04

16 13 2
                                    

“ Oh nggak susah kok. Bentar-bentar... ” Tangan Gibran meraih mouse yang sedang dipegang Anna. Yang punya tangan langsung memerah mukanya. Anna pun segera memalingkan wajahnya sambil menggigit kecil bibir bawahnya.

Anna mau pinsan yawaahhh!

“ Permisi mas mbak, ini es teh nya ” suara cempreng seorang anak kecil di pintu TU menghentikan aktivitas mereka.

“ Hai... ” balas Anna riang. “ Masuk sini dek, taruh sini aja. Oke makasih ya, ini uangnya entar gelasnya mbak sendiri yang  balikin. Mau coklat nggak? Nih...buat kamu ” Anna menyodorkan sebatang coklat dari dalam tas nya untuk anak kecil itu. Anak kecil itu pun berterima kasih dan keluar ruangan. Anna lanjut meletakan es teh nya di meja kaca tempat printer nangkring supaya tidak terlalu jauh dari meja komputer.

Akhirnya mereka berdua tenggelam dalam kesibukan mengutak-atik komputer. Ketak-ketik, klak-klik, haha-hihi suara riang Anna dan Gibran memenuhi ruang TU yang sepi.

Hampir satu jam lamamya mereka terus berusaha membuat brosurnya semirip mungkin dengan pesanan Pak Atet guru olahraga yang sekaligus merangkap sebagai pembimbing ekskul karate.

“ Nah tinggal di print ”  ucap Gibran lega. “ Lo ambil kertas berwarna di lemari buku sana, gue mau minum dulu ”.

“ Dih belaguuu ... But, its oke boss! ” Anna cepat berdiri dan menuju lemari buku di balik pintu masuk ruang TU. Orang yang berdiri di depan lemari ini tidak akan terlihat dari luar kalau pintu dibiarkan terbuka. Waktu dia baru membuka pintu lemari dan memilih kertas berwarna ada suara cowok muncul di pintu.

“ Hai. Nah bener kan lo disini! ” suara yang tidak asing ditelinga Anna. Azka!. Anna menoleh melihat Gibran yang langsung berdiri menyambut tanpa suara.

“ Oh, lo Az ” ucap Gibran santai. “ Kaos olahraga nya baru dikasih minggu depan ya, soalnya Pak Atet bilang ngasih kaos lo sekalian aja pas latihan ”.

Oke no problem ” jawab Azka.

Tiba-tiba Anna mendengar juga suara cewek, Cindy berteriak memanggil Azka agar cepat-cepat menyelesaikan urusannya. Itu membuat Anna teringat lagi adegan panas mereka di toilet tadi, dan ada perasaan janggal di hati Anna. Rasa nya mereka seperti bukan anak ABG sperti dia dan teman-temannya yang lain. Mereka rupanya terlalu cepat dewasa, terlalu cepat matang.

“ Ayo dong Az, buruan! ” seru Cindy lagi.

“ Iyaa bentar! ” balas Azka berteriak dan dari celah pintu Anna dapat melihat senyum Azka yang penuh percaya diri.

“ Yah begitulah cewek. Dimana-mana sama aja ya, selalu merasa kalo mereka tuh udah memiliki kita sepenuhnya dan jadi berani ngatur-ngatur kita seenaknya kayak gitu. Huft! Cewek kayak dia nggak akan bertahan lama sama siapapun apalagi sama gue ”.

“ Maksudnya? ” tanya Gibran dingin.

“ Ya tau sendiri lah. Cewek kayak dia dimana-mana ada. Apa susah nya dapetin cewek model begitu. Justru selama ini mereka duluan yang agresif sama gue. Gue biarin aja, nah entar kalo gue udah bosen baru deh cari yang lain ”.

“ Oh ” kata Gibran masih dingin.

Anna merasa badannya merasa panas dingin. Apa Gibran juga kayak gitu? Ah nggak mungkin! Yang lain sih terserah, tapi Gibran jangan! —batin Anna.

Anna terkejut waktu tiba-tiba ponsel nya berbunyi. Tapi dia tidak langsung mengambil ponselnya yang ada di dalam tas sampai akhirnya Gibran memanggilnya.

“ Anna Hp lo bunyi tuh, buruan ambil ”.

Anna pun berjalan cepat menuju tas nya berada tanpa menoleh pada Azka. Hanya Gibran yang tahu kalau sekarang ini muka Azka langsung merah tapi pura-pura biasa saja.

“ Oh, gue nggak tau kalo ada cewek disini ” kata Azka keki. “ Gue udah kebanyakan ngomong kayaknya, well sekarang gue mau cabut dulu, bye... ” dan Azka pun buru-buru pergi meninggalkan tempat itu.

“ Oke ” balas Gibran pelan dan berbalik pada Anna yang sejak tadi pasti menguping pembicaraan nya dengan Azka.

“ Lanjut selesain, biar cepet pulang ”.

“ Eh iya ”.

Setelah benar-benar selesai, baru lah Anna dan Gibran keluar dari ruang TU. Tapi sebelum pulang, Anna harus mengembalikan gelas terlebih dahulu ke KANTIN KITA alias kantin nya Mbak Yani.

“ Eh Ann? ” panggil Gibran saat menyadari Anna akan melangkahkan kakinya menuju kantin.

“ Iya? ”.

“ Lo pasti tadi denger omongan Azka kan? ”.

Anna diam tak merespon.

“ Hmm...sebagai cewek lo nggak perlu pikirin omongan Azka tadi. Gue yakin nggak semua cewek sama kayak apa yang di klaim Azka. Sama juga kayak lo harus yakin kalo nggak semua cowok punya kepribadian sama kayak Azka ”.

Anna tidak mengerti kenapa tiba-tiba Gibran mengatakan hal itu. Tapi memang benar apa yang baru saja dikatakan Gibran.

“ Hm iya ” Anna manggut-manggut paham.

Gibran tersenyum “ Intinya sih, kita jangan menilai orang lain cuma dari satu sudut pandang atau pendapat orang karena itu nggak sepenuh nya benar ”.

Lagi-lagi Anna mengangguk dan balas tersenyum. Dan usai lah percakapan mereka hari ini.


Scroll—

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang