Sebening Putih || 40

73 8 0
                                    


Putih melihat penampilannya di kaca dan tersenyum puas. Rambutnya ia tata sedikit berantakan, lalu ia polesi wajahnya sedikit agar wajahnya terlihat fresh dan tidak pucat. Ia mengenakan kaus pendek yang lumayan ketat dengan garis-garis berwarna. Kaus itu ia tutupi dengan sebuah jaket kulit berwarna hitam yang resletingnya dibiarkan terbuka sedangkan bawahannya ia mengenakan jeans berwarna hitam.

Kemudian Putih berjalan ke arah rak sepatunya. Matanya meneliti untuk memilih sepatu mana yang akan ia gunakan. Akhirnya pilihannya jatuh kepada sepatu boot yang juga berwarna hitam. Dengan santai ia memakai sepatu tersebut sambil masih memandang dirinya di kaca, senyumannya semakin lebar saat melihat penampilannya yang kini sudah siap.

"Udah siap?" tanya Rabka yang sudah menunggu dari pukul delapan malam dan sekarang sudah pukul sepuluh malam. Setelah mendapat anggukan dari Putih, Rabka langsung bangkit untuk pergi ke salah satu club terkenal yang sudah menjadi langganan mereka. Dimana lagi kalau bukan club milik sahabat mereka, Sagi.

Kali ini Rabka tidak membawa mobilnya, ia malah membawa motornya yang ia beli seharga miliyaran itu. Putih sangat senang karena sudah lama sekali rasanya ia tidak naik motor. Rabka yang menyadari kesenangan Putih segera memberikan perempuan itu salah satu helm lalu bergegas pergi menuju tempat yang menjadi tujuan mereka.

Rabka memarkirkan motornya di parkiran dengan rapi. Putih membuka helmnya, lalu mengacak rambutnya. Tatapannya memandang lurus ke arah bangunan yang lumayan besar itu dengan sebuah senyum miring, ia melirik Rabka yang juga sedang merapikan penampilannya setelah membuka helmnya. Setelah Rabka memberikan kode kalau dia sudah selesai, kedua sejoli itu berjalan bersama-sama masuk ke dalam bangunan itu.

Seperti biasa ruangan itu lumayan pengap karena ramai sekali orang yang ada di dalamnya, ada yang sedang menari di lantai dansa, meminum minumannya di bar, dan juga ada yang sedang mengobrol ria sambil minum dan makan di meja. Putih mengedarkan pandangannya, bernonstalgia karena sudah lumayan lama rasanya tidak menginjakkan kaki di sini. Terakhir kali ketika ia ditemukan mabuk oleh Sagi bersama Kaka.

"Raon!" sapa Putih semangat kepada salah satu bartender.

Raon, si bartender paling muda di club itu tersenyum lebar ketika menemukan Putih datang bersama Rabka. Jelas ia kenal sekali siapa Rabka dan Putih karena keduanya adalah sahabat pemilik bisnis ini, Sagi. Raon bertos ria bergantian dengan Rabka dan Putih dahulu sebelum ia menanyakan kabar kedua orang itu.

"Udah lama banget ya, Kak? Bang?"

"Iya, sampe kangen banget rasanya," jawab Putih. Lalu dia melanjutkan percakapannya dengan Raon. "Gimana? Uangnya udah kekumpul buat lanjut sekolah?"

Raon tersenyum lebar, "Udah, tahun besok gue jadi anak SMA lagi. Doain aja."

Putih mengangguk bangga, ia memukul pelan bahu Raon beberapa kali.

"Pesen apa?"

"Biasa lah." Kali ini Rabka yang menjawab. Kini laki-laki itu sudah mengeluarkan kotak rokoknya, ia meminta korek kepada bartender lain selagi Raon mengambilkan pesanannya dan Putih, setelah didapatnya segera ia menghidupkan rokok tersebut. Rabka menghisap rokok tersebut dengan perasaan senang.

Putih melirik Rabka, ia memutar bola matanya dengan malas. Rabka adalah laki-laki paling susah diberitahu soal bahaya rokok dibanding Kaka dan Sagi. Kalau dilarang pasti laki-laki itu punya banyak sekali alasan untuk mengelak. Alhasil Putih memilih diam dan membiarkan apa yang dilakukan oleh Rabka.

"Tambah banyak yang cantik-cantik, ye ga?" tanya Rabka, matanya sudah melihat kemana-mana.

"Iya cantik-cantik, tapi kebanyakan udah pada tua."

Sebening PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang