Anna mengganti baju diruang locker di belakang. Sedikit merasa tidak enak karena di suruh pulang duluan padahal datang nya belakangan di bandingkan yang lain. Lega juga, karena benar yang di katakan Papi dan Mami kalau kerja itu berat dan melelahkan, apalagi kerja lapangan seperti ini. Energi banyak terkuras dan secara fisik juga lelah sekali. Karena itu Om Dito menyuruh untuk pulang lebih dulu, mungkin dia paham penting nya masa penyesuaian untuk karyawan baru.
Area depan untuk para pengunjung yang datang dan pergi. Untuk para karyawan bisa lewat pintu samping dan memutar. Anna keluar cafe sambil menikmati udara segar di malam hari. Sebelum nya dia sudah menelpon Radit dan hanya tinggal menunggu tukang jemput nya itu datang.
Anna mendongak menatap hamparan langit yang luas dihiasi gemerlap bintang dan bulan purnama yang terang benderang. Anna memutuskan untuk duduk di gazebo lingkaran bawah pohon besar di samping cafe .
Sesaat kemudian Anna samar-samar mendengar keributan kecil di halaman sebelah luar pagar gedung cafe itu. Anna yang penasaran lalu berjalan mendekati pagar pembatas dan mengintip, kebetulan pagar nya tidak terlalu tinggi.
Tepat nya di bawah pohon besar, karena gelap Anna hanya mendengar suara yang kemungkinan ada empat cowok disana. Wajah mereka semua sama sekali tidak jelas.
" Kalo lo nggak jauhin Maudi, lo bakal tau sendiri akbibatnya! " gertak salah satu orang.
" Wait! Harus nya bukan gue yang lo katain gini. Cewek lo sendiri yang nyamperin gue, udah gue tolak tapi dia masih aja ngejar-ngejar gue. Lo tau sendiri kan, gue ini bukan tipe cowok yang suka nyakitin cewek. Mereka milih gue, dan mereka yang nyamperin gue duluan, so gue nggak akan ngehindar. Welcome... " jawab orang yang diancam dengan santai nya dan malah terkesan menantang.
Anna menarik napas dalam-dalam. Akan lebih baik jika dia segera pergi menjauh agar tidak berurusan dengan orang-orang itu. Tapi baru saja Anna akan pergi, dia kembali mendengar suara. Kali ini suara dari seseorang yang rupanya sudah tidak punya batas kesabaran.
" Lo nantangin kita hah?! Nggak usah belagu lo jadi orang! Kalo lo masih mau selamat, turutin kata-kata gue! ".
Orang yang diancam justru mengejek. Anna sudah yakin selanjutnya pasti akan terjadi perkelahian dan benar saja, tak berselang lama suara baku hantam terdengar begitu jelas hingga Anna pun merinding di buat nya.
Anna tidak tahan untuk tidak melihat adegan itu, dia pun kembali mengintip. Wow! Satu di keroyok tiga...benar-benar perkelahian yang tidak seimbang. Walaupun Anna merasa bisa menolong, tapi Anna tetap tidak akan ikut masuk ke dalamnya. Dia tidak ingin terlibat masalah apapun dengan siapapun.
Sebuah teriakan keras terdengar. Dan entah kenapa Anna mendadak tidak merasa asing dengan suara yang baru saja di dengar nya. Agar lebih jelas, Anna sedikit lebih menonjolkan kepala nya di atas pagar pembatas. Pupil nya kini dirasa sudah melebar karena memaksa menatap fokus orang-orang itu dengan keadaan yang gelap.
Yang dikeroyok semakin tak berdaya. Beberapa kali tubuh cowok itu terpelanting dan dia tak mampu untuk bangkit lagi, tapi tetap saja cowok itu tidak mau mengalah. Sekarang Anna merasa bimbang, dia bingung harus menolong atau tetap diam. Jika tidak di tolong, orang itu pasti lama kelamaan bisa mati. Tapi jika di tolong,, untuk apa juga dia harus susah-susah melakukan itu...sementara diantara mereka saja tidak ada yang mau mengalah dan merasa kalah. Tidak ada guna nya menolong cowok belagu itu.
" Mampus lo Azka! Ini belum apa-apa. Kalo lo masih mau ngetes kemampuan gue, bilang sekarang! Detik ini juga gue bisa bunuh lo disini! ".
Anna terkejut, AZKA?!
" Sekali lagi gue tegasin sama lo, jauhin Maudi! Nggak usah nekat kalo lo mau masih mau hidup! ".
Tiga cowok itu pun pergi dari sana. Anna memutar bola matanya malas. Pantas saja dia merasa tak asing dengan suara itu, ternyata Azka lah orang nya.
Anna melihat Azka berusaha dengan susah payah bangkit. Anna merasa tidak enak dengan situasi ini. Bagaimana bisa dia tidak menolong orang didepan matanya yang sedang dalam masalah. Sempat begelut dengan pemikiran nya, namun akhirnya Anna memutuskan untuk tetap membantu Azka.
" Sini gue bantu " Anna mengulurkan tangan pada Azka yang terlihat kaget dengan kehadirannya.
" Lo? Lo kok bisa ada disini? Lo udah liat semua nya? " Azka menerima uluran tangan itu dan mulai bangkit.
Anna berdehem " Iya. Gue nggak sengaja karena kebetulan gue lewat ".
Anna pun membawa Azka ke halaman samping cafe , tempat nya tadi duduk dibawah pohon. Anna hendak mengambil kotak P3K yang ada di mobil Om Dito, tapi Azka menolak dan memutuskan untuk mengambil nya sendiri di mobil nya.
Mobil Azka ada di halaman depan cafe. Beberapa orang lewat tapi tak berniat membantu dan hanya lewat begitu saja. Susah payah Azka mengeluarkan kunci mobil daru saku jaket nya dan membuka pintu mobil nya.
" Tolong dong...eh, gue belum tau siapa nama lo. Kotak obat nya ada di jok belakang ".
Anna masuk mengambilkan kotak obat di jok belakang sementara Azka langsung duduk selonjoran di samping mobil nya. Kebetulan mobil itu parkir di samping pagar, dan Azka duduk diapit badan mobil dan pagar.
Cowok itu pun melepaskan jaket nya dan sedikit meringis kesakitan. Setelah Anna mengambil kotak itu dia segera duduk tepat di depan Azka. Mengeluarkan anti septik, obat merah, kapas, perban juga gunting.
Scroll-

KAMU SEDANG MEMBACA
THE END
Teen FictionApa yang lebih berat dari mencintai dalam diam dan selalu berharap namun tak tahu apakah harapan itu akan menjadi kenyataan??? Present - THE END By : GembelKhatulistiwa31 2020