6. [BMB] Ketua Kelas

59 23 16
                                    

Abel penghuni kamar satu yang Raihan nobatkan menjadi wanita paling kalem, menyelamatkannya dari rasa malu saat pertama kali masuk kelas. Belum kenal satu orang pun sudah senyum sana sini.

Mengambil duduk sebelah Abel. "Kita se kelas? Kok aku baru tahu?" tanya Raihan.

"Aku juga baru tau pas kamu masuk. Kenapa tadi senyam-senyum? Papasan sama kak Adimas ya... di lorong kampus?" goda Abel.

Raihan memicingkan mata. "Hah! Maksudnya?"

"Lupain aja." Memang harus dilupakan karena pertanyaan Abel memang aneh.

"Bel, kamu suka nulis?"

"Aku suka makan, Rai." Abel terkekeh.

Polos sekali anak ini pikir Raihan. Ditanya hobi jawabnya suka makan. Semua orang juga suka makan, apalagi kalau di kasih gratisan.

"Kamu suka nulis nggak?" tanya Raihan untuk kali kedua. Seperti judul lagi saja.

Abel hanya menggeleng.

Raihan berpikir, kenapa sulit sekali cari orang yang sama passion- nya dengan Dia?

"Kenapa emangnya?" Kini Abel yang bertanya.

"Aku mau ikut itu deh, komunitas menulis, ada pengumumannya ditempel di mading."

"Ikut aja," ucap Abel santai.

"Ya... kalau ada teman pasti tambah seru, latihan bareng." Mata Raihan berbinar.

"Nih ya, aku kasih tau. Kamu boleh punya teman. Tapi jangan sesekali menggantung mimpimu pada teman. Tidak semua orang memiliki hobi yang sama dan tidak semua orang memiliki impian dan tujuan yang sama. Kalau kamu merasa mimpimu pantas diperjuangkan, ya berjuang meskipun sendirian. Enggak deh, aku selalu dukung kamu kok." Nasehat Abel panjang lebar.

Raihan hanya memasang  ekspresi cengo. Masih mengilhami perkataan Abel. Dari sini Raihan dapat mengambil kesimpulan Abel bukan hanya polos dia juga bisa menjadi cewe keren.

"Tapi kuingati ya... tugas kuliah jurusan PGMI -singkatan dari Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah yang setara dengan PGSD meskipun terdapat perbedaan - itu banyak. Kalau kamu mau ikutan komunitas itu, kamu harus sedia fisik dan mental yang kuat. Apalagi  kegiatan asrama banyak," lanjut Abel.

"Emang iya?" tanya Raihan yang terdengar seperti pernyataan.

"Iya. Ada yang bilang mahasiswa yang kuliah jurusan PGMI itu mirip avatar, karena harus menguasai semua elemen."

"Maksudnya avatar apa?" Raihan tambah bingung.

"Ya sejenis avatar, harus menguasai semua elemen pelajaran matematika, bahasa inggris, IPS, IPA, ditambah quran hadist, akidah akhlak banyak lagi lagi lah... semua mata pelajaran dipelajari di PGMI meski yang dasar-dasar saja."

Raihan mengangguk, entah itu adalah isyarat dia paham yang dimaksud Abel atau hanya sebuah gerakan dengan niat menghargai. Karena Raihan masih memasang ekspresi bingung.

"Semangat ya!" ucap Abel bersamaan dengan masuknya dosen ganteng ke dalam kelas. Lantas membuat ciwi-ciwi dalam kelas itu kegirangan termasuk Raihan, pengecualian Abel.

Bahkan ketika sesi perkenalan dari sang dosen selesai para mahasiswa dipersilahkan bertanya, ada yang nekad menanyakan status beliau. Ketika di jawab masih 'single.' Langsung saja se isi kelas itu gaduh. Mahasiswi agresif macam ini memang ada.

"Bel, dosennya ganteng banget. Ini mah selevel lebih tinggi pesonanya dari kak Adimas kemarin," bisik Raihan pada Abel.

Abel menarik napas kasar. "Raihanah, mau dosennya tua atau muda. Ganteng atau tidak. Kalau masuk tetap ngasih tugas susah. Nggak ada untungnya."

"Benar juga," kata Raihan, "HAHAHAHAHA," tawanya pecah. Membuat se isi kelas menatapnya heran. Setelah menyadari perbuatannya barusan Raihan hanya mampu nyengir kuda dengan muka memerah menahan malu.

Abel langsung menutup mukanya dengan tangan. Malu sekali pastin dia baru memiliki teman di tempat ini, tetapi ketemu modelan macam Raihan.

"Kamu yang tertawa. Pertanyaan buat kamu, apa perintah yang pertama kali Nabi Muhammad terima?" tanya dosen ganteng itu pada Raihan dengan tatapan tajam.

"Mem...baca" jawab Raihan ragu.

"Baiklah kita langsung bahas kontrak belajar." ucap sang dosen.

Raihan hanya melongo karena jawabannya tidak ditanggapi.

"Selamat kamu, jawabanmu benar," bisik Abel.

Jadi jawabanku benar? Tanya Raihan pada diri sendiri.

Raihan memang memiliki kecerdasan di atas standar. Kelakuannya saja yang di bawah standar.

💙💙💙

"Jangan langsung pulang, ya! Kita pilih ketua kelas dan perangkat lain untuk lokal ini," ucap seorang pria setelah kelas berakhir yang Raihan sendiri belum tahu namanya siapa. Yang jelas mereka satu kelas.

Semua orang di kelas Raihan akhirnya bertahan.

"Ada yang ingin mengajukan diri jadi ketua kelas?" tanya pria itu.

Orang-orang dalam kelas hanya diam. Mungkin ada yang niat tetapi malu kalau mengajukan diri sendiri.

"Rai, kamu coba gih!" pinta Abel.

"Aku? Mencalonkan diri jadi ketua kelas?" Sambil menunjuk diri sendiri. "Kamu yakin nunjuk aku?" Raihan bertanya.

"Iya. Coba kamu lihat kelompok cewe-cewe pojok kanan depan." Raihan langsung merotasikan kepalanya ke arah yang ditunjuk. "Mereka itu kelihatan angkuh banget kalau mereka yang jadi pemimpin banyak orang lokal yang nggak akan didengarkan suaranya. Kalau kamu masuk dalam organisasi entah kamu jadi sekretaris, setidaknya orang yang kayak aku ini punya tempat mengadu."

Raihan masih menimbang-nimbang.

"Please!" Abel memohon.

"Kamu terlalu over thinking," ucap Raihan.

"Ya, ya... mau ya!" pinta Abel.

"Oke. Karena kamu yang maksa dan aku nggak suka ditantang." Sok iya aja Raihan ini.

Dengan penuh keyakinan dia mengangkat tangan ke atas. "Aku mencalonkan diri jadi ketua kelas." Semua pasang mata langsung memandang Raihan.

"Boleh," kata laki-laki yang sedari tadi memandu acara pemilihan ketua kelas ini. "Silahkan perkenalkan diri dulu ke depan!"

Raihan dengan percaya diri memperkenalkan dirinya. Namun ketika diminta menyebutkan sederet prestasi yang di raih, nyalinya ciut. Dia hanya memiliki prestasi akademik sedang non akademik, ada cuma satu jadi seksi sekretaris ambalan saat SMA karena dipaksa juga.

Setelah Raihan, banyak mahasiswa lain yang mengajukan diri menjadi ketua kelas. Raihan rasa semuanya layak dari pada dia. Ahh..

Abel maaf! Aku memang tidak pantas jadi pemimpin. Hahahaha

💙💙💙

Ada tiga hal besar (three big killers) yang akan menghancurkan masa depan seseorang:
1. Motivasi yang sangat lemah (very low motivation)
2. Lingkungan buruk (bad environment)
3. Bahasa yang meracuni (poisoned language)
-Reza M. Sarif-

17 Mei 2020
Voment seikhlasnya.

Bukan Mimpi BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang