13

8 13 0
                                    

“ Gibran ” Anna menatap Gibran setelah mereka terdiam sesaat.

“ Ya? Ada apa? ” tanya Gibran tenang sembari balas menatap Anna.

Anna menunduk “ Menurut lo, gue nih orang nya gimana sih? ”.

“ Oh... ” Gibran terkejut “ Lo? Lo ya...Mmm lo itu... Ya gitu. Baik, pinter, ramah dan humble , rajin dan nyenengin ”. Sampai disitu Gibran diam dan semakin memandang Anna lekat-lekat “ Emang nya kenapa? ”.

“ Nggak apa-apa... ” Anna berusaha ternsenyum dan berharap tidak terlihat kaku, sekaku perasaan nya sekarang. “ Pengen tau aja pendapat lo tentang gue ”.

“ Lo sendiri...kalo menurut lo gue gimana orang nya? ” tanya Gibran balik.

“ Ng...menurut gue, lo tuh orang nya...gimana ya...pokoknya beda sama yang lain! ” Anna tidak tahu harus mengatakan apa.

Gibran bingung “ Gue beda? Beda gimana? Kuping gue panjang kayak kelinci, mata gue bunder kayak burung hantu, atau hidung gue kayak patkai? ”.

Anna tertawa begitu juga dengan Gibran “ Maksud gue bukan nya gitu. Gue nggak bilang lo tuh mirip hewan dan sebangsanya. Secara fisik sih muka lo sama aja kayak yang lain nya dalam artian lo tuh normal. Cuma... ”.

“ Cuma apa? ”.

Anna kembali di buat bingung harus menjawab apa “ Nggak tau lah...pokoknya lo tuh beda. Lo...lo spesial banget ” -buat gue...lanjut nya dalam hati.

Gibran malah tertawa “ Spesial? Kayak martabak aja spesial ”.

“ Eh maksud gue... ” Anna malah salah tingkah “ Lo taulah...gue itu nggak bisa nerangin lo tuh gimana. Yang jelas bagi gue lo tuh baik banget, lebih dari yang lain... ”.

“ Lho tapi kan— ”.

“ Udah dong nggak usah nanya lagi ” Anna memohon “ Gue seneng bisa deket sama lo. Itu aja ” Anna melengos malu tapi segera menoleh lagi ke arah Gibran untuk melihat reaksi cowok itu.

Gibran hanya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala nya. “ Jam tiga nih, pulang yuk ” ajak Gibran setelah melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya. Anna pun mengangguk setuju.

^^^

Untuk mengisi waktu luang, Anna memutuskan untuk bekerja paruh waktu di cafe milik Omnya. Awal nya sih Om nya tidak mau menerima, alasan nya karena merasa tidak enak, tapi karena Anna tetap memaksa akhirnya Om nya tak bisa lagi menolak. Jadilah sekarang Anna kerja di cafe itu.

Malam ini suasana cafe terasa tenang. Hari ini masih agak sore jadi belum banyak pengunjung yang datang. Anna sedang berkenalan dengan beberapa karyawan lain dan sesekali membetulkan seragam yang di pakai nya. Baju lengan pendek dengan celemek yang pendek juga dan celana hitam panjang.

Ini dilakukan nya karena ingin belajar bekerja dan mencari uang sendiri meskipun Papi dan Mami nya itu sama sekali tidak merasa keberatan membesarkan Anna dan memenuhi semua kebutuhan nya. Anna ingin tahu rasa susah nya mencari uang.

Semakin malam semakin banyak pengunjung yang datang. Anna masih gugup dan Om Dito pun hanya menyuruhnya untuk membersihkan peralatan makan dan minum sampai terlihat kinclong. Kelihatan nya sih mudah dan sebenar nya memang mudah. Tapi karena harus pakai tenaga supaya kinclong Anna merasa tangan nya panas dan pegal. Melebihi rasa pegal nya saat pertama kali di suruh push up saat latihan karate.

“ Yuhuuu...ada lagi nih ” ucap seorang pelayan, pencuci piring yang ramah dan riang. Anna melotot melihat setroli gelas lagi. Pelayan itu tertawa girang melihat Anna melongo takjub dan segera menurunkan kotak-kotak besar tempat gelas yang di penuhi gelas-gelas yang masih basah dan hangat setelah di cuci.

“ Kaget ya karena nggak abis-abis? Emang gini kerja nya di belakanh, nggak ada berhentinya. Tapi di depan sama juga kok, yah namanya juga orang kerja. Oh iya, nama gue Nando, gue trainee dari sekolah perhotelan. Gue udah tiga bulan di sini jadu masih kurang tiga bulan lagi. Anna kan? Oke semuanya giliran lo sekarang yang ngurus ini, gue mau lanjut nyuci lagi. Daahh... ” ucap nya panjang lebar tinggi luas volume dan ngacir dari sana dengan girang sambil melambai-lambaikan tangan nya.

Anna tertawa melihat gaya nya yang santai dan lucu lalu cepat-cepat mengambil lap yang baru yang masih kering dan mulai mengelap-ngelap lagi. Gelas-gelas yang sudah di lap langsung di tumpuk rapi di meja dan perlahan persediaan gelas bersih siap pakai menumpuk semakin tinggi. Tapi tidak terlalu lama karena bar kehabisan gelas bersih dan tanpa permisi karyawan bar mengambil gelas-gelas itu begitu saja. Anna sempat merasa dia diacuhkan tapi kemudian dia mengerti karena semua orang sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk berbasa-basi dengan orang baru seklipun orang itu adalah keponakan pemilik cafe.

Sampai jam sepuluh Anna terus bekerja, sesekali di temani ngobrol karyawan yang lain tapi sambil mondar-mandir keluar masuk dapur karena harus melayani tamu di depan. Hanya Anna satu-satu nya penguasa dapur tempat dimana gelas, piring, sendok berbagai jenis, tisu, lilin untuk candle light dan segala tetek bengek nya tersedia. Lama-lama Anna merasa seperti pemilik cafe , mungkin itu tandanya dia sudah merasa betah.

“ Anna ” Om Dito datang dari kantor nya. “ Mau pulang jam berapa? ”.

“ Lho kok tanya Anna sih Om? Anna kan terserah Om Dito aja...Om kan bos nya ”.

Om Dito tersenyum “ Iya, tapi kan baru hari pertamamu kerja. Untuk malem ini Om rasa cukup. Kamu nggak dijemput? ”.

“ Di jemput Kak Radit Om, tapi Anna telpon dulu karena orang rumah kan nggak tau Anna pulang jam berapa ”.

“ Ya udah. Besok dateng lagi sebelum jam lima ya. Hati-hati pulang nya ” dan Om Dito bergegas pergi dari sana dan mengecek yang lain.

Scroll—

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang