18| maira yaqilla

610 41 1
                                    

Tidak cukupkah atas apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu terus terus bertingkah dan membuat semua semakin hancur.
••••

Murid angkatan baru mungkin tidak tahu, bahwa mantap abis, bukan hanya 12 anggota, melainkan lebih.

Maira yaqilla,menjadi salah satu mantan anggota yang menghilang dan tidak di ketahui.tidak heran jika ada murid yang berani padanya, lantaran tidak mengetahui hal itu.

"PUNYA MATA KAN?, JALAN TUH PAKE MATA!"sentak seorang siswi.

Maira atau yang akrab di sapa maya itu tersenyum kecil, berhasil membuat siswi itu emosi, sehingga dengan berani menarik rambut kecoklatan miliknya.

Bukannya merasa kesakitan, cewek itu malah memberi reaksi sebaliknya
"arika diana r" lirih maya melihat nametag pada rika.

Murid murid di kantin yang mengatahui maya menahan napas tegang.rika kesal, dia menarik rambut maya lebih keras bahkan menampar kecil pipinya. Tak kunjung mendapat balasan,dia akhirnya melepasnya.

"kenapa?? Lo bisa tampar pipi gw nih"ucap maya menepuk pipinya beberapa kali.

Rika mendengus,melewati maya begitu saja. Tapi baru dua langkah dia berjalan, kepalanya sudah mendongak paksa tiba tiba karena tarikan di rambutnya. Karena tidak siap, kakinya terpeleset jatuh dan kepalanya menghantam ubin lantai karena maya melepasnya dengan sigap.

"akhh sakit"rintih rika.

Maya tersenyum, mengulurkan tangannya berniat membantu rika,yang mana itu di terimanya. Tapi baru saja berdiri, tubuhnya lagi lagi menghantam lantai karena maya menamparnya begitu keras.

Pekikan terkejut dan takut terdengar di setiap penjuru kantin.

"LO GILA!"jerit rika sambil menangis.

"arika...harusnya lo diem. Bukannya waktu lo jambak rambut gw,gw diem? Ahh mungkin lo gak ngerti cara mainnya"balas maya seperti psikopat.

"SINTING! GW PASTIIN LO GAK BAKAL ADA DI SEKOLAH INI LAGI-"

"ekhem. Bisa lo pada minggir?ngalangin jalan tau gak!"desis seseorang.siswi siswi kantin memekik dengan kedatangannya.

Maya tersenyum miring
"apa hak elo?? Gw harus minggir? Cih, sok berkuasa,padahal lo pada cuma bela diri pake embel embel sahabat lo"

Bella yang berada di samping jihan menggeram. Ingin maju tetapi di tahan oleh jihan.

"biar gw, lo diem aja, nanti urusannya makin panjang"

Jihan tersenyum,mencoba seramah mungkin pada cewek yang dulu ikut berada di sisinya.

"maira...welcome back.gw harap, lo nyaman di sini"jihan menjulurkan tangannya, menepuk nepuk bahu maya, yang langsung di tepisnya.

Sementara rika di bantu yuna berdiri, kemudian di dorongnya dengan keras untuk menjauh dari situ.

"ow, oke, sorry kalo gw lancang.kalo gitu, see you nex time maira"

Yuna dengan sengaja mendorong bahu mays menggunakan satu jari telunjuknya."ups, gak sengaja tuh"

"MAMPUS LO! KALAH JUGA LO, GW DI BELA KAN"teriak rika puas.

"TERUNTUK ARIKA,KITA GAK PERNAH DAN GAK AKAN PERNAH BELA LO. INGET ITU"seru mina kesal.

***

Lisa duduk di sebelah bela, menatap lamat lamat layar yang menampilkan ruangan kosong.
Sudah beberapa minggu ini mereka berkali kali mengecek cctv ruang mading. Ada seseorang,hanya saja wajahnya tidak terlihat karena cctv di pasang di dekat pintu masuk.

"familiar gak sih?"tanya lisa yang di setujui bella.

Meski sudah beberapa kali melihat dan merasa tidak asing, keduanya tetap tidak bisa mengenali siapa orang itu dan berakhir menebak nebak. Tapi tetap saja, tebakan mereka selalu salah.

"apa tujuan itu orang ngelakuin ini?"tanya bella.

"gw gak tau lah. Mungkin tu orang salah satu murid yanh pernah bermasalah sama kita or salah satu mantan alam, terus dendam"

"hm dia gak sadar apa ya konsekuensi nya ngelakuin itu?"tanya bela kembali seperti sebuah kekesalan.

"yang terpenting dia bego karena gak sadar ada cctv"

Tapi siapapun itu,mungkin lisa tidak ikut turun tangan bahkan enggan untuk andil dalam masalahnya. Dia terlalu lelah untuk melakukan hal itu. Biarlah teman temannya saja.

"eh, eh pause,pause!"pekik lisa tertahan. Wajah orang itu terlihat tapi hanya sedikit.

Percuma saja, itu tidak membuahkan hasil. Lisa memegang keningnya, merasa sangat pusing akhir akhir ini. Kapan masalah masalahnya berakhir?

Keduanya bersender pada kursi yang di dudukinya. Sampai pintu ruangan terbuka, menampilkan dua siswi yang tampak takut takut.

"anu, itu kak. Saya nemuin ini di ruang mading. Tapi kata anak anak, mereka gak punya kalung ini"

Dengan sigap, bella menarik kalung itu. Matanya membelalak, kemudian senyuman licik terbentuk di bibirnya. Seharusnya kalung ini di temukan sejak awal, karena dengan begitu, dia tidak perlu repot repot mengecek ruang cctv berkali kali.

Sedangkan lisa memejamkan mata pasrah dengan itu.semua akan menjadi rumit jika begitu.










W̫̫E̫̫!̫̫ ̫̫|̫̫|̫̫9̫̫7̫̫ ̫̫L̫̫I̫̫N̫̫E̫̫ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang