Senang rasanya.
Setelah 3 tahun melewati masa – masa sulit di sekolah, akhirnya lulus juga.
Tepat tanggal 11 Juni 2016,
Graduation dilaksanakan.
Ummi juga hadir dalam acara tersebut,
Aku sangat bahagia hari ini.
Acara perpisahan ini dirangkai sedemikian rupa oleh panitia.
Aksen abu – abu dalam dekorasi berhasil membuat ruangan terkesan elegan, dan mewah.
Tepat pukul 08.00 WIB acara dimulai,
Kami semua menikmati hiburan yang diadakan oleh adik - adik kelas kami.
Namun,
Ditengah acara sedang berlangsung, Ummi pamit sebentar untuk pergi ke kamar mandi katanya.
Melihat gerak – gerik Ummi yang berbeda dan mencurigakan, aku mengikutinya diam – diam.
Karena semenjak Ummi sembuh dari sakit, beliau agak sedikit aneh.
Jarang berbicara, dan lebih sering berdiam diri di kamarnya.
Aku jadi semakin penasaran, ada apa dengan Ummi.
Ternyata...
***
Aku melihat Ummi memang memasuki toilet, namun bukan untuk buang air. Melainkan aku melihatnya sedang menangis sejadi – jadinya.
Melihat hal tersebut, aku tidak bisa diam bersembunyi dibalik pintu toilet.
Kuputuskan untuk masuk.
Namun ketika aku masuk, Ummi menghapus air matanya secara spontan. Mungkin agar aku tidak mengetahuinya.
"U..um..mi kenapa?"
Ummi memelukku dengan erat.
"Ummi sedih nak"
"Apa yang Ummi fikirkan?"
"Setelah kamu lulus, kamu sudah bilang kan sama Ummi bahwa kamu ingin kuliah? Tapi, Ummi gapunya uang nak. Uang darimana, untuk makan pun susah. Bagaimana Ummi bisa membiayai kamu untuk kuliah?"
Aku dipeluk Ummi untuk kedua kalinya
"Maafkan Ummi Fisya, jadi anak yang sholehah ya nak. Semoga kamu bisa sukses dengan izin Allah. Ummi selalu do'akan kamu, agar kamu jadi hamba Allah yang taat. Yang bisa sukses dunia dan akhirat. Dan bermanfaat bagi nusa, bangsa, juga agama"
"Aamiin, makasih Ummi. Makasih banyak atas do'a Ummi selama ini, Fisya gak masalah kok kalaupun gak kuliah Ummi. Fisya masih ada sampingan kok dari hasil mengajar Al – Qur'an. In syaa Allah Fisya akan tabung penghasilannya untuk biaya makan sehari – hari dan untuk kuliah. Walaupun Fisya belum memiliki pekerjaan tetap lagi, Ummi jangan khawatir ya. Kan ada Allah"
Ummi pun melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Lalu Ummi mengusap kepalaku dengan lembut.
"Alhamdulillah nak, kamu memang anak yang shaliha"
"Aamiin Ummi, siapa dulu dong Ummi nya haha"
"Bisa aja anak Ummi"
Akhirnya aku berhasil mengukir senyuman dan menghapus rasa khawatirnya Ummi.
***
Masih di tempat yang sama.
Ummi menatapku dalam – dalam, seolah ada yang ingin ditanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Believe That You Can
Teen FictionNafisya Angelitta. Panggil saja fisya, Seorang wanita tangguh yang berjuang sendirian. Berbeda dengan remaja lainnya, ia tidak bisa menikmati masa muda dengan bersantai begitu saja. Ada Ummi yang harus dia jaga, ada tanggung jawab di pundaknya un...