4. [BMB] Terikat

45 28 5
                                    

Dua puluh lima anggota baru dikumpulkan di ruang tengah asrama. Kakak cantik yang ternyata bernama Aisyah, memberi mukaddimah, yang berisi suntikan semangat untuk para mahasantri baru.

Perdana merantau membuat beberapa santri ini masih ada yang menangis. Raihan hanya memandang dengan tatapan meremehkan. Karena dia sama sekali tidak menangis. Sok-sokan sekali, ya...

"Baiklah peraturan asrama yang
Pertama, hape dikumpul dari jam enam sore sampai jam tujuh pagi. Siang hape dibebaskan. Salat harus jamaah dikecualikan salat zuhur dan asar karena biasanya mahasiswa sibuk dengan kuliah. Tahajud wajib dilaksanakan selama kalian berada di dalam asrama ini."

Masih banyak peraturan lainnya yang dibacakan musyrifah* Aisyah. Namun satu peraturan yang paling penting Raihan dengar dan renungkan, setiap mahasantri asrama wajib menghapal quran.

Raihan bertanya pada diri sendiri, bisa nggak ya? Menghela napas berat. Bismillah, pasti bisa! Dia menyemangati diri sendiri.

Tercebur ke sungai, sayang jika tidak berenang. Terlanjur masuk asrama, sayang jika tidak usaha.

Bukankah bapak Ir. Soekarno bilang. "Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang." Hal tersebut yang berusaha Raihan tanamkan dalam dirinya.

Dia akan menjadi novelis yang hapal quran, yakinnya. Mimpi saja dulu, terwujudnya lihat saja nanti.

"Kakak juga akan buatkan jadwal masak, jadwal kebersihan, dan jadwal menjadi imam. Nah... setelah ini adik-adik silahkan istirahat. Besok kalian sudah masuk kuliah. Peraturan yang kakak sebut tadi akan berlaku mulai besok." Para santi hanya mengangguk pasrah. "Mari kita akhiri pertemuan ini dengan membaca doa kifaratul majlis."


Setelahnya para santri itu ngacir ke kamar masing-masing termasuk Raihan. Kamar yang ditempatinya kini berpenghuni lengkap. Mereka juga saling berkenalan tadi.

Ada Lia dan Abel yang sama berasal dari Kalimantan Tengah seperti Raihan. Ada Alfa yang berasal dari Kalimantan timur. Terakhir Kiki dari Tabalong.

Seperti yang disampaikan musyrifah Aisyah, besok hari pertama para mahasantri ini masuk kuliah. Mereka tidak sabar untuk menyambut hari esok.

Malam itu pun di tutup.

💙💙💙

Pukul 02:30 WITA saat matahari belum mengintip dari timur. Para santri baru itu bangun, menjalankan salat tahajud. Setelah selesai ada yang memilih mandi dan tadarus. Raihan sendiri memilih opsi kedua. Mana bisa dia mandi pagi, terlalu dingin katanya. Di kampung juga kadang dia mandi sekali sehari.

Entah suaranya yang terlalu merdu, tetapi sepertinya karena memang Raihan hobi rebahan. Baru lembar kedua tadarusnya berjalan, Raihan tertidur kembali.

Tidur Raihan pulas. Bahkan kumandang azan subuh tidak cukup membangunkannya. Lia yang tidak tahan melihat itu mengguncang-guncang tubuh Raihan.

"Bangun, Rai!"

"Rai, ih bangun!"

Ide jahil pun muncul di kepala Lia. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Raihan.

"RAIHANAH!" teriaknya.

Akhirnya Raihan bangun dengan wajah kaget. Mengusap telinga yang sakit setelah diteriaki.

Lia hanya memasang tampang tak berdosa. Lah, memang tidak bedosa kan membangunkan orang lain untuk mengerjakan salat. Hehehe... Lia mengangkat tangannya ke samping pipi membentuk huruf 'V' dengan jari telunjuk dan tengah.

"Kenapa?" tanya Raihan malas.

"Salat subuh," jawab Lia. Dia langsung pergi dari hadapan Raihan.

Dengan kesadaran yang masih setengah. Raihan keluar kamar mengambil wudhu. Benar saja saat dia ke ruang tengah salat jamaah sudah dimulai, hampir saja masbuk.

Raihan pikir kegiatan subuh berakhir setelah sholat. Namun setelah itu dilanjutkan kultum pagi selama satu jam. Karena kegiatan ini baru pertama kali bukan hanya bagi Raihan tapi  hampir bagi semua santri juga, mereka merasa didongengkan.

"Setelah ini mandi bagi yang belum. Habis itu kita sarapan sama-sama." Kata musyrifah Fatimah teman musyrifah Aisyah.

Raihan menuruti apa yang di instruksikan. Mandi meski sempat antri karena kamar mandinya terbatas sedangkan orangnya banyak.

💙💙💙

"Hari ini kita nggak langsung kuliah, kan?" tanya Kiki pada semua penghuni kamar satu.

Penghuni kamar satu itu memang mulai akrab, setelah basa basi sehabis salat magrib semalam.

"Iya.. kita diospek dulu," sahut Abel dengan suaranya yang lembut.

Raihan angkat bicara. "kenapa kita pakai gamis juga sih kuliah? Nggak sekalian di asrama aja gitu?"

Keempat penghuni kamar itu menatap Raihan. Yang dipandang hanya asyik dengan kegiatannya bersiap-siap.

"Ya kan kuliahan kita berbasis islami, kalau nggak pakai gamis, aneh," sanggah Lia.

Raihan tampak berpikir. "Iya juga sih. Ayo berangkat!" Tanpa memperpanjang bahasan.

Raihan mengambil tas yang tergantung di dinding. Mereka berlima keluar asrama.


Saat di halaman, "RAIHANAH!" panggil musyrifah Fatimah yang membuat telinga siapa saja pengang.

Kelima santri tersebut menoleh meski yang di panggil hanya Raihan.

"Kenapa, Kak?" tanya Raihan takut.

"Banjir, ya?" Musyrifah Fatimah yang ditanya menanya balik.

Musyrifah Fatimah ini memang agak sensitif seperti kulit bayi.

Raihan lantas melihat teman- temannya satu persatu, mencoba minta contekan.

"Jawab!" bentak Musyrifah Fatimah.

"Nggak..." jawab Raihan polos.

"Kenapa gamisnya diangkat?" Kelima santri itu kompak tanpa dikomando melihat kebawah. Benar saja gamis Raihan dia angkat sampai lutut.

Raihan dengan gerakan slow motion  melepas pegangannya pada gamis sambil nyengir.

Keempat temannya hanya bisa tepok jidat. Dan musyrifah Fatimah hanya menggeleng-geleng kepalanya takjub.

💙💙💙

Selalu ada kesempatan untuk berubah, tetapi ada proses yang mengiringi,
menuntut kita untuk terus sabar.
Tetap semangat!

*musyrifah:  singkatnya adalah suatu gelar atau panggilan bagi kakak-kakak senior yang telah lulus dalam serangkaian tes untuk mengabdi dan membimbing mahasiswa baru yang masuk ke asrama.


16 Mei 2020
Voment seikhlasnya :)

Bukan Mimpi BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang