?! ”.
“ Di abisin Sesil noh! ” Winda mengadu. Anna sama sekali tidak protes, karena kalau protes sama saja dia membuka jalan untuk teman-teman nya bisa mengejek nya lagi, dan dia tidak mau itu sampai terjadi.
“ Ya udah berarti duit jajan gue utuh buat nanti yeay! ”.
“ Nggak bisa! ” potong Sesil cepat dengan keadaan mulut penuh “ Gue udah bilang sama Mbak Yani kalo bakso nya lo yang bayar, kan lo yang pesen tadi ... Thanks ya Anna! ”.
“ Dih enak aja lo! Emang bener tuh bakso gue yang pesen, tapi kan lo yang makan, jadi lo yang harus bayar! Gue sih ogah bayar makanan yang sama sekali nggak gue makan ”.
“ Harus nya lo terima kasih ke gue Ann! Kalo nggak gue makan nih bakso entar mubazir kan bentar lagi masuk. Dosa tau buang-buang makanan! ”.
Teeet!!
Teettt!!!
Bel masuk berbunyi. Anna langsung menarik tangan Della dan berlari meninggalkan kantin diikuti Winda, Oliv dan Rea. Sementara Sesil berteriak tak terima sambil buru-buru menyelesaikan makanmya dan terpaksa harus mengosongkan dompet nya untuk bayar bakso ke Mbak Yani.
Scroll—

KAMU SEDANG MEMBACA
THE END
Teen FictionApa yang lebih berat dari mencintai dalam diam dan selalu berharap namun tak tahu apakah harapan itu akan menjadi kenyataan??? Present - THE END By : GembelKhatulistiwa31 2020