Chapter 12

2.7K 287 19
                                        

Jungkook menghela nafas pasrah saat Jimin masih terseguk dalam pelukannya, ia mengeratkan pelukannya dengan bibir yang mengecupi rambut Jimin.

Mereka berada di atap sekolah dan duduk di kursi-kursi tua yang di simpan di atas jika sudah tidak di pakai.

"Jungkookie jahat hiks." Jungkook hanya bisa mengangguk dan lebih mendekap Jimin erat.

"Iya aku jahat, maafkan aku hm?" Ucapnya sambil menunduk menatap Jimin yang terpejam dengan isakan yang terus keluar dari belah bibirnya.

"Tidak hiks, tidak mau." Jimin menggeleng dengan tangan yang mencengkram lengan Jungkook. Hatinya masih berdenyut sakit mengingat jika Jungkook berduaan dan berpelukan di ruang UKS tadi.

"Kau tidak mau mendengar penjelasanku hyung?" Tanya Jungkook yang mendapat gelengan kuat Jimin. Sekali lagi Jungkook menghela nafas dan mengelus pundak Jimin lembut.

"Hyung mau jadi kekasihku tidak?"

Deg.

"H-hngh?" Jimin mengerjap dengan isakan yang masih terdengar dari belah bibirnya. Ia tidak salah dengar kan?

"Kenapa? Hyung tidak mau?" Tanya Jungkook dengan senyuman kecil dan tangan yang terulur menghapus jejak air mata Jimin.

"Tidak.. maksudnya.. apa..?" Jimin perlahan mendudukan dirinya dengan benar dan menghadap Jungkook. Pria tampan itu tersenyum dan mengecup kening Jimin dengan lembut.

"Orang yang aku peluk tadi itu kakak kelas yang akan pindah. Aku jadi memeluknya untuk terakhir kalinya. Kau ingat Lee Eunjung sunbae? Dia orang yang aku peluk tadi." Jimin mengerjap pelan saat Jungkook memberinya penjelasan kejadian tadi. Wajahnya perlahan memerah karna malu berpikir macam-macam tentang Jungkook.

Eunjung adalah kakak kelas mereka yang sangat baik, Jimin malu sekali telah menyangka Jungkook menyukai gadis lain. Jika saja ia tadi tidak mau mendengar penjelasan Jungkook, mungkin ia akan selamanya merasa kesal dan kecewa pada Jungkook.

"Jadi bagaimana dengan tawaranku yang tadi hyung." Tanya Jungkook kembali saat Jimin hanya terdiam sambil menahan malunya.

"Mm.. Aku.." Jimin terlihat sangat gugup disana, ia tidak menyangka mengapa Jungkook mengajaknya menjalin hubungan mendadak seperti ini.

Ia belum mempersiapkan apapun, ia belum mempersiapkan hatinya. Lihatlah betapa cepatnya jantung Jimin berdegup, luapan kesenangan seakan membuat Jimin susah bersuara walau jawaban yang sudah pasti akan di katakannya sejak dulu jika Jungkook mengatakan hal ini sudah ada di ujung lidahnya.

"Jungkook.. Aku.. hng.." Lagi-lagi Jimin merasa ragu dan gugup. Matanya menatap wajah tampan Jungkook yang selalu memikat hatinya. Tatapan lembut itu seakan membuatnya istimewa, bagaimana Jungkook menatapnya itu sungguh sesuatu yang sulit di jelaskan.

"Hm? Kau menerima apa menolaknya?" Tanya Jungkook kembali sambil menangkup pipi Jimin dengan lembut, ibu jarinya mengelusi pipi halus Jimin yang basah karna air mata.

Sedangkan Jimin meremat kuat ujung bajunya, ia menarik nafas kuat dan memejamkan matanya untuk beberapa detik. Setelahnya ia tersenyum dan menatap Jungkook kembali dengan perasaan yang sangat yakin.

"Ya, aku mau Kookie.."

.
.
.
.

"Park-"

"Jim."

"PARK JIMIN!!"

Bruak

"Y-yaa!!"

Jimin tersentak terkejut dengan jantung yang berdegup sangat cepat dan keringat bercucuran di wajahnya saat mendengar gebrakan kuat meja miliknya. Wajahnya terlihat sangat kebingungan dan matanya menatap ke segala arah.

"Kenapa kau tidur di jam pelajaran hah?!"

Deg

Jimin menelan ludahnya saat guru sejarah di depannya meneriakinya dan menunjuk dirinya dengan kesal.

Semua itu.. Mimpi?

"M-maaf Ibu guru, aku sedang tidak enak badan." Lirihnya sambil menunduk dan memainkan ujung seragamnya.

"Lain kali jika kau merasa sakit, jangan sekolah atau ke ruang UKS langsung. Jangan tertidur di kelas, itu pemandangan yang tidak enak di lihat." Jimin hanya bisa mengangguk paham pada gurunya yang mengomel terus-menerus di depan sana sambil mengabsen murid-muridnya.

"Kau ada masalah Jim?" Jimin langsung menoleh pada teman sebangkunya saat temannya itu bertanya dengan nada khawatir padanya.

"A-aku tidur dari kapan Yerin-ah?" Tanya Jimin pada teman sebangkunya yang sedari tadi mengelusi punggungnya dengan lembut.

"Kau tertidur dari mata pelajaran pertama. Makanya guru Sejarah marah melihatmu tertidur." Jimin berdecak sambil mengusap matanya dan sedikit menoleh ke jendela sebelah tempat duduknya.

"Kau baik-baik saja kan Jiminie?" Jimin hanya mengangguk membalas pertanyaan Yerin. Ia sedang tidak mood untuk bersuara sekarang.

Matanya terpaku pada lapangan sekolah, ada banyak anak basket yang sedang latihan disana, termasuk Jungkook. Pria itu terlihat sangat bersemangat namun juga sekilas Jimin melihat jika Jungkook tengah gundah.

Pria manis itu mengigit bibir bawahnya dan menyentuh jendela kelasnya, jendela yang seakan memisahkan Jimin dan Jungkook yang tidak akan pernah bisa bersama.

Sebegitu gilanya kah Jimin menginginkan Jungkook? Bahkan ia sampai bermimpi jika Jungkook menyatakan perasaannya..

Dear Kookie [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang