16

8 13 1
                                    

Hari kedua bekerja Anna merasa deg-degan. Bagaimana tidak? Untuk hari ini tentu saja tugas nya bukan lagi di dapur cafe . Dia harus mulai belajar untuk melayani pengunjung yang datang.

Beberapa waktu berlalu, Anna tahu malam ini akan ada yang dinner di sini. Dan Anna mendengar beberapa pelayan perempuan cekikikan genit. Anna sedikit merasa aneh dengan hal itu. Pelayan-pelayan itu seolah-olah sedang keganjenan dengan seorang tamu cowok.

Anna memutar bola matanya sambil menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak berselang lama, seorang pelayan senior meminta bantuan nya untuk membawa minuman pesanan ke meja tamu.

Anna berjalan keluar dapur membawa nampan dan minumannya, bersama salah seorang pelayan senior yang membawa menu makanan yang di pesan.

Selama berjalan Anna hanya fokus menatap minuman yang di bawa nya, bahkan sampai dia sudah berada di samping meja tamu itu.

“ Minum nya Bu... ” ucap nya dengan ramah kepada seorang Ibu yang menjadi tamu di meja itu.

“ Terima kasih ” balas sang Ibu tak kalah ramah.

Anna pun mengangguk dan berjalan kembali ke dapur bersama senior nya. Barulah sekarang Anna bisa memperhatikan setiap pengunjung yang datang.

Dan di salah satu meja...Anna langsung membelalakan mata nya ketika melihat siapa tamu di meja itu. Azka! Bersama dengan seorang wanita paruh baya yang cantik dengan dandanan yang bisa di bilang menor.

Saking kaget dan fokus nya dia menatap Azka, sampai-sampai Anna tidak sadar jalan nya melenceng dan...

Jeduggg!

Anna menabrak pintu dapur lumayan keras sampai bunyi nya terdengar.... Ah memalukan!

Suara riuh gelak tawa terdengar dari pelayan-pelayan lain, dan beberapa tamu yang meja nya dekat dengan dapur dan melihat kejadian itu pun juga ikut tertawa.

Anna mengelus-elus jidat nya. Sakit! Sakit sekali! Tapi sakit nya tidak seberapa di bandingkan dengan malu nya. Anna rasa nya ingin tiba-tiba bisa menghilang sekarang juga.

“ Lo kenapa Ann? ” tanya Nando masih dengan tawa nya. Anna hanya cengar-cengir dan tertawa garing.

Anna berharap Azka tidak melihat nya tadi.

^^^

Jam sudah menunjukan pukul 23:15. Pengunjung cafe sudah mulai berkurang. Tugas-tugas pun sudah di selesaikan semua. Saat nya para pelayan pulang ke rumah masing-masing.

Anna masih di halaman parkir menunggu jemputan nya datang.

“ Anna! ”.

Anna menoleh dan ternyata Azka yang memanggilnya. Cowok itu sekarang sedang berjalan ke arah nya.

“ Mau pulang? Pulang bareng gue aja. Kebetulan gue juga mau pulang ” ajak Azka.

“ Lo? Lo ngapain disini? Nggak di tonjokin orang lagi? ” tanya Anna basa-basi tapi dingin.

“ Kok lo ngomongnya gitu sih? ” protes Azka. Azka hendak mendekat tapi Anna langsung menatap nya tajam.

“ Stop! Nggak usah deket-deket. Diem aja di situ kalo nggak mau gue yang nonjokin lo malem ini ”.

Azka melongo keheranan dengan cewek dihapannya ini “ Lo kenapa sih? Gue nggak mau ngapa-ngapain lo kok ” lagi-lagi Azka mencoba mendekat.

“ Lo nantangin gue ya?! ” Anna dengan cepat memasang jurus kuda-kudanya dengan tangan yang sudah mengepal di depan dada.

“ Lo tuh kenapa sih?! ”.

“ Udah gue bilang jangan deket-deket ya jangan deket-deket! Mau gue tebas lo hah?! ”.

Azka bergidik tapi kembali acuh. Anna pun berjalan menuju bangku di halaman  parkir. Dia merasa kaki nya pegal berdiri terus jadi memilih duduk. Tak lupa Azka pun mengikuti juga duduk di sebelah Anna. Tetap dengan jarak.

“ Lo ngapain masih disini? ” tanya Anna yang heran dengan Azka.

“ Nganter nyokap dan gue masih nungguin dia ”.

“ Mana nyokap lo? ”.

“ Lagi ngobrol sama manager cafe. Sengaja gue tinggal sama manager itu ”.

Anna diam. Dengan manager cafe? Berarrti dengan Om Dito —batin Anna.

“ Lo kenapa? ” tanya Anna setelah sadar dengan wajah Azka yang pucat.

“ Ng...nggak apa-apa kok ” jawab Azka. “ Mm...Gibran itu pacar lo? ”.

Anna terkejut dengan pertanyaan Azka “ Oh bukan ” jawab Anna seadanya.

“ Akhir-akhir ini gue mikir apa yang di bilang Gibran itu bener ” ucap Azka menggantung. Anna mengerutkan keningnya bingung dan menunggu cowok itu melanjutkan ucapan nya “ Gue emang binatang. Otak gue otak binatang ”.

Anna kaget bingung harus menanggapi bagaimana “ Emm... Gue rasa maksud Gibran ngomong gitu ke lo— ”.

“ Apa? ” potong Azka cepat dan kembali mendekati Anna. Dengan cepat Anna berdiri dari duduk nya untuk menjauh dari Azka.

Azka tersenyum getir “ Bener kan? Gue emang kayak binatang. Bangsat! Nggak bisa berbuat yang lain selain berbuat asusila. Nggak di sekolah...atau dimana pun. Setiap orang merasa dirinya bersih dan suci, sementara gue? Kotor dan berdosa. Itu yang semua orang pikirin tentang gue ”.

Anna kembali kaget dan bingung. Entahlah...Anna hanya bisa diam.

“ Semua orang munafik. Gue nggak percaya cewek seusia lo belum pernah di cium atau pun di peluk cowok ”. Azka menatap Anna dengan tatapan lapar lengkap dengan smirk di wajah nya dan lagi-lagi mendekati Anna.

“ Stop! Gue bilang stop! Atau gue teriak sekarang?! ” Anna mundur beberapa langkah.

“ Lo takut sama gue kan? Takut gue cium atau peluk lo? Sama seperti apa yang udah pernah gue lakuin ke Cindy waktu di toilet dan di mobil waktu itu ”.

Anna merasa muak dengan Azka. Entah apa yang ada di pikiran cowok itu “ Lo tuh emang binatang! Nggak bermoral! Gibran emang nggak salah ngomong. Lo harus nya tinggal di hutan kumpul sama binatang. Mereka lebih cocok jadi temen lo! ”.

“ Lo pikir selama ini gue nggak tinggal di sana?! ” ucap Azka semakin membuat Anna muak “ Lo pikir gue disini karena apa? Jalan-jalan atau cari hiburan? Anggep aja gitu ” Azka pergi beranjak pergi dari sana dan menuju mobil nya.

“ Lo bilang lo kesini nganter nyokap lo kan? Tapi kenapa lo malah mau pergi ninggalin dia? Bukan cuma nggak bermoral, tapi lo juga ternyata nggak pecus jaga nyokap lo sendiri. Orang kayak lo tuh nggak pantes jadi manusia! ” teriak Anna.

Azka berbalik cepat menatap Anna “ Lo tau Ann? Gue ninggalin dia disini karena emang itu kemauannya. Dan itu bukan urusan lo! ”.

“ Ya ya terserah lo! Cari-cari alasan itu emang udah jadi kebiasaan cowok kayak lo. Dasar cowok nggak berguna! ” .

Azka menatap Anna tajam begitu pula Anna. Azka berjalan mendekat pelan dan mengancam. Kali ini Anna diam, tapi tangan nya mengepal siaga.

“ Nyokap gue pelacur! Nona Anna yang terhormat! ” ucap Azka setelah berdiri di hadapan Anna.

Scroll—

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang