Malam itu aku pulang ke rumah dengan perasaan yang berpadu menjadi satu.
Senang, terkejut, tidak percaya, rasa syukur.
Semua rasa itu bersatu dan menjadikan aku tidak henti – hentinya tersenyum.
"Assalamu'alaikum" Kataku sambil membuka pintu
"Wa'alaykumussalam, darimana saja Sya? Kok baru pulang jam segini? Katanya cuma isi acara tabligh akbar?"
"Ummiiii, liat ini"
"Ini formulirr.."
Ummi membacanya dengan teliti.
"Harvard University?"
"Iya Ummi"
Aku tersenyum bahagia.
"Darimana kamu dapat ini Sya? Dan darimana uang nya"
"Tenang aja Ummi, ini gratis. Mulai dari tiket berangkat hingga biaya hidup"
"Beneran?"
"Iya Ummi. Tau enggak mi? Tadi selesai isi acara, Fisya ditanya sama anak dari ketua yayasan pondok. Terus dikasih ini dan ditawarin kuliah di sana mi"
"Masyaa Allah"
"Kata kak Indah, Fisya bisa kuliah sambil mengajar ngaji di sanaa. Berangkatnya juga gak sendiri kok Ummi, sama kak Indah"
"Barakallah Nak, Ummi makin bangga sama kamu"
Ummi memelukku sambil menangis,
Aku senang.
Ummi menangis bukan karena tersakiti lagi, melainkan tangisan bahagia yang tidak terkira.
***
Aku langsung mengisi formulir tersebut,
Dan esoknya aku berikan ke Kak Indah.
"Sya, kakak boleh minta nomor handphone mu ngga? Supaya kakak bisa kasih informasi kapan formulir ini di konfirmasi"
"Boleh kak"
Aku harus menunggu konfirmasi formulir kurang lebih selama satu minggu.
Di perjalanan pulang, aku bertemu dengan Hulya.
"Hulya?"
"Eh Kak Fisya, assalamu'alaikum kak"
"Wa'alaykumussalam. Kebetulan banget ya ketemu di sini"
"Iya kak, udah lama nih kita ga ngobrol lagi hehe. Duduk sebentar yu di taman"
"Wah boleh tuh, ayo"
Kami pun singgah sebentar dan duduk di sekitaran taman dekat dengan pondok tahfidz.
"Kakak sudah menyelesaikan hafalan yaa? Selamat kak, semoga barokah yaa"
"Aamiin, makasih Hulya"
"Gimana kak perjuangannya?"
"Lumayan hehe"
"Ohiya Hulya udah lama nih ingin jalan – jalan sama kak. Kira – kira kemana ya?"
"Hmm.. ke cafe? Restaurant? Tempat makan aja yuk pokonya"
"Boleh tuh kak"
"Yang mana? Hahaha"
"Ke café yuk"
"Ayo"
Kami pun berjalan bersamaan ke arah café cemara, salah satu café favoritku.
Namun sesampainya di sana,
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Believe That You Can
Teen FictionNafisya Angelitta. Panggil saja fisya, Seorang wanita tangguh yang berjuang sendirian. Berbeda dengan remaja lainnya, ia tidak bisa menikmati masa muda dengan bersantai begitu saja. Ada Ummi yang harus dia jaga, ada tanggung jawab di pundaknya un...