09

12 13 4
                                    

“ Hai! ” Della menyapa riang “ Kalian baru dateng? Widih Anna, lo cantik banget! ”.

Gibran menyalami seseorang di sebelah Della yang belum sempat di lihat Anna. Ternyata dia Bima, sahabat Gibran sekaligus teman se-tim basket.

Apa Della dateng sama Bima?

Anna kembali bertanya-tanya dalam hati karena selama ini Della sama sekali tidak pernah mengatakan apa pun tentang Bima.

“ Lo dateng sama dia? ” bisik Anna. Della langsung membawa Anna menjauh dari sana.

“ Iya. Jadi setelah lo janjian sama Gibran, Bima ngajakin gue juga. Karena gue tau bakalan ada lo disini jadi gue mau-mau aja. Asik ya bisa ikut acara nya anak-anak basket ”.

“ Tapi lo kok nggak pernah bilang sih sebelum nya sama gue soal Bima? ”.

“ Sengaja wlee...biar lo kaget ”.

“ Jadi lo suka sama dia? ” Anna semakin kepo tapi Della justru cuma angkat bahu. Anna pun hanya menggelengkan kepalanya, Della memang seperti itu. Mereka berdua lanjut menatap Oliv dan Rea di jauh sana yang sedang asik dengan anak-anak basket lain nya.

Beberapa waktu setelah nya sampai lah pada acara utama. Peresmian anggota baru tim basket dari anak-anak kelas X dan disambung acara perekrutan berupa mainan yang berlangsung cukup seru dan menarik.

Setelah merasa kelelahan bermain dan bercanda tawa, baru lah semua penghuni pesta bisa duduk dan menikmati hidangan yang ada di meja besar.

Della mengambil dua cocktail untuk Anna dan dirinya sendiri. Lanjut mencicipi ice cream dan cake aneka rasa setelah nya.

Jam setengah sepuluh acara dansa. Anna tidak bisa berdansa, di harus dirayu dulu sampai akhirnya mau berdansa dengan Gibran walaupun cuma sebentar. Itu karena setiap menit Anna selalu menginjak kaki Gibran berkali-kali, karena itu Anna minta untuk cepat-cepat berhenti, tidak mau lebih lama lagi mempermalukan diri.

Gibran melirik jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangan nya sudah menunjukan pukul 22:15.

“ Kita harus pulang sekarang Ann ”  ucap Gibran mengingatkan.

“ Bentar lagi ya...please... ” rengek Anna dan Gibran menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.  Meskipun sempat ada perdebatan karena Anna belum ingin pulang, tapi akhirnya Anna terpaksa mengikuti perintah Gibran. Mereka berdua pun melangkah riang meninggalkan aula diikuti oleh Della dan Bima yang juga akan pulang.

Sesampainya mereka di halaman sekolah terdengar jelas beberapa orang kasak-kusuk. Gibran pun bertanya pada salah satu anak yang sedang berkumpul untuk mencari tahu. Anna, Della dan Bima juga menguping penjelasan orang yang ditanya.

“ Ada cowok cewek temen kita yang lagi mesum di dalem mobil. Tuh yang itu... ” jari nya menunjuk ke salah satu mobil yang terparkir dihalaman sekolah.

“ Gila nggak sih? Mesum malem-malem dalem mobil disekolah lagi!. Dan parah nya mereka sama sekali nggak ngerasa malu ”.

Gibran berjalan cepat menghampiri mobil yang ditunjuk diikuti Bima dibelakang nya. Dan secara otomatis Anna dan Della juga buntutin.

Tok! Tok! Tokk!!!

“ Woy! keluar!!! ” Gibran berteriak dan mengetuk-ngetuk kaca mobil itu lumayan keras. “ Gue minta sekarang juga kalian keluar dari mobil! ”.

Tak lama kemudian pintu mobil terbuka dan menampakan seorang cowok dengan rambut yang berantakan.

Azka!!!

Ya...cowok itu adalah Azka. Cowok itu tersenyum dengan percaya diri nya. Baju sudah jauh dari kata rapi, dan Azka berusaha merapikan nya kembali tanpa rasa malu atau canggung sedikit pun.

“ Ada apa? ” tanya nya dengan menaikan salah satu sudut bibirny dan nada yang terkesan menantang ciri khas seorang Azka.

“ Lo tau diri dikit dong! Akhlak lo kemana hah?! ” bentak Gibran “ Ini sekolah, bukan tempat prostitusi! Kalo mau mesum kayak gini mending cari tempat lain aja jangan disini!!! ” Gibran terlihat sangat emosi.

“ Heh! Apa masalah lo?! Gue kan nggak ngerugiin lo, nggak usah sok jagoan deh lo. Kayak nih sekolah punya lo aja. Nggak usah sibuk ngurusin orang! ”.

“ Lo bener-bener ya! ” ucap Gibran sembari melayang kan bogeman ke wajah Azka.

Sontak Anna dan Della berteriak karena tak menyangka Gibran akan sampai memukul Azka.

Azka tersungkur. Tangan nya mengelap sudut bibir nya yang sobek dan berdarah sambil memandang Gibran dengan tatapan sengit. Bima pun berusaha menenangkan Gibran. Adegan itu tentu saja menjadi tontonan banyak orang.

Azka mulai bangkit masih dengan wajah belagu nya. Sementara Gibran berdiri tegak didepan nya. Mereka saling menatap tajam satu sama lain, sampai akhirnya...

“ Cindy! Kita pergi dari tempat kumuh ini sekarang! ” ucap Azka kembali masuk ke dalam mobil setelah sempat melototi kerumunan di sekelilingnya, dan untuk sesaat mata elang nya itu pun sempat menatap nyalang ke arah Anna. Tapi kemudian dia masih sempat berbicara pada Gibran.

“ Jangan salahin orang lain kalo lo jadi banci cuma karena masalah sepele kayak gini ”.

Semua orang sontak kaget dan mulai was-was terutama Anna. Kalau sampai terjadi keributan lagi bisa gawat urusan nya. Ini jelas-jelas sekolah, tidak bisa sebebas di luar untuk urusan apa saja. Semoga saja Gibran kali ini tidak terpancing dengan ucapan busuk Azka.

“ Lo bilang gue banci?! ” Gibran menahan Azka menutup pintu mobil nya. “ Lo tau siapa lagi yang berpikiran sama kayak lo buat masalah kayak gini? ” Gibran tersenyum mengejek “ Namanya bi-na-tang! Yang bisa nya cuma makan, minum sama kawin aja, otak nya nggak mampu buat yang lain! ”.

Suasana semakin terasa mengerikan, semua orang hanya diam tak berani bicara sepatah kata pun dan hanya menunggu apa yang akan terjadi selanjut nya.

Scroll—

THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang