"Jungkook!!!"
"Aaaaa!! Mingyu-sssiii!"
"Jaehyun oppa saranghae!!!"
"Aaakhhh Jungkook-ah!!!"
"Jungkook oppaaaaa!!"
Jimin menutup telinganya saat mendengar pekikan murid-murid wanita di sekelilingnya. Ia menyesal karna pergi ke pertandingan basket Jungkook hari ini, telinganya akan rusak jika mendengar jeritan memekakan telinga ini.
Jika bukan karna Jungkook yang memohon padanya, ia tidak ingin berada disini. Ia ingin bersantai di rumah, di temani kue keju dan segelas susu cokelat hangat, menonton acara favoritenya di hari minggu.
Namun pagi-pagi Jungkook sudah mengunjungi rumahnya dan memohon untuk pergi ke pertandingan hari ini. Jungkook bilang jika ia akan memberikan Jimin kejutan hari ini.
Mau tidak mau Jimin menurutinya, beberapa hari sebelumnya mereka sudah berbaikan dan berjanji tidak akan mengungkit kejadian itu lagi. Mereka menemukan jalan tengah dengan saling mendekatkan diri tanpa ada paksaan.
Jimin akhirnya memilih menyerah, ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membuat Jungkook mau bersama dirinya. Jika pria Jeon itu tidak mau bersamanya, Jimin sudah berjanji untuk tidak memaksa Jungkook dan akan membuka hati untuk yang lain.
Dan ia juga berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Jungkook jatuh cinta padanya dengan tulus dengan kesempatan terakhir ini. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan hati Jungkook.
Ia mulai dengan hal yang kecil, ia membangunkan Jungkook dengan meneleponnya, membuatkan bekal makan Jungkook, menemani Jungkook berlatih basket dan kembali mengobrol banyak lewat jendela dan ponsel seperti dulu.
Jimin berhasil membuat hubungan mereka membaik dan Jungkook menghargai itu semua. Tak jarang ia menunjukan respon positif pada Jimin, ia seperti mulai membuka hati untuk Jimin masuk perlahan.
Jimin dengan sabar menunjukan perasaannya padanya, tanpa ada paksaan atau dorongan yang membuatnya tidak nyaman.
Dan dengan ajaibnya, hanya dengan beberapa hari. Jungkook mulai bisa menerima Jimin di hatinya. Tidak ada alasan lain untuk menolak Jimin di hatinya, tapi ada sedikit keraguan dalam dirinya.
Apa benar ia sudah tertarik pada Jimin? Atau ia hanya merasa nyaman dengan keberadaan Jimin di sekitarnya?
Tapi Jungkook tidak ambil pusing, ada waktunya ia mengetahui itu semua. Biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya, Jungkook hanya harus mengikuti alur dan menentukan ending untuk mereka. Jimin juga berhak berhenti jika ia terlalu lama menjawab perasaan kakak tersayangnya ini.
Ia tau hal ini sangat beresiko untuk keduanya, Jimin bisa saja berhenti mencinta jika ia tak kunjung memberi kepastian dan Jungkook bisa saja merasa nyaman tanpa ada minat mencinta. Semuanya rumit namun terasa manis, mungkin ini yang di namakan pahitnya cinta.
Tapi sekali lagi setelah semua hal ini berakhir menjadi misteri, biarkan semua mengalir dan Tuhan yang menentukan.
"Tim Tiger pemenangnya!!!"
"KYYAAAAAA!!!!"
Jimin kembali meringis saat mendengar pekikan di sekelilingnya yang kesenangan saat permainan sudah selesai. Jimin bahkan tidak sadar kapan permainan basket ini berakhir karna banyak melamun.
Ia melihat jika tim basket Jungkook bersorak senang sambil menunjukan piala besar di tengah lapangan. Jimin ikut merasa senang sambil bertepuk tangan bangga melihat Jungkook. Sedari tadi seingatnya Jungkook yang banyak mencetak poin untuk timnya.
"Cek cek cek. Mic ini hidup kan?" Jimin menaikan alisnya saat melihat Jungkook mengambil mic wasit dan terlihat berbicara disana dengan lucu.
"Mohon perhatiannya semua, aku ingin mengatakan hal penting." Ucap pemuda Jeon itu dengan nafas terengah. Jimin makin kebingungan melihat Jungkook, ada perasaan tidak nyaman melihat Jungkook saat ini.
"Aku ingin mendedikasikan kemenangkan dari semua poin yang aku cetak hari ini untuk seseorang yang sangat berarti untukku." Jimin mengerjap saat Jungkook berkata dengan nada lembutnya yang mana membuat satu studio memekik kencang.
"Aku ingin mendedikasikan ini untuk salah satu anggota cheerleader.. Nayeon!"
Deg
Jimin membulatkan matanya dengan nafas yang tercekat saat Jungkook menyebut nama yang bukan dirinya. Seketika ia menoleh ke arah posisi anggota cheers yang memekik tidak senang dan salah satu anggotanya merona.
Apa-apaan ini?!
"Tidak, aku bercanda hahahaha. Nayeon hanyalah alasan untuk membuat orang yang spesial untukku cemburu." Jimin terlihat memasang wajah kesalnya, Jungkook tak kunjung menatap ke arahnya dan ia sangat merasa kesal. Pria Jeon itu menatap ke segala arah seolah mencari seseorang padahal Jungkook tau jika ia berada di barisan penonton paling depan sebelah kiri.
Apa maksud Jungkook membawa kesini untuk menunjukan jika pria itu menyerah pada hubungan mereka? Jungkook sepertinya sudah mendapatkan orang lain, dan dengan bodohnya Jimin melihat sekitar, menatap siapapun yang sedang Jungkook perhatikan.
"Park Jimin-ssi."
Deg
Jimin refleks menoleh pada Jungkook yang kembali berujar lewat mic yang di pegangnya. Kali ini Jungkook tengah menatap ke arahnya, dengan senyuman kecil yang tampan.
"Kaulah orang spesial yang aku maksud. Turun kemari, aku punya bunga untuk menyatakan perasaanku, ah! Aku juga punya boneka bebek yang mirip denganmu untuk menyogok agar kau mau menjadi kekasihku hyung."
Bolehkah Jimin pingsan sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Kookie [KookMin]
Fanfiction! ! ! Udah Tamat ! ! ! Adik-Kakak zone? Rasanya gimana? Tanya aja sama Jimin Jm; bott Jk; dom ga suka ya seperti biasa, keluar aja yaps. happy read gusy ♡