Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Malam ini Anna terlihat cantik sekali dengan balutan dress selutut berwarna biru muda, meskipun hanya dengan polesan make up yang tipis yang jelas dia berbeda sekali dengan Anna yang biasanya.
Gibran tersenyum senang dan tidak bisa menyembunyikan rasa kagum nya saat melihat Anna yang keluar dari kamar nya dan berjalan menuruni satu demi satu anak tangga dalam rumah nya.
“ Wow lo cantik banget Ann...” ucap Gibran memuji Anna terang-terangan. Yang di puji tentu saja tersenyum bangga.
“ Waahh!!! Mbak Anna cantik banget! ” puji salah seorang pembantu yang tiba-tiba ada di dekat mereka, membuat Anna dan Gibran terkejut karena pembantu itu sedikit berteriak. Serta merta serombongan pembantublain nongol dari dapur karena kepo dan langsung berbondong-bondong menyaksikan nya sendiri.
Ada yang masih membawa pisau dapur, tutup panci dan toples isi roti kering bahkan ada juga yang membawa sayuran yang belum sempat di potong-potong.
Decak kagum dan pujian mengalir tanpa komando. Anna dan Gibran cuma bisa cengar-cengir canggung. Rasanya seperti sedang berjumpa fans artis dadakan. Anna tahu yang bisa menyingkirkan sekumpulan orang-orang itu hanya Mami atau Papi nya.
“ Eh eh ada apa ini? Pantesan aja dapur mendadak sepi ” dan benar saja Mami nya itu datang dengan tergopoh-gopoh dari kamar mandi yang ada di dekat dapur. “ Baru di tinggal sebentar aja udah pada ngilang. Ayo-ayo balik lagi ke dapur dan beresin semua kerjaan yang ada, dan jangan berani pulang kali belum beres! ”.
Para pembantu langsung pada ngeloyor pergi lagi ke dapur sambil bergosip. Nama Gibran juga disebut-sebut tapi nggak tau apa maksud nya.
“ Wauh anak Mami cantik banget. Mami jadi inget waktu dulu Mami nikah sama Papi. Aduh nggak kerasa anak Mami udah gede...” Mami berjalan mengitari Anna dengan wajah terkagum-kagum.
“ Ih Mami... ” Anna merasa keki “ Anna emang udah gede, masa Mami baru nyadar sekarang sih? Tapi jangan norak gitu dong Mi, biasa aja kali ah ”.
“ Mami kamu bener Anna. Malem ini kamu emang beda banget. Sama cantik kayak biasa nya tapi sekarang ini keliatan lebih dewasa. Bener kan Tante? ” Gibran memandangi Anna dengan sinar mata nya yang hangat dan bersahabat.
Sementara Mami masih belum berhenti mengitari Anna dan mengamati setiap inchi dari dress yang di kenakan Anna. Karena itu Anna pun cepat-cepat menarik lengan Gibran pergi.
“ Tunggu! ” ucap Mami tiba-tiba berbalik masuk ke dalam kamar nya dan kembali lagi beberapa menit. “ Pake ini ya... ” Mami mengalungkan sebuah kalung emas kecil dengan liontin sepasang merpati membawa sebentuk hati, cantik sekali.
“ Ini kalung hadiah ultah pernikahan yang pertama dari Papi mu. Ini kalung kesayangan Mami, bukan cuma karena Mami yang ngotot minta di beliin oas keadaan lagi krisis, tapi ini juga sebagai lambang cinta sejati ketulusan dan kesetiaan. Semoga kalian ketularan cinta nya Mami Papi ya... ” ucap Mami dengan mata berkaca-kaca.
“ Hush Mami! Kita kan bukan mau.... ” Anna malu karena semua orang mengira dia dan Gibran sudah berpacaran. Tapi Gibran mengisyaratkan agar Anna tidak usah protes dengan cara menggenggam erat tangan Anna. Dan Anna sudah langsung paham hanya dengan membaca sorot mata Gibran pada nya.
“ Ya udah kita permisi dulu Tante. Udah hampir telat ” Gibran pamitan.
“ Nak Gibran, bisa minta tolong jaga Anna ya ” pinta Mami.
“ Oh pasti Tante. Tante nggakbusah khawatir, malem ini Anna tanggung jawab saya ”.
Mami tersenyum senang “ Pulang nya diusahakan sebelum jam sebelas ya ” pinta Mami lagi yang sama-sama diangguki oleh Anna dan Gibran.
“ Iya Tante. Kita bakal pulang sebelum jam sebelas ”.
“ Oke sip ” Mami pun mengantar kedua nya sampai ke depan pintu.
^^^
Setelah menempuh perjalanan hampir lima belas menit akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan.
“ Nah udah sampe ” Gibran memarkirkan mobil nya di bawah pohon beringin besar yang ada di halaman sekolah. Acara nya diadakan di aula dan rupanya sudah banyak juga yang datang.
Gibran membukakan pintu mobil nya untuk Anna. Ternyata Gibran cowok gallant juga ya. Anna merasa gugup, selapatu nya terasa seperti mau menancap di tanah dan dress nya mendadak berat, karena itu Anna menggandeng lengan Gibran kuat-kuat agar tidak jatuh. Dan Gibran seperti nya paham, dia berjalan pelan di samping Anna dengan tenang membuat Anna kembali merasa nyaman dan sedikit demi sedikit rasa gugup nya menghilang.
Aula di sulap jadi seperti tempat berdansa dan sudah banyak yang datang. Semua nya asik mengobrol dan menikmati hidangan dengan suasana santai. Mereka berdua segera mencari tempat duduk diantara yang lain sesekali menyapa orang-orang dengan sedikit basa-basi.
“ Liat... ” bisik Gibran sembari menunjuk pojok sana “ Siapa itu? ”.
Anna pun mengikuti arahan Gibran dan mulai menyipitkan mata nya guna mempertajam pengelihatan nya.
Della?!
Della disini juga? Wait..wait...wait! Della bukan anak basket dan juga bukan anak cheer. Terus kok bisa dia ada disini? — batin Anna bertanya-tanya.
Della yang sadar sedang di perhatikan pun menoleh dan melambaikan tangan nya pada Anna dan Gibran. Lalu mengajak kedua nya untuk bergabung dengan Della di pojokan sana.
Scroll—

KAMU SEDANG MEMBACA
THE END
Fiksi RemajaApa yang lebih berat dari mencintai dalam diam dan selalu berharap namun tak tahu apakah harapan itu akan menjadi kenyataan??? Present - THE END By : GembelKhatulistiwa31 2020