7. [BMB] Arti Sahabat

33 7 9
                                    

Dua minggu sudah semenjak Raihan mendaftar dan resmi bergabung dengan komunitas lingkar pemula. Membuat Raihan diwawancara singkat oleh Adimas saat mengambil formulir. Pertanyaannya ringan seperti, tujuan Raihan bergabung? Apakah sebelumnya sudah pernah ikut komunitas menulis? Sejak kapan suka menulis?

Belum ada pertemuan antara member lingkar penulis lama dengan yang baru tapi sudah diwacanakan minggu depan, seperti yang dibahas di grup WA dan Raihan sudah bergabung juga di dalamnya.

Raihan sudah tak sabar menunggu pertemuan itu. Membayangkan teman yang akan bertambah banyak. Tentunya bisa melihat Adimas untuk cuci mata.

Katanya kemarin pesona kampus sekedar lewat, tapi kenapa sekarang suka ambil kesempatan untuk curi-curi pandang? Dasar, Raihan. Pondasi pendiriannya lemah.

"Rai!" panggil Lia.

Raihan yang memantau grup WA lingkar pemula menoleh pada Lia yang memanggil.

"Dipanggil musyrifah Fatim, ke belakang sekarang perintah beliau," lanjutnya.

"Aku doang?" tanya Raihan.

"Sama Kiki juga, aku panggil dia dulu. Kamu ke sana aja duluan."

"Aku bareng Kiki aja deh ke sana. Aku aja yang panggil Kiki." Ada firasat tidak enak yang dirasa Raihan.

"Oke."

Raihan pun mencari Kiki ke kamar, ruang tengah, kamar lain, ternyata Kikinya ada di teras asrama.

"Kenapa kita dipanggil sih, Rai?" tanya Kiki penasaran.

"Aku juga nggak tau, rasanya kayak ada yang nggak beres," jelas Raihan.

Sampailah mereka di halaman belakang. Sudah ada musyrifah Fatimah yang berdiri tegak dengan jari tangan saling bertautan di belakang badan, posisi membalakangi arah kedatanga Raihan dan Kiki.

Tangan Raihan mulai mengeluarkan bulir keringat dari pori-pori kulitnya. Wajah Kiki juga mendadak pucat. Langkah mereka mulai melambat dirasa makin berat. Padahal mereka berdua belum tahu apa yang akan disampaikan musyrifah Fatimah.

Ketika jarak Raihan dan Kiki tersisa dua langkah lagi dengan musyrifah Fatimah. Seketika badan musyrifah Fatimah berbalik. Raihan dan Kiki langsung menunduk.

"Kalian tau alasan kalian dipanggil?" tanya musyrifah Fatimah, setelah hening beberapa saat.

Kedua sahabat itu lantas menggeleng.

"Kalian tau cucian siapa yang berendam selama tiga hari sampai baunya mirip cuka, masam sekali?"

Raihan dan Kiki kompak mengangguk. Mereka mulai sadar apa yang akan terjadi selanjutnya. Pertanyaan musyrifah Fatimah tadi hanya sekedar mukaddimah untuk memberi hukuman pada mereka, pikir keduanya.

"Kalian tau siapa yang malam tadi tidak bangun salat tahajud?"

Lagi dan lagi kedua gadis itu mengangguk. Tangan Kiki mulai gemetar, sedang Raihan dia tidak memunculkan reaksi fisik apapun saat ketakutan kecuali tangannya berpeluh dan gaya bicara yang sedikit gagap

"Siapa yang kemarin tidak menjalankan piket kebersihan? Yang lupa cuci gelas bekas minumnya? Lipatan baju yang berantakan dalam lemari?"

Bukan Mimpi BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang